Asuransi Jiwa Masih Relevan di Kondisi Pandemik COVID-19
Pandemik COVID-19 banyak mempengaruhi perilaku masyarakat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Pandemik COVID-19 turut berdampak pada industri asuransi. Penerimaan premi menurun karena pendapatan pemegang polis cenderung berkurang, ditambah lesunya perekonomian.
Tak sedikit pihak yang memandang bahwa asuransi jiwa tidak lagi diperlukan di masa sulit seperti ini. Namun menurut Akademisi Universitas Negeri Makassar Muhammad Zulfadli, asuransi jiwa masih relevan.
Zulfadli menyampaikan itu pada diskusi virtual bertema 'Industri Asuransi Jiwa 2021, Prospek dan Tantangan', yang diselenggarakan Forum Jurnalis Ekonomi Sulsel (Forjess), Kamis (10/6/2021).
"Saya kira kita semua sepakat bahwa ini masih sangat relevan untuk ke depannya, terlebih di masa pandemik COVID-19 meningkat dengan jelas bahwa kita itu sangat butuh asuransi jiwa," kata Zulfadli.
Baca Juga: Empat Alasan Mengapa Millennial Juga Perlu Punya Asuransi
1. Asuransi jiwa masih dibutuhkan sesuai kebutuhan masyarakat
Zulfadli menilai asuransi jiwa masih dibutuhkan oleh masyarakat tertentu. Karena itu, industri asuransi jiwa harus pandai dalam menarik masyarakat melalui berbagai inovasi yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
"Bagaimana asuransi yang ada saat ini bisa sesuai dengan selera dari masyarakat. Karena kan karakter masing-masing orang kan berbeda-beda," katanya.
Dia memandang perubahan yang terjadi akibat pandemik COVID-19 banyak mempengaruhi perilaku masyarakat dalam berasuransi. Meski begitu, asuransi tetap dibutuhkan karena hal itu bukan sekedar proteksi tapi justru telah menjadi sebuah gaya hidup yang sebenarnya karena pandemik ini.
"Ke mana-mana, pasti banyak yang butuh proteksi asuransi yang bersifat jangka pendek, ini kemudian saya bilang sudah semacam gaya hidup," katanya.