TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sarat Nilai Lokal, Ini Tiga Tradisi Iduladha di Sulawesi Selatan

Mulai dari ritual adat hingga hajatan milik kerajaan

Salat Id di Makassar tahun 2019 lalu. Dok. Humas Pemprov Sulsel

Makassar, IDN Times - Sebagai daerah yang dikenal masih berpegang teguh pada adat istiadat, Sulawesi Selatan pun memiliki sejumlah tradisi bernafas nilai Islam. Tak cuma saat Idulfitri, ritual unik juga dilakukan pada Iduladha.

Lantaran sama-sama menjadi hari raya, kebiasaan di dua lebaran itupun terbilang identik. Kendati demikian, yang menjadi inti tetaplah sebagai cara memanjatkan rasa syukur ke Yang Maha Kuasa.

Berikut ini IDN Times menyajikan tiga dari sekian banyak kebiasaan unik masyarakat Sulsel di hari Lebaran Kurban.

Baca Juga: 15 Ucapan Idul Fitri yang Bisa Kamu Bagikan Saat Lebaran Nanti

1. Maleppe,' makna memaafkan milik masyarakat Bugis-Makassar

ANTARA FOTO/Suparman

Maleppe' secara terminologi mengandung artian "melepas". Apa yang dilepas? Dalam konteks ini, tentu saja dosa-dosa dalam diri sendiri serta melepaskan (atau lebih tepatnya mengikhlaskan) dosa orang lain melalui cara memberi maaf. Prosesi memaafkan setelah salat Id adalah bagian utama dari Maleppe'.

Selain itu, sebagian orang Bugis menginterpretasi kata "melepas" dengan cara lain.  Menghanyutkan seluruh dosa, sial, atau sifat-sifat buruk dilaklukkan dengan melarung pakaian lama ke sungai atau ke laut sebelum diganti dengan yang baru. Tradisi ini memiliki pertalian erat dengan budaya pra-Islam.

Nah, tradisi Maleppe' pun berkaitan dengan Lebaran, baik itu Idulfitri atau Iduladha. Belakangan, Maleppe' jadi cara sebagain kalangan menyebut Lebaran dalam istilah tradisional.

Seusai salat Id, orang-orang kemudian berkunjung atau bertukar temu dengan tetangga terdekat, kerabat, kolega, teman hingga handai taulan. Kegiatan ini acapkali disebut Assiara yang berarti silaturahmi.

2. Mabbaca-baca, rasa syukur lewat doa yang dipanjatkan

Instagram.com/indahpurnamasari564

Bagi khalayak etnis Bugis-Makassar yang masih teguh memegang nilai kepercayaan lama, Mabbaca-baca jadi salah satu tradisi unik Lebaran di Sulsel. Menurut riwayat turun-temurun, tradisi ini adalah ungkapan rasa syukur seseorang atas rezeki melimpah. Untuk merayakannya, para tetangga diundang menikmati sajian khas Lebaran --cemilan hingga makanan berat-- bersama-sama.
 
Dalam tradisi yang ditunaikan salat Id ini, dilakukan pembacaan doa (Dibaca-bacai) sebelum warga menyantap hidangan. Mereka yang memimpin pembacaan doa adalah imam desa (Daeng Imam), pemuka adat setempat atau Puang Anre Guru yang posisinya setara dengan pemuka agama.

Sebelum doa dipanjatkan, sang pemilik rumah tempat hajatan berlangsung wajib mempersiapkan beberapa jenis makanan plus membakar dupa. Tak cuma saat atau jelang Lebaran --Idulfitri atau Iduladha-- tradisi Mabbaca-baca juga dilakukan sebagai bentuk syukur pada Sang Pencipta atas hasil panen memuaskan.

Berita Terkini Lainnya