Cerita Ismail, Caleg Muda Sulsel Lolos ke DPR RI Tanpa Kampanye Baliho
Lima tahun lalu lolos ke DPRD Sulsel dengan cara yang sama
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Di tengah era digitalisasi, partai politik dan calon legislatif belum sepenuhnya meninggalkan metode kampanye konvensional dengan poster dan baliho. Namun, terdapat satu caleg yang mencuri perhatian dalam Pemilu 2024, yaitu Ismail Bachtiar dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang membuat terobosan dengan mengabaikan baliho dan memilih fokus pada media sosial.
Ismail merupakan caleg PKS untuk DPR RI di daerah pemilihan Sulawesi Selatan II. Dapil ini meliputi Kabupaten Barru, Bulukumba, Bone, Maros, Pangkajene dan Kepulauan, Sinjai, Soppeng, Wajo, dan Kota Parepare. Menurut real count sementara KPU, per Selasa (20/2/2024), Ismail mendapat suara terbanyak di partainya dan berpeluang lolos ke Senayan.
Berbeda dengan pendekatan tradisional yang sering membuat masyarakat jengah, khususnya pengguna jalan, Ismail Bachtiar memilih tidak memasang baliho untuk kampanye politiknya. Dengan memilih media sosial sebagai sarana utama kampanyenya, Ismail menunjukkan bahwa perubahan cara berkomunikasi politik sudah semakin relevan di era digital ini. Keputusannya untuk tidak mengandalkan baliho menegaskan bahwa metode kampanye yang inovatif dapat menciptakan dampak positif tanpa mengorbankan kenyamanan masyarakat.
Baca Juga: Pileg DPR RI: Gerindra Unggul di Dapil Sulsel II, Caleg Golkar Ketat
1. Media sosial dianggap lebih efektif
Bagi Ismail, kelahiran Bone, 3 Juli 1993, berkampanye tanpa baliho tentu bukan hal baru. Dia pernah menggunakan metode yang sama pada Pileg 2019 tingkat DPRD Sulsel. Hasilnya, dia menang dan meraih kursi DPRD Sulsel dari fraksi PKS.
"Lima tahun lalu saya pakai cara ini alhamdulillah dapat 16.000 suara, tahun ini dengan cara yang sama alhamdulillah saya dapat 63.000 suara," kata Ismail saat diwawancarai IDN Times via telepon, Senin (19/2/2024).
Menurutnya, kemenangan yang diraih meski tanpa baliho menunjukkan efektivitas dari media sosial. Artinya, semakin banyak orang yang melek terhadap peranan media sosial. Kala itu, dia benar-benar mengandalkan media sosialnya, seperti Instagram yang memiliki pengikut lebih sekitar 10.000-an followers.
"Sekarang dengan followers 80.000 meskipun saya tahu meskipun ada efek sebagai jubir tetapi saya meyakini pasti ada orang yang kecantol. Pasti ada yang memilih karena sosmed saya," kata Ismail.