Cerita Nelayan Tallo, Ruang Hidup Dirampas Proyek Reklamasi Pelabuhan
Mencari ikan kian jauh, pendapatan terus menurun
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Ramlah, warga Tallo, Makassar, Sulawesi Selatan, adalah satu dari sekian nelayan pesisir yang harus merasakan getirnya perampasan ruang hidup. Perairan Spermonde di Makassar yang selama ini menjadi tempatnya mencari ikan kini berganti dengan reklamasi pelabuhan Makassar New Port (MNP).
Makassar New Port adalah pelabuhan baru proyek strategis nasional (PSN) yang berdiri di lahan reklamasi pantai di kawasan Tallo. Pelabuhan ini dibangun untuk menunjang arus barang di Pelabuhan Soekarno-Hatta. MNP memiliki luas area 1.230 hektar dan direncanakan akan memiliki kapasitas peti kemas sebesar 5 juta TEUs per tahun
Ramlah bersama warga sekitar masih tak terima laut tempat mereka mencari nafkah kini telah rusak. Dia dan nelayan lainnya yang menggantungkan hidup di laut itu terpaksa harus mencari ikan lebih jauh ke tengah laut.
"Sebelum ada MNP, kami biasanya melaut dekat-dekat saja, tapi setelah ada MNP, kami harus melaut lebih jauh. Itu makan biaya yang lebih besar karena butuh bahan bakar lebih banyak. Belum lagi kalau ombak tinggi, terpaksa tidak melaut," kata Ramlah, Sabtu (16/12/2023).
Baca Juga: Siapa Pun Gubernur Sulsel, Warga Lae-Lae Tetap Tolak Reklamasi
1. Kehidupan nelayan berubah sejak pembangunan MNP
Makassar New Port merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) di era Presiden Joko Widodo. Pembangunan proyek ini untuk memudahkan aktivitas ekspor impor. Namun di sisi lain, proyek jadi masalah bagi masyarakat pesisir sekitar.
Reklamasi dan pembangunan pelabuhan, menurut Ramlah, berpengaruh pada menurunnya pendapatan nelayan secara signifikan. Saat proyek dimulai pada 2015, nelayan setempat belum merasakan dampak langsung. Mereka merasakan dampak setelah proyek berjalan satu tahun.
"Saya perempuan nelayan plus istri nelayan sebelum ada Makassar New Port kehidupan kami alhamdulilah bisa mencukupi kebutuhan anak-anak. Tapi setelah ada, untuk makan saja sulit apalagi untuk biaya sekolah anak-anak," kata Ramlah.
Mau tidak mau, warga terpaksa harus bekerja lebih ekstra demi menyambung hidup. Tapi apa daya, kenyataan terkadang tak sesuai harapan. "Makanya saya berjuang suami istri untuk berusaha turun di laut tapi tidak ada penghasilan karena MNP itu," kata Ramlah.