TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Harmonisasi Pola Asuh dengan Mertua untuk Kesejahteraan Anak

Supaya anak tak jadi korbannya

ilustrasi menantu dan mertua (pexels.com/Anna Shvets)

Intinya Sih...

  • Pola asuh sejalan antara orangtua dan mertua faktor kebahagiaan bersama, serta mendukung pertumbuhan anak.
  • Menghargai perbedaan pandangan pola mendidik anak antara orangtua dan mertua sebagai langkah awal menciptakan harmonisasi.
  • Harmonisasi dengan membangun komunikasi yang baik, fokus pada kepentingan anak, dan konsisten dalam penerapan pola asuh.

Pola asuh yang sejalan antara orangtua anak dengan mertuanya menjadi faktor kebahagiaan bersama, serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Harmonisasi ini meliputi keselarasan nilai-nilai, batasan, hingga cara mendidik anak dan cucu.

Ketika orangtua dan mertuanya bisa bekerja sama, maka dampaknya positif bagi perkembangan kepribadian anak secara keseluruhan. Anak yang tumbuh di lingkungan rukun dan saling mendukung cenderung lebih bahagia, dia memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan mampu mengelola emosi.

Anak juga mampu menjalin hubungan sehat dengan orang sekitarnya, termasuk keluarga maupun teman sebaya. Ini menunjukkan bahwa harmonisasi pola asuh dengan mertua gak hanya memperkuat hubungan keluarga, tapi juga membangun fondasi kokoh bagi anak kelak saat dewasa, semakin sejahtera dan sukses menggapai cita-citanya. Berikut empat tips mencapai harmonisasinya.

1. Menghargai perspektif masing-masing

ilustrasi sikap saling menghargai (pexels.com/RODNAE Productions)

Jika ada perbedaan pandangan soal pola mendidik anak antara orangtua dan mertua, sebaiknya saling menghargai saja. Mertua yang mengalami kehidupan dengan era berbeda tentu bisa juga menganggap cara mendidik menurut pandangannya yang paling benar. Maka, hargai dulu perbedaan ini.

Sikap menghargai adalah langkah awal menciptakan harmonisasi, termasuk perihal pola asuh anak. Bukan berarti salah satu menyerah dan nurut saja, tapi lebih kepada mampu memahami dan menghormati perbedaan yang ada. Sehingga nantinya, akan mudah untuk membuka dialog dengan terbuka dan suasana tenang untuk mencari kesepakatan.

2. Ciptakan komunikasi yang efektif

ilustrasi percakapan (pexels.com/Kampus Production)

Bangun hubungan harmonis dengan cara menciptakan komunikasi yang baik dan efektif. Ini untuk mencegah konflik di dalam keluarga dan memperkuat ikatan emosional antaranggota.

Saling memberi ruang dan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya secara jelas. Tetap punya sikap hormat terhadap perbedaannya. Gunakan bahasa yang mudah dipahami untuk menghindari salah persepsi. Dengarkan secara aktif, jangan terburu-buru memberi interupsi, meski mungkin gak setuju dengan pendapat tersebut.

Cobalah berusaha melihat sudut pandang mereka dan pahami dengan baik. Ini memudahkan diri mencari titik kesamaan hingga kesepakatan.

3. Menemukan solusi untuk kesejahteraan anak

ilustrasi anak-anak sedang bermain sambil belajar (pexels.com/Anna Shvets)

Temukan solusi yang terbaik untuk kesejahteraan anak, inilah kunci dari ruang diskusinya. Bukan untuk mencari siapa yang paling benar, namun lihat kondisi dari anak, seperti apa pola asuh yang membuatnya berkembang dan bahagia.

Fokuskan obrolan pada kepentingan anak. Cari nilai dan tujuan yang sama. Dengan saling bersedia memusatkan diskusi pada yang terbaik untuk anak, maka dapat tercipta solusi yang menggabungkan kedua pendapat agar anak tumbuh sehat, kuat, dan sukses.

Baca Juga: 3 Fase yang Kamu Lalui Setelah Mengalami Perceraian, Hadapi!

Verified Writer

Adelbertha Eva Y

Tetap Semangat

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya