TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

IWF 2021: Mobilitas Longgar, Belanja Masyarakat Mulai Pulih

Ekonomi digital bisa mendorong pemulihan ekonomi nasional

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro. (Screenshoot YouTube/IDN Times)

Makassar, IDN Times - Menurunnya tren kasus COVID-19 diikuti dengan kenaikan drastis transaksi belanja masyarakat. Kondisi itu diungkapkan Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro.

Andry mengutip data dari Indeks Big Data Bank Mandiri yang menghimpun bagaimana masyarakat menggunakan kartu debit dan kredit mereka. Data tahun 2021 berbasis kondisi pada Januari 2020. Saat data menunjukkan anga di atas 100, berarti kondisinya lebih baik dari tahun 2020.

Menurut data tersebut, indeks belanja masyarakat pada 3 Oktober 2021 adalah 103,5. Angkanya sempat turun ke 73,3 pada Juli lalu. Setelah kasus COVID-19 menurun, transaksi belanja masyarakat mulai meningkat.

"Ketika kasus turun, mobilitas dilonggarkan, indeks transaksi belanja naik. Yang penting, bagaimana kemudian kita bisa tetap menjaga protokol kesehatan supaya transaksi berjalan, ekonomi tetap ter-cover,"  kata Andry pada sesi Indonesia Writers Festival 2021 dengan tema "Millennials, Begini Proses Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional", Sabtu (30/10/2021).

Jika dilihat per pulau, rata-rata indeks belanja masyarakat di atas angka 100. Yang tertinggi di Kalimantan, yakni 130,4. Disusul Sumatra (123,4), Sulawesi (115,6), Maluku-Papua (114,2), dan Jawa (100,8). Yang di bawah 100 cuma Bali dan Nusa Tenggara, yakni 45,6, karena sektor pariwisata yang jadi andalan daerah itu belum pulih.

"Bali dan Nusa Tenggara memang masih tertinggal dalam pemulihan belanja masyarakatnya. Ini tentu saja dengan dukungan pemerintah, kita berharap ke depannya paling tidak menanjak lagi," Andry melanjutkan.  

Baca Juga: IWF 2021: Pemerataan Internet Mendukung Digitalisasi Ekonomi

Baca Juga: IWF 2021: 5 Tips Menulis Skrip Vlog yang Menghibur dari Aulion

1. Orang-orang mulai percaya diri membelanjakan uangnya

Ilustrasi belanja (IDN Times/Arief Rahmat)

Big Data Bank Mandiri menunjukkan proporsi nilai belanja masyarakat. Berdasarkan sub kelompok, ada lima yang menempati peringkat teratas. Dimulai dari belanja makan/minum dengan alokasi 20 persen, lalu belanja kebutuhan rumah tangga 12,8 persen, belanja sehari-hari 10,9 persen, kesehatan 10,8 persen, dan fashion 9,1 persen.

Menurut Andry, masuknya fashion pada lima pengeluaran teratas menunjukkan kepercayaan diri masyarakat terhadap finansialnya. 

"Ketika orang mulai meningkatkan belanja untuk non-food, itu artinya mereka makin pede dengan situasi ekonominya," ucap Andry.

Dia mencontohkan data pada bulan Juli 2021 saat marak kasus COVID-19 varian Delta. Saat itu alokasi belanja fashion turun drastis, yakni 4,7 persen. Sedangkan belanja sehari-hari meningkat jadi 15,5 persen, karena banyak orang menumpuk barang kebutuhan. 

"Jadi ketika orang melihat situasi lagi gak menguntungkan, takut dipecat, kemudian ekonomi takut resesi, mereka rata-rata kemudian lebih baik belanja makanan dulu," Andry menerangkan.

"Jadi kalau mau tahu orang Indonesia sekarang sudah mulai pede melihat ekonominya, udah belanja belum untuk pakaian? Kalau udah, berarti udah relatif lebih pede," dia melanjutkan.

2. Sektor retail paling cepat pulih, travel dan hiburan sebaliknya

Sesi IWF 2021. (Screenshoot YouTube/IDN Times)

Di sisi lain, Andry mengungkapkan sejumlah sektor belanja yang kuat di Indonesia pada situasi terbaru di masa pandemik. Pada posisi tiga teratas di hampir semua pulau, selalu ada sektor retail.

Sektor retail disebut relatif lebih cepat pulih. Terutama ketika ekonomi dan situasi kondusif, kasus COVID-19 tidak tinggi, dan tidak ada pembatasan masyarakat. Berikutnya ada sektor BBM.

"Yang menarik adalah belanja untuk BBM. Ini berarti orang Indonesia untuk sementara ini menghindari bepergian dengan transportasi umum, jadi menggunakan kendaraan pribadi," kata Andry.

Pada posisi terbawah ditempati sektor-sektor yang masih dibatasi karena situasi pandemik. Terutama travel, transportasi, dan hiburan. 

"Sepanjang berkurang pembatasannya, tidak ada tanda-tanda kenaikan kasus, saya rasa akan berlari," Andry melanjutkan.

3. Ekonomi digital jadi peluang bagi pemulihan ekonomi

Ilustrasi Belanja E-commerce (IDN Times/Arief Rahmat)

Mengutip data Indonesia e-Conomy SEA 2020, Andry mengungkapkan bahwa ekonomi digital di Indonesia berkembang pesat, sehingga jadi peluang bagi pemulihan ekonomi.

Pada 2020, total ekonomi digital di Indonesia bernilai 44 miliar dolar AS. Nilai itu naik dari 40 miliar dolar di tahun sebelumnya, dan diproyeksikan meningkat 23 persen menjadi 124 miliar dolar pada tahun 2025.

Salah satu penyumbang terbesar ekonomi digital pada 2020 adalah sektor e-Commerce, dengan nilai 32 miliar dolar AS. Disusul transportasi dan makanan dengan nilai 5 miliar dolar, media online 4,4 juta dolar, dan travel online 3 juta dolar.

Besarnya pesan digital juga terjadi di perbankan. Terjadi perubahan perilaku masyarakat Indonesia memanfaatkan layanan perbankan. Misalnya orang yang masih menggunakan ATM turun dari 79,2 persen pada 2015 menjadi 54,6 persen di 2020. Sedangkan transaksi mobile dan internet (digital) naik dari 11,3 persen menjadi 35,4 persen di periode yang sama. 

"Jadi kombinasi dari bagaimana memanfaatkan pemulihan ekonomi plus bagaimana memanfaatkan digital technology adalah peluang bisnis kita ke depan," kata Andry.

Baca Juga: IWF 2021: 11 Isu yang Sering Dipertanyakan Community Writers, Simak!

Baca Juga: IWF 2021: Ingin Jadi Vlogger? 5 Hal Ini Harus Kamu Persiapkan

Berita Terkini Lainnya