TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Roadshow 1000 Startup Digital di Unhas, Berbagi Tips Gigih Merintis

Membangun mental tak takut gagal adalah hal yang krusial

Tangkapan layar webinar roadshow Gerakan Nasional 1000 Startup Digital di Universitas Hasanuddin pada Selasa 27 Juli 2021. (IDN Times/Achmad Hidayat Alsair)

Makassar, IDN Times - Rangkaian roadshow Gerakan Nasional 1000 Startup Digital dari Startup Studio Indonesia kali ini menyambangi Universitas Hasanuddin. Webinar program yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI tersebut diadakan pada Selasa siang (27/7/2021) via aplikasi Zoom.

Bertindak sebagai narasumber yakni Muhammad Restu (Wakil Rektor Bidang Akademik Unhas), A. Ais Prayogi Alimuddin (Dosen Teknik Informatika Unhas), Rossy Triana Iskandar (Senior Associate Tokopedia Academy) dan Aisyah Humaerah (Founder & Chairwoman TitikTemu.co.id).

Bertindak sebagai pembuka kegiatan, Regional Officer #1000StartUpDigital yakni Khairul Umam menjelaskan bahwa program rintisan sejak 2016 itu adalah bagian dari upaya pembinaan untuk anak muda yang hendak mencari solusi teknologi berbagai masalah di Indonesia lewat startup digital.

"Program ini fokus mengembangkan talenta startup digital yang berkualitas. Tidak hanya itu, juga mendorong terciptanya solusi digital untuk permasalahan lokal sekaligus membangun ekosistem startup digital yang kolaboratif dan inklusif," papar Umam.

1. Gerakan #1000StartUpDigital menunjukkan perkembangan positif sejak dirintis pada tahun 2016

Tangkapan layar webinar roadshow Gerakan Nasional 1000 Startup Digital di Universitas Hasanuddin pada Selasa 27 Juli 2021. (IDN Times/Achmad Hidayat Alsair)

Selanjutnya, Muhammad Restu memberi gambaran terkait startup sebagai solusi untuk "Indonesia Digital." Ia menyebut bahwa perkembangannya cukup pesat dari tahun ke tahun.

Contohnya, #1000StartUpDigital yang berkembang dari 200 menjadi 1.260 startup hanya dalam jangka waktu tiga tahun (2016 ke 2020). Jangkauannya pun kian lebar, dari 10 bertambah jadi 17 kota dalam jangka waktu yang sama. Tren positif ini bahkan tak goyah meski dunia dilanda pandemik COVID-19.

Guru besar Fakultas Pertanian Unhas itu juga menyebut ini tak lepas dari angka pengguna internet di Indonesia yang kian meningkat. Ada pula perkembangan inovasi digital yang senantiasa memicu ide-ide segar dan terobosan dari pihak yang terlibat.

2. Ais Prayogi, dosen Teknik Informatika Unhas, menyebut harus ada soft skill dimiliki sebelum merintis startup

Tangkapan layar webinar roadshow Gerakan Nasional 1000 Startup Digital di Universitas Hasanuddin pada Selasa 27 Juli 2021. (IDN Times/Achmad Hidayat Alsair)

Berlangsung interaktif, salah satu hal yang jadi topik penting dalam webinar ini adalah keinginan ikut terjun di dunia startup rupanya belum terbersit dalam benak banyak orang.

"Ini kan sudah sejak 2016. Dibilang tidak mendukung, (pemerintah sudah) mendukung. Pendanaan ada, coworking space juga. Lalu apa masalahnya kita tidak bisa bikin startup yang lebih banyak?" tanya Indrabayu, dosen Jurusan Teknik Informatika Unhas, yang bertindak sebagai moderator.

Ais Prayogi menyebut bahwa ini tak lepas dari kurangnya pembangunan mental dan karakter anak muda, yang kebanyakan memang jadi penggerak ekonomi digital.

"Kalau bicara tentang startup digital, (orang berpandangan) harus unicorn, atau bahkan sampai decacorn. Kalau dibilang masalahnya, jika bicara dari sisi akademik, selain memberi fondasi keilmuan ada juga kita seharusnya memberi soft skill. Memberi mental tidak takut gagal, dan mau mencoba sesuatu yang baru," jelasnya.

3. Membangun mental tak takut gagal dan terus mencoba harus terus dibangun

Ilustrasi startup (IDN Times/Umi Kalsum)

Menurut Ais, kampus boleh saja memberi mahasiswanya pengetahuan serta dana untuk merintis startup. Tetapi, ia menganggap perlu pula ruang-ruang kerja sama yang bisa memacu mereka untuk terus menggali ide-ide.

"Salah satu alternatif yang bisa dipakai selain memberi kuliah keilmuan, adalah kita harus terus menerus membentuk mental mahasiswa. Berani bertanya dan mengeluarkan ide-idenya. Sebenarnya tidak ada ide yang jelek," imbuhnya.

Indrabayu kemudian menambahkan, dosen-dosen pun harus ikut mengubah pola pikir atas perkara startup. Sebab anak muda merupakan generasi yang sudah berkenalan dengan teknologi sejak belia.

"Dosen itu harus melihat mahasiswa sekarang, Generasi Z, sebagai generasi yang sangat visual. Beda dari generasi mahasiswa sebelumnya yang sudah ada pembentukan (minat dan kemampuan) di bidang teknologi. Ini agar dosen bisa mengatasi dan memoles masalah (pembentukan mental)," papar Indra.

4. Aisyah Humaerah, founder TitikTemu.co.id, sebut mentoring harus ke orang yang tepat

Tangkapan layar webinar roadshow Gerakan Nasional 1000 Startup Digital di Universitas Hasanuddin pada Selasa 27 Juli 2021. (IDN Times/Achmad Hidayat Alsair)

Senada dengan Ais Prayogi, Aisyah Humaerah selaku pendiri perusahaan konsultasi video-call online TitikTemu.co.id menyebut bahwa umumnya orang-orang dihantui kegagalan. Mental masih jadi perkara krusial.

"Mostly mungkin kebanyakan orang takut gagal. Karena orang-orang di sekitar kita itu (banyak yang startup bikinannya) sudah jatuh dan tidak bisa bangkit lagi. Dianggap tidak berguna juga oleh masyarakat," ujar lulusan Universitas Brawijaya itu.

Bagi Aisyah, masalah ini bisa diatasi dengan cara mentoring ke orang yang tepat. Dengan bimbingan, para penggerak startup bisa menyadari jenis potensi diri.

"Karena kadang-kadang saya pun sendiri, kadang kita sebagai praktisi, tidak tahu potensi apa yang kita miliki. Kayak apakah saya cocok di marketing, leader, atau di belakang layar. Jadi sebenarnya ini bagaimana cara membantu orang mencari dirinya sendiri, untuk menemukan versi terbaiknya dia," tambahnya.

Baca Juga: Confie Indonesia dan IDN Times Bagi-bagi Tips Jurnalistik bagi Pemula

Berita Terkini Lainnya