Berlayar dengan Kapal Pinisi Bersama Pelaut Bugis di Labuan Bajo

Geliat pelaut asal Sulsel membangun pariwisata Labuan Bajo

Makassar, IDN Times - "04.30 di dermaga Laprima kak." Pesan itu dikirim ke grup percakapan WhatsApp oleh seorang panitia perjalanan wisata, malam sebelum saya dan kelompok wisatawan dari Makassar memulai penjelajahan ke Taman Nasional Komodo di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), pertengahan Juni 2022 lalu.

Kami diminta berkumpul dini hari itu di dermaga Hotel Laprima, Labuan Bajo. Hembusan udara dingin terhalau oleh hangatnya antusiasme untuk merasakan sensasi berlayar dengan kapal Pinisi. Tak jauh dari dermaga, di bawah pendar cahaya bulan purnama di ufuk barat, tiga kapal khas pelaut Bugis Makassar itu sudah menunggu kami. Bergantian, tiga sekoci mengantar 40-an wisatawan dari dermaga menuju kapal Pinisi Musti Adil, Budi Agung, dan Sumba Ocean.

Berlayar dengan Pinisi ke destinasi wisata di Taman Nasional Komodo, memang dianjurkan berangkat pada subuh hari. Pemandu wisata menjelaskan, jarak tempuh dari Kota Labuan Bajo ke tujuan kami yaitu Pulau Padar dan Pulau Komodo, cukup jauh. Saya kebagian menumpang kapal Budi Agung. Di atas kapal, pemandu wisata memberi arahan tentang semua informasi mengenai destinasi tujuan kami.

Kru kapal pun menarik jangkar, mesin menderu mengantar kami ke arah barat Labuan Bajo. Perlahan, Budi Agung menembus kabut tipis Laut Flores.

1. Berlayar dengan Pinisi di Labuan Bajo

Berlayar dengan Kapal Pinisi Bersama Pelaut Bugis di Labuan BajoKapal Pinisi Sumba Ocean di Labuan Bajo, Selasa (14/6/2022). IDN Times/Irwan Idris

Kabupaten Manggarai Barat memiliki 186 pulau dengan beberapa di antaranya jadi tujuan wisata favorit. Pulau Padar, dengan keindahan panorama di puncak bukitnya jadi ikon pariwisata Labuan Bajo, tentu saja selain satwa endemik komodo.

Dari Labuan Bajo ke Pulau Padar membutuhkan waktu sekitar empat jam pelayaran. Saat matahari mulai muncul, kami berkumpul di haluan kapal yang dirancang serupa meja makan besar dengan kursi kayu panjang bercat cokelat mengkilap. Sarapan nasi goreng, telur orak-arik dengan sosis disiapkan untuk kami santap. Ada pula kopi, teh, susu dan roti lengkap dengan selai cokelat. "Perjalanan ini akan menakjubkan," gumamku.

Selama pelayaran, kami melintasi deretan pulau dalam kawasan Taman Nasional Komodo. Pemandangan yang tersaji sungguh menakjubkan. Air lautnya biru bersih. Tidak terlihat sampah sedikitpun. Sesekali kami beriringan dengan perahu cepat atau speedboat yang, dari kejauhan seperti terbang di atas laut. "Sekali berlayar dengan speedboat bisa 20 jutaan," kata pemandu.

Pilihan berlayar dengan Pinisi di Labuan Bajo, bagi saya sangat tepat. Sebab guncangan kapal tidak begitu terasa saat menghantam ombak. Kami pun bisa menikmati semilir angin Laut Flores saat menyantap makan siang berupa ikan kakap merah bakar dan sambal jeruk. Terlebih, Pinisi yang saya tumpangi menyediakan fasilitas yang memadai. Ada lima kamar dengan kasur empuk dan bersih dilengkapi pendingin ruangan atau AC.

Semua fasilitas dan pelayanan ramah dari kru Pinisi Budi Agung membuat perjalanan begitu menyenangkan. Tidak terasa kami telah tiba di Pulau Padar.

2. Delapan ratus anak tangga ke puncak Pulau Padar

Berlayar dengan Kapal Pinisi Bersama Pelaut Bugis di Labuan BajoAnak tangga menuju puncak Pulau Padar di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT), 14 Juni 2022. IDN Times/Irwan Idris

Pulau Padar yang ditampilkan pada foto-foto cantik di Instagram, menjadi magnet agar wisatawan datang. Namun, yang tidak banyak diketahui orang, ada delapan ratus anak tangga yang harus ditapaki hingga tiba di puncak bukit. Tapi tenang saja, di sana ada ranger di setiap pos pendakian. Mereka bertugas memastikan para turis tidak mengalami insiden berbahaya, juga bertugas mengawasi pengunjung agar tidak bertindak di luar aturan TN Komodo. Aturan itu di antaranya; tidak boleh merokok, tidak memaksakan diri mendaki, dan tidak membuang sampah sembarangan.

Saran saya, saat Anda berkunjung ke Pulau Padar, jangan lupa mengenakan topi atau penutup kepala sebab sinar matahari sangat terik. Penting juga untuk membawa air mineral agar tidak kehausan, karena di puncak tidak ada penjual asongan.

Puas berfoto di puncak bukit Pulau Padar, kami turun kembali ke demarga pulau. Di samping dermaga, ada pedagang pernak-pernik khas TN Komodo. Mereka menawarkan gelang mutiara, baju kaos bertuliskan Pulau Komodo, hingga tatakan buah yang terbuat dari kulit kerang. Harganya memang cukup mahal. Karena itu saya hanya memilih sebutir kelapa muda. Airnya segar. 

Tiga kapal Pinisi yang kami tumpangi kembali menarik jangkar. Kali ini tujuan pelayaran ke Pulau Komodo. Waktu tempuh sekitar 3 jam. Kami diberitahu bahwa jalur pelayaran akan melewati pertemuan arus laut. Bikin berdebar.

3. Pelaut Bugis dan kapal Pinisi wisata

Berlayar dengan Kapal Pinisi Bersama Pelaut Bugis di Labuan BajoKru Kapal Pinisi Budi Agung yang melayani pelayaran di Labuan Bajo. Dok. IDN Times/Bank Indonesia Sulsel

Berjam-jam dalam pelayaran, membuat saya memiliki banyak waktu berbincang dengan para kru kapal. Sang koki bernama Aco. Ia berasal dari Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Darinya saya mengetahui Kapal Pinisi Budi Agung dan Musti Adil ternyata milik seorang anak muda asal Kabupaten Bone. Wiwin Faisal, namanya. Ia berada di Kapal Musti Adil, sementara Fauzan, adik kandungnya bertindak sebagai kru di Budi Agung.

Kata Aco, dua kapal yang dimiliki Wiwin diisi oleh para kru asal "Selatan"-sebutan umum untuk warga Sulsel di perantauan". Wiwin ternyata punya alasan tersendiri mengapa seluruh kru kapalnya merupakan orang Sulsel.

"Kru kapal berpengalaman di laut, dan berpengalaman di Labuan Bajo," kata Wiwin.

Pengalaman para kru merupakan jaminan bagi kelancaran pelayaran agar para turis lebih nyaman, menurut Wiwin. Itu yang menjawab rasa penasaran saya, saat kapal Budi Agung dengan tenang melintasi arus laut di perairan Flores. Sementara beberapa kapal yang berada di depan kami tampak sedikit terdorong arus.

Budi Agung dan Musti Adil awalnya adalah kapal Pinisi kargo pengangkut barang dagangan antarpulau. "Dari Sulawesi mengangkut beras ke NTT," ucap alumnus UNM Makassar itu. Struktur rangka kapal yang dirancang menanggung beban dan menghantam ombak, membuat pelayaran dengan hanya mengangkut para turis ke pulau-pulau di TN Komodo, relatif lebih ringan.

Wiwin pun blak-blakan mengungkap cerita awal mengapa mengubah kapal kargo miliknya menjadi Pinisi Wisata di Labuan Bajo.

Berlayar dengan Kapal Pinisi Bersama Pelaut Bugis di Labuan BajoFasilitas Kapal Pinisi di Labuan Bajo. Dok. Instagram/savana_komodo

4. Belajar bisnis pariwisata dari Labuan Bajo

Berlayar dengan Kapal Pinisi Bersama Pelaut Bugis di Labuan BajoKepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Selatan (Sulsel), Imam Causa Karana/Muhammad Abdiwan

Labuan Bajo bersama empat daerah wisata lain di Indonesia ditetapkan menjadi Destinasi Super Prioritas (DSP) oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 2021. Dampaknya, pemerintah mencurahkan perhatian khusus pada lima daerah tersebut. Labuan Bajo pun terus berbenah. Pembangunan dan penataan insfrastruktur penunjang pariwisata dikebut demi mengundang wisatawan. Namun jauh sebelum itu, Wiwin sudah menangkap peluang bisnis pariwisata di Labuan Bajo.

Dengan kisaran modal Rp250 juta pada 2017, ia mengubah kapal kargonya menjadi Pinisi Wisata untuk bersaing dengan lebih dari 700-an kapal sejenis di Labuan Bajo. "Awalnya cuma Musti Adil, menyusul Budi Agung jadi kapal wisata," ucap Wiwin. Usaha jasa pengangkutan sembako antarpulau yang dirintis oleh orangtuanya, diubahnya cepat. 

Wiwin dengan tekun memanfaatkan seluruh kanal medial sosial untuk memasarkan layanan kapal Pinisi wisata Labuan Bajo. Paket pelayaran yang ditawarkan juga bermacam-macam. Mulai dari Privat Trip hingga Open Trip. Kamu bisa langsung menghubungi Wiwin di akun Instagram @savana_komodo. Untuk sistem pembayaran pun, Wiwin memudahkan turis dengan menggunakan layanan perbankan.

"Apa yang saya jual, sesuai dengan fasilitas dan servis kami," kata Wiwin.

Kecerdasan Wiwin mengelola bisnis pariwisata patut dicontoh. Ia menerapkan layanan optimal dan kemudahan transaksi pembayaran demi kepuasan para turis.

Keuletan Wiwin dan pebisnis wisata Labuan Bajo itu juga menginspirasi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulsel, Causa Iman Karana, untuk mendorong pengembangan sektor pariwisata di Sulsel.

"Ini pariwisata harus didorong, agar menumbuhkan potensi wisatawan masuk Sulsel," kata Imam saat menyampaikan sambutan dalam kegiatan Pelatihan Wartawan Sulsel di Labuan Bajo, NTT, 13 Juni 2022.

Imam menilai, potensi wisata yang besar juga dimiliki Sulsel, namun butuh kerja sama seluruh pihak, termasuk para jurnalis, untuk bisa mendorong tumbuhnya bisnis wisata. "Kita berharap media berperan penting bagaimana mempromosikan pariwisata Sulsel," ucapnya.

Baca Juga: 9 Potret Pulau Taka Makassar, Keindahan Tersebunyi di Labuan Bajo

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya