Juara Liga 1 2018, Persija 'Dihantui' Tiga Pertanyaan Ini

Persija membantah dianakemaskan

Jakarta, IDN Times - Persija Jakarta sukses menjadi kampiun Liga 1 2018. Mereka menjadi yang terbaik karena tampil konsisten sepanjang musim dan menutup kompetisi dengan meraih nilai tertinggi, yakni 62 poin.

Ini menjadi gelar Liga 1 pertama yang diraih Persija dalam 17 tahun terakhir. Torehan yang sejatinya cukup hebat. Namun prestasi klub berjulukkan Macan Kemayoran ini dibayangi sejumlah kejanggalan. Apa saja, ya?

1. Jadwal pertandingan yang diundur dinilai menguntungkan Persija?

Juara Liga 1 2018, Persija 'Dihantui' Tiga Pertanyaan IniANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Tim besutan Stefano Cugurra 'Teco' musim ini memang dihadapkan pada jadwal yang cukup padat. Pasalnya, mereka juga tampil di kompetisi Asia (Piala AFC) yang diberikan federasi secara cuma-cuma karena menggantikan PSM yang dianggap belum memenuhi syarat tampil di kompetisi terbesar kedua se-Asia tersebut. Imbasnya beberapa laga Persija di Liga 1 harus diundur.

Jelang pertandingan kontra Perseru di putaran pertama lalu, Persija meminta laga diundur karena berdekatan dengan jadwal Piala AFC. Sebab, mereka menganggap waktu pertandingan terlalu mepet karena jeda waktunya hanya dua hari. Permintaan Persija dikabulkan, laga pun diundur dari yang awalnya digelar 6 Mei, menjadi 30 Juni.

Selanjutnya, jadwal Persija menjamu Persib Bandung juga diundur. Mereka tak bisa menggelar pertandingan lantaran tak mendapatkan izin keramaian dari pihak Kepolisian.

Sedangkan, pemberitahuan pengunduran jadwal sangat mepet dengan hari pertandingan. Padahal,  jika merunut regulasi PT LIB, berdasarkan Pasal 14 Nomor 6, perubahan jadwal pertandingan ditetapkan selambat-lambatnya tujuh hari sebelum hari pertandingan.

Selain itu juga ada beberapa pengunduran jadwal, antara lain saat melawan Persebaya dan Persela.

Baca Juga: 5 Alasan yang Buat Persija Memang Layak Juara Liga 2018

2. Kenapa Macan Kemayoran lepas dari beberapa sanksi?

Juara Liga 1 2018, Persija 'Dihantui' Tiga Pertanyaan IniANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Persija Jakarta pun tercatat luput dari beberapa sanksi akibat pelanggaran yang mereka buat. Hal itu juga membuat mereka tak lepas dari sebutan 'anak emas' dalam kompetisi kali ini.

Kasus perkelahian Ramdani Lestaluhu dengan Paulu Sergio (Bhayangkara FC) misalnya, ia tak mendapatkan sanksi sedikitpun dari Komisi Disiplin PSSI.

Lalu, kasus Ismed Sofyan dalam laga pekan ke-16 saat Persija bersua Bali United. Ismed yang tak terima dengan keputusan wasit yang menganggapnya melakukan pelanggaran, melepas tembakan ke arah wasit. beruntung, bola tak sampai mengenai sang pengadil. Hal tersebut juga ternyata luput dari hukuman.

Ada juga kasus lainnya macam suporter masuk ke lapangan (Arema vs Persija) atau Kerusuhan suporter saat menjamu Persebaya dan PSIS.

3. Wakil Ketua Umum PSSI pemilik saham mayoritas Persija, adakah konflik kepentingan?

Juara Liga 1 2018, Persija 'Dihantui' Tiga Pertanyaan Inipssi.org

Hal lain yang disorot publik adalah pemegang saham mayoritas Persija yang tak lain Joko Driyono. Joko adalah Wakil Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Joko Driyono disebut memiliki saham sebesar 95 persen di PT Jakarta Indonesia Hebat. PT JIH merupakan pemiliki saham mayoritas (80 persen) di PT Persija Jaya Jakarta.  

4. Kasus rangkap jabatan terjadi di beberapa klub

Juara Liga 1 2018, Persija 'Dihantui' Tiga Pertanyaan Inipssi.org

Meskipun Joko Driyono tak melakukan intervensi terhadap keputusan yang berkaitan dengan kompetisi, namun publik tetap bertanya-tanya: Apakah tidak akan terjadi konflik kepentingan jika Wakil Ketua Umum PSSI juga menjadi petinggi salah satu klub? 

Kasus rangkap jabatan ini ternyata tak hanya terjadi di Persija, tapi juga di beberapa klub. Sebut saja Persib yang dimiliki Glenn SUgita (Komisaris PT LIB), Iwan Budianto (Exco PSSI) di Arema FC, dan Edi Rahmayadi (Ketum PSSI) bersama PSMS.

Koordinator Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali mengungkapkan seharusnya pihak berkepentingan tak mengedepankan egonya untuk rangkap jabatan. Sebab, di saat seseorang dihadapkan dua posisi penting, dikhawatirkan akan menyeret satu kepentingan. Jadi wajar jika ada yang curiga.

"Rangkap jabatan lebih banyak mudaratnya, itu akan menimbulkan prasangka negatif. Nanti bisa mengotori marwah sepak bola yang menjunjung tinggi sportivitas serta fairplay," beber Akmal.

Namun, Akmal melanjutkan, rangkap jabatan ini tak melanggar aturan. Berdasarkan statuta FIFA yang berlaku, pemilik klub dan pengurus perkumpulan sepakbola memang tak dilarang untuk rangkap jabatan.

5. Pemain senior Persija bantah dianggap 'anak emas' PSSI

Juara Liga 1 2018, Persija 'Dihantui' Tiga Pertanyaan Inipersija.id

Salah seorang pemain kunci Persija, Sandi Darma Sute, menampik bahwa timnya jadi tim yang dianakemaskan oleh federasi. Menurutnya, hal itu cuma pikiran iri dari beberapa orang saja yang tak suka Persija menjadi juara.

"Saya mendengar kabar itu (Persija juara setting-an), tapi tak telalu mengambil pusing.  Kami mendapatkannya butuh kerja keras, gimana pedihnya berjuang dalam pertandingan, latihan, caci maki, itu sudah kami terima. Sebelumnya kami juga sempat terpuruk, Persija sempat ada di posisi 13 klasemen, tapi kami bangkit dan menunjukan daya juang," kata Sandi saat dihubungi IDN Times, Selasa (11/12).

"Kalau ngomongin Persija yang ada kaitannya sama Pak Jokdri  (Joko Driyono), klub lain juga sama, ada juga petinggi yang punya klub. Kalau bicara setting-an saya percaya tidak, saya juga tak mau kalau juara seperti itu. Wajar jika ada kecurigaan dari orang, tinggal bagaimana orang itu memandang sepka bola, negatif atau positif," sambungnya.

Memang, terlepas dari apapun yang menjadi bumbu-bumbu negatif dalam keberhasilan Persija, publik harus bisa menerimanya dengan lapang dada. Toh, olahraga pada dasarnya harus menjunjung tinggi nilai sportivitas. 

Baca Juga: FOTO: Momen-Momen Seru Kemenangan Persija Jakarta

Topik:

  • M Gunawan Mashar

Berita Terkini Lainnya