[KLASIK] Bima Kencana, Wakil Makassar Lainnya di Kompetisi Galatama

Hanya eksis dua tahun, bubar dengan alasan finansial

Makassar, IDN Times - Tahun 1982, semarak Galatama sebagai pentas "sepak bola profesional" mulai mendapat pamor. Penonton mulai berani mendatangi stadion untuk menyaksikan pertandingan klub tanpa embel-embel nama daerah.

Jika mengingat sepak terjang tim asal Makassar (atau Ujung Pandang) di era kompetisi Galatama, Makassar Utama selalu mencuat. Satu dekade eksis, klub bentukan Jusuf Kalla tersebut beberapa kali meramaikan perburuan gelar juara. Belum lagi kesuksesan meraih trofi Piala Liga 1986.

Cerita sepak terjang Makassar Utama terkesan mulai banyak dilupakan. Padahal Sumirlan dkk kerap menjadi buah bibir sepanjang dekade 1980-an. Namun, ada satu tim Makassar lainnya yang kini hilang tanpa jejak. Tim tersebut adalah Bima Kencana, peserta Galatama IV musim 1983/84.

1. Bima Kencana diisi oleh mayoritas pemain muda binaan SSB Bangau Putra

[KLASIK] Bima Kencana, Wakil Makassar Lainnya di Kompetisi GalatamaPara pemain tim Bima Kencana berpose jelang pertandingan uji coba melawan klub Divisi Satu Perserikatan, Seruni Sengkang, pada tahun 1983. (Instagram.com/sulselfootballhistory - Arsip Pribadi Charles Taka)

Galatama rupanya menarik minat Aryantomo Andi Lolo, seorang pengusaha kayu asal Makassar. Pada tahun 1982, ia secara resmi membentuk klub bernama Bima Kencana (BK). Bermarkas di Stadion Mattoanging, bersama PSM Makassar dan Makassar Utama, BK memilih hijau sebagai warna jersey utama dan merah pada laga tandang.

Skuad Bima Kencana sendiri lebih banyak diisi oleh pemain muda, dengan kisaran antara 18 hingga 22 tahun. Mereka mayoritas berasal dari SSB Bangau Putra yang dikelola oleh mantan punggawa PSM dekade 1950-an, mendiang Kamaluddin Kasim.

Beberapa nama pemain BK antara lain Rifai Agatha, Burhanuddin, Taufik Ris Nyeppo, Mustafa Agus, Apeng, Taufik Djalali, Charles Taka, Rifai Tobo dan Hanafing. Turut pula Wandy, Musallam, Jafar, Razak, Zulkarnaen Sidiq, Djamil Husein, Syamsul Bachri, Ansyir Arsyad serta Christian Marwa.

2. Sebelum mentas di kasta tertinggi, anak asuh Kamaluddin Kasim lebih dulu berjuang lolos dari Divisi Satu Galatama 1983

[KLASIK] Bima Kencana, Wakil Makassar Lainnya di Kompetisi GalatamaPara pemain Bima Kencana sedang istirahat jeda antar babak di laga uji coba kontran tim Divisi Satu Perserikatan, Seruni Sengkang, pada tahun 1983. (Instagram.com/sulselfootballhistory - Arsip Pribadi Charles Taka)

Sebelum mentas di Divisi Utama Galatama, Bima Kencana terlebih dulu masuk di Divisi Satu 1983 yang tak lain jadi proses seleksi. Selain BK turut pula Semen Padang, Tempo Utama (Bandung), Caprina (Denpasar), Cahaya Kita (Jakarta) dan Makassar Utama.

Agaknya, Divisi Satu 1983 hanya bertindak sebagai pembagi alokasi wilayah untuk Divisi Utama Galatama IV. Semen Padang dan Tempo Utama, dua tim teratas Divisi Satu masuk di Wilayah Barat. Sementara empat tim di bawah mereka, termasuk Bima Kencana yang finis sebagai peringkat empat, ada di Wilayah Timur.

Selain itu, semua tim Divisi Satu 1983 pun dimasukkan ke Divisi Utama sebab rencana memutar Divisi Satu untuk musim 1984 batal terlaksana. Alhasil, kasta teratas Galatama IV berisi 18 klub setelah hanya diikuti 15 tim saja pada musim 1982/83.

Galatama IV juga mengadopsi format dua wilayah dan Babak 8 Besar. Aspek finansial alias meringankan beban keuangan klub peserta jadi alasan utama perubahan ini. Tak perlu menunggu lama, Bima Kencana akhirnya menembus kasta tertinggi.

Baca Juga: [KLASIK] Memori Sarat Gol Aldo "Dodo" Barreto Bersama PSM Makassar

3. Usai mentas di Galatama 1983/84, Bima Kencana membubarkan diri akibat alasan finansial

[KLASIK] Bima Kencana, Wakil Makassar Lainnya di Kompetisi GalatamaPara pemain tim Bima Kencana berpose sebelum bertanding dalam lanjutan kompetisi Galatama musim 1983/84. (Instagram.com/sulselfootballhistory - Arsip Pribadi Roweina Ramadhanti)

Sayang, anak asuh Kamaluddin Kasim tersebut lebih banyak berkutat di papan bawah. Dari 16 pertandingan yang dilalui, Hanafing cs hanya mendulang 3 kemenangan. Sisanya, 3 kali imbang dan 10 kali kalah. Mereka bertengger di posisi 8 klasemen akhir musim Wilayah Timur, tepat di atas Caprina si juru kunci.

Prestasi minor di Galatama 1983/84 membuat Bima Kencana memilih membubarkan diri setelah musim selesai. Selain itu, modal dana yang tak terlalu besar membuat manajemen klub sulit menjaga pemasukan. Alhasil, mereka hanya eksis selama dua tahun saja.

Kendati demikian, banyak pemain BK jadi rebutan. Beberapa dari mereka bergabung ke klub Sulsel yang saat itu berkutat di Divisi Satu Perserikatan. Ada pula jadi rekrutan tim Galatama lain atau Divisi Utama Perserikatan.

Salah satunya yakni Hanafing, penyerang sayap andalan Bima Kencana. Ia langsung didaratkan oleh tim papan atas Niac Mitra (Surabaya) untuk musim 1984/85. Di Kota Pahlawan, sosok yang kini menjadi instruktur pelatih itu menjadi andalan di lini depan tim asuhan M. Basri.

Baca Juga: [KLASIK] Mengenang Makassar Utama, Tim Sepak Bola Bentukan Jusuf Kalla

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya