Mengenal Para Atlet Etnis Tionghoa Asal Sulselbar di Kancah Nasional

Lebih banyak jadi pesepak bola, ada juga dari angkat besi

Makassar, IDN Times - Jika merunut sejarah hingga ke belakang, orang-orang Tionghoa sudah berkecimpung di dunia olahraga nasional, jauh sebelum Indonesia merdeka. Ada dua cabang yang umumnya digeluti, yakni bulu tangkis serta sepak bola. Kemudian menyusul basket, tenis, tinju, dan wushu.

Etnis Tionghoa di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat pun patut berbangga hati. Meski jumlahnya tak sebanyak wilayah lain, dua provinsi yang saling bertetangga itu tercatat pernah menyumbang atlet Tionghoa di pentas olahraga nasional.

Nah, berikut ini IDN Times menyajikan profil singkat lima di antaranya.

1. Keng Wie (Budi Wijaya)

Mengenal Para Atlet Etnis Tionghoa Asal Sulselbar di Kancah NasionalInstagram.com/memori_psm (Dok. Pribadi Keng Wie)

Daftar pendek ini dimulai dari Keng Wie (Budi Wijaya). Lahir di Makassar pada 23 Agustus 1943, dia menjadi bagian dari tim utama PSM sepanjang dekade 1960-an. Berposisi sebagai bek kiri, Keng Wie turut ambil bagian dalam moncernya PSM di sejumlah kompetisi.

Pemilik nomor punggung 3 tersebut bermain untuk Juku Eja dari 1962 hingga 1975. Beberapa raihan selama 13 tahun berkarier antara lain sepasang gelar juara Perserikatan (1964/65 dan 1965/66), tiga trofi Piala Jusuf (1965, 1967 dan 1975) ditambah satu predikat jawara Piala Soeharto tahun 1974.

Ada dua hal unik. Di tahun-tahun awal membela PSM, Keng Wie sempat bermain bersama Ramang selama enam musim sebelum Si Macan Bola memutuskan pensiun. Masuk dekade 1970-an, giliran anaknya, yakni (alm.) Anwar Ramang, yang menembus tim utama.

Baca Juga: Mengingat Kembali Skuad Utama PSM Makassar Satu Dekade Silam

2. Yosef Wijaya

Mengenal Para Atlet Etnis Tionghoa Asal Sulselbar di Kancah NasionalDok. Pribadi Yosef Wijaya

Selanjutnya ada Yosef Wijaya, palang pintu tangguh milik PSM Makassar sepanjang dekade 1980-an hingga awal 1990-an. Kemampuannya mengawal lini belakang tim Badai dari Timur membuatnya dijuluki sebagai "Si Tembok Putih".

Tangguh mengawal lini belakang, ban kapten dipercayakan kepada Yosef sejak Perserikatan musim 1985. Satu dekade berseragam merah marun, ia membawa PSM menjuarai kejuaraan Piala Jusuf 1984 serta juara Perserikatan 1991/92.

Yosef gantung sepatu pada usia 33 tahun, setelah mengantar Juku Eja mengakhiri puasa gelar nasional selama 26 tahun. Selain Yosef, di dekade 1980-an juga muncul dua penggawa Tionghoa lain yakni duo gelandang Erwin Wijaya serta Tony Ho, sosok yang belakangan lebih dikenal sebagai juru taktik.

3. Febrianto Wijaya

Mengenal Para Atlet Etnis Tionghoa Asal Sulselbar di Kancah NasionalInstagram.com/febriantowijaya

Kiprah Febrianto Wijaya sebagai pesepak bola terbilang sangat pendek. Lulusan Makassar Football School tersebut mulai merintis karier pada tahun 2008 bersama PSM, dan sempat dipinjamkan ke Persipura Jayapura.

Setelah itu, ia memulai perantauan dengan memperkuat Persiram Raja Ampat (2009), Pro Duta FC Medan (2010), Medan Chiefs (2010-2011) dan terakhir Persela Lamongan (2011-2013).

Terpilih menjadi anggota DPRD Kota Mamuju Sulawesi Barat pada 2014 silam membuatnya pensiun dini sebagai pemain sepak bola profesional di usia 24 tahun. Namun, eks penggawa Timnas Indonesia U-17 itu masih tetap aktif di dunia bal-balan.

Anto --sapaan akrabnya-- sempat mengelola SSB Manakarra, menjadi pemilik klub Liga 3 asal Mamuju yakni OTP 37 serta kini didapuk menjadi Direktur Akademi PSM Makassar sejak akhir 2017.

4. Irvin Museng

Mengenal Para Atlet Etnis Tionghoa Asal Sulselbar di Kancah NasionalInstagram.com/irvinmuseng

Salah satu pemain yang pernah digadang-gadang menjadi striker masa depan PSM. Sosok kelahiran Makassar, 16 Juli 1991, ini tercatat pernah membela Timnas Indonesia U-12 (untuk Danone Cup) dan U-16 bersama Febrianto Wijaya.

Kendati sempat tampil untuk PSM U-21, Irvin memulai karier sepak bola profesionalnya di Medan, ibu kota Sumatera Utara. Rinciannya yakni Pro Duta FC (2009-10), masuk Medan Chiefs untuk kompetisi Liga Primer Indonesia (2010-11), lalu balik ke Pro Duta lagi (2011-12).

Kesebelasan terakhir yang dibela Irvin adalah Persiba Balikpapan di musim 2013. Sempat berstatus tanpa klub, ia memilih pensiun dini dan kini banting setir menjadi pengusaha bidang konstruksi di Jakarta.

5. Charlie Depthios

Mengenal Para Atlet Etnis Tionghoa Asal Sulselbar di Kancah NasionalDok. Istimewa (IOC)

Namanya mungkin masih asing, padahal Charlie Depthios pernah membawa nama Indonesia di pentas Olimpiade Mexico 1968 dan Olimpiade Muenchen 1972 di cabang olahraga angkat besi.

Lahir di Mamuju pada 2 Februari 1940, Charlie mulai merajai pentas angkat besi nasional dan internasional sejak 1960. Menariknya, ia berlatih otodidak tanpa bantuan pelatih. Salah satu dari banyak gelar yang direbbutnya adalah medali perak dari jenis angkatan clean & jerk dalam Kejuaraan Dunia Angkat Besi 1970 di Ohio, Amerika Serikat.

Selepas pensiun, Charlie tetap aktif di cabang olahraga olahraga tersebut sebagai pelatih meski dengan kondisi seadanya. Beliau tutup usia pada 4 September 1999 setelah menderita stroke selama berbulan-bulan.

Baca Juga: Direkrut PSM Makassar, Giancarlo Lopes Ternyata Punya Rekam Jejak Unik

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya