11 Fakta Ilmiah Rasa Kesepian, Risiko Lockdown atau Karantina

Orang sukses atau banyak teman juga merasakannya

Semua orang pasti pernah merasakan kesepian. Entah itu waktu berpindah ke kota yang lain, makan di restoran, atau tidak ada teman yang bisa diajak bermain saat akhir minggu. Bahkan ketika berada di antara teman-teman kita atau di tengah keramaian pun, kita bisa merasakannya.

Namun dalam beberapa dekade terakhir ini, perasaan tersebut menjadi semakin parah dan diderita oleh berjuta orang. Padahal kita hidup di era keemasan di mana semua orang saling terkoneksi satu sama lain. Ditambah lagi, saat ini kita harus mengarantina diri di tempat tinggal masing-masing akibat virus corona.

Terlepas dari kita harus menjalani karantina diri dan di dalam tempat tinggal saja untuk menekan wabah COVID-19, kenapa kita masih saja kesepian sejak hari-hari biasa kita saat kondisi masih normal dan malahan perasaan itu semakin kronis? Berikut ini penjelasan ilmiah selengkapnya!

1. Kesepian dan kesendirian adalah dua hal yang berbeda

11 Fakta Ilmiah Rasa Kesepian, Risiko Lockdown atau Karantinacoleruddick.com

Banyak orang berpikiran bahwa mereka yang kesepian adalah mereka yang sendirian. Padahal itu tidak benar. Banyak orang yang banyak bersosialisasi malahan merasakan kesepian yang lebih parah.

Kamu bisa merasa sangat hidup dengan sendirian, tetapi sangat stres ketika berada di dekat teman-teman. Orang-orang juga berpendapat bahwa kebanyakan mereka yang kesepian merupakan orang-orang yang tidak bisa mengobrol. Padahal kenyataannya tidak seperti itu.

2. Kesepian sangatlah subjektif

11 Fakta Ilmiah Rasa Kesepian, Risiko Lockdown atau Karantinamarkgregorykarris.com

Pengalaman kesepian tiap orang berbeda-beda. Ada yang merasa kesepian ketika tidak ada yang mengajak mengobrol, ada pula yang kesepian walaupun sudah diajak mengobrol.

Apapun itu, jika kamu merasakan kesepian, maka itu artinya kamu kesepian. Itu berarti tidak peduli apa dia kaya, terkenal, berkuasa, suka bersosialisasi, tetap saja mungkin untuk merasakan kesepian, karena itu adalah bagian dari proses biologis kita.

3. Kebutuhan bersosialisasi diturunkan oleh leluhur kita

11 Fakta Ilmiah Rasa Kesepian, Risiko Lockdown atau Karantinaindependent.co.uk

Kesepian seperti rasa lapar. Kelaparan membuat kamu memberi perhatian lebih ke kebutuhan fisik, sedangkan kesepian lebih ke arah kebutuhan sosial. Tubuhmu peduli akan hal tersebut karena jutaan tahun yang lalu, bersosialiasi adalah bagian untuk bertahan hidup.

Hukum alam menuntut leluhur kita berkolaborasi dan membentuk koneksi satu sama lain. Dari sinilah otak kita berkembang untuk mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain guna membentuk dan mempertahankan ikatan sosial.

4. Kemampuan sosialisasi itu berguna untuk memperpanjang umur

11 Fakta Ilmiah Rasa Kesepian, Risiko Lockdown atau Karantinahistory.com

Bersosialiasi menjadi bagian dari hidupmu. Kamu lahir dengan masuk ke dalam suatu grup yang berisikan 50 hingga 150 orang dan akan kamu habiskan selama hidupmu.

Untuk mendapatkan makanan, merasa nyaman dan aman ataupun memiliki dan merawat keturunan tidak mungkin dilakukan sendirian. Oleh karena itu, bersama berarti bertahan hidup, sendirian berarti mati.

Untuk para leluhurmu, hal yang paling mengancam kehidupan di zaman dahulu bukanlah dimakan singa atau ular, melainkan mendapatkan pengasingan dari sosial sekitar. Untuk menghindari hal tersebut, tubuhmu diberkati dengan yang namanya rasa sakit sosial.

Rasa sakit ini menghindarkanmu dengan kebiasaan yang mampu mengisolasimu dan pada akhirnya mengubah kebiasaan tersebut. Mereka yang tidak mampu mengubah kebiasaan itu akan dikeluarkan dari kelompok sosial dan kemungkinan besar akan mati. Itulah mengapa penolakan dan kesepian sangatlah menyakitkan.

5. Demam kesepian sudah dirasakan sejak abad ke-14

11 Fakta Ilmiah Rasa Kesepian, Risiko Lockdown atau Karantinathegreatcoursesplus.com

Diperkirakan wabah kesepian yang kita rasakan saat ini sebenarnya sudah ada sejak zaman Renaissance, yang tidak lain adalah perubahan gaya hidup yang kolektif menjadi individualis. Tren ini merebak ketika Revolusi Industri.

Orang-orang meninggalkan kampung halaman dan perkebunannya untuk bekerja di pabrik. Komunitas di pedesaan pun hilang, melebur menjadi perkotaan tempat kita tinggal sekarang.

6. Itu semua dibuktikan dengan jumlah sahabat yang makin menurun dari tahun ke tahun

11 Fakta Ilmiah Rasa Kesepian, Risiko Lockdown atau Karantinaallthemoms.com

Sekarang kita meninggalkan kehidupan sosial kita untuk menemukan pekerjaan baru, cinta hingga edukasi. Kita menemui semakin sedikit orang dan menemui mereka lebih jarang daripada di masa lalu. Buktinya di Amerika, survei menunjukkan bahwa jumlah sahabat menurun dari tiga orang di 1985 menjadi dua orang di 2011.

Baca Juga: Sering Melakukan 6 Hal Ini? Bisa Jadi Kamu Sedang Kesepian Lho! 

7. Salah satu penyebab kesepian adalah tidak adanya lagi waktu untuk bersosialisasi

11 Fakta Ilmiah Rasa Kesepian, Risiko Lockdown atau Karantinayoungisthan.in

Kebanyakan orang menemui kesepian karena tak sengaja. Sibuk bekerja, belajar di universitas, mengurus anak-anak bahkan hingga karena terlalu banyak menonton Netflix ataupun YouTube. Tidak ada waktu lagi untuk bersosialisasi karena kamu mengorbankan waktu tersebut, hingga di suatu pagi kamu terbangun dan sadar kamu kesepian.

Sangatlah susah untuk mendapatkan sebuah relasi yang dekat di dewasa ini hingga kesepian semakin parah. Walaupun sekarang kita sudah terberkati dengan adanya smartphone dan televisi, pikiran dan tubuh kita tetaplah serupa dengan 50 ribu tahun yang lalu. Kita masih tetap perlu terkoneksi satu sama lain secara biologis.

8. Kesepian dapat membunuhmu

11 Fakta Ilmiah Rasa Kesepian, Risiko Lockdown atau Karantinaartificialintelligence-news.com

Studi menunjukkan bahwa stres yang disebabkan kesepian dapat menjadi hal paling tidak sehat yang pernah kita rasakan. Ia dapat membuatmu cepat tua, ia membuat kanker menjadi lebih mematikan, ia membuat perkembangan alzheimer lebih cepat, ia membuat sistem imun lebih lemah. Dikatakan pula kesepian dua kali lebih berbahaya daripada obesitas dan setara dengan menghisap satu bungkus rokok sehari.

9. Kesepian juga membuatmu memiliki pandangan pesimis ke sekitar

11 Fakta Ilmiah Rasa Kesepian, Risiko Lockdown atau Karantinaid.pinterest.com

Rasa sakit sosial dan fisik memiliki mekanisme serupa di otak. Sekali merasakan ancaman, akan muncul kebiasaan defensif di dirimu. Alhasil saat merasakan kesepian yang parah, tubuhmu mulai melihat ancaman dan bahaya di mana-mana.

Selain itu kesepian juga membuat otakmu lebih sensitif terhadap tanda-tanda sosial, hingga mengartikan tanda tersebut dengan salah. Ekspresi wajah yang netral mulai diartikan sebagai ekspresi bermusuhan, membuatmu semakin tidak memercayai yang lain. Kamu semakin memperhatikan mereka, tetapi kamu lebih tidak mengerti akan mereka.

Kesepian juga membuatmu berpikiran buruk terhadap niat orang-orang yang ditujukan kepadamu. Kamu pun menjadi self centered untuk melindungi dirimu dan itu membuatmu tampak dingin, tak bersahabat dan canggung dalam bersosialisasi.

10. Untuk keluar dari kesepian, kenali terlebih dahulu siklus yang menjebakmu tersebut

11 Fakta Ilmiah Rasa Kesepian, Risiko Lockdown atau Karantinahsvpcs.com

Contoh siklusnya seperti ini: kondisi terisolasimu membuat kamu merasakan ketegangan dan kesedihan, hingga akhirnya kamu berpikiran negatif kepada interaksi orang lain. Ini membuat kamu berpikiran jelek kepada dirimu sendiri dan orang lain, dan pada akhirnya mengubah kebiasaanmu.

Kamu menghindari interaksi sosial hingga menyebabkan isolasi yang lebih parah. Siklus ini menjadi lebih parah dan lebih susah untuk dihindari.

Salah satu contoh nyatanya adalah kamu duduk menyendiri di kelas, tidak menjawab telepon dari teman, hingga menolak ajakan teman. Proses ini memakan waktu bertahun-tahun dan dapat membuat seseorang menuju titik depresi dan kondisi mental yang menolak berhubungan, walaupun kamu menginginkannya.

11. Tentu saja kamu bisa menghilangkan rasa sepi itu dan caranya adalah dengan merenung

11 Fakta Ilmiah Rasa Kesepian, Risiko Lockdown atau Karantinashauntaebrownwhite.com

Cara pertama yang bisa kamu lakukan adalah menerima rasa kesepian itu sebagai hal yang normal dan tak perlu malu akan hal itu. Paling tidak dengan melakukan hal itu kamu bisa membuang penyebab rasa kesepian ini.

Yang kedua adalah selalu pertanyakan tiap interaksi yang kamu lakukan, khususnya yang sering kamu pikirkan dalam hal negatif. Apakah memang interaksi itu memang negatif ataukah sebenarnya netral atau malahan positif? Apa mereka mengatakan sesuatu yang buruk atau kamu hanya menambahkan makna tersebut?

Pertanyakan pula tentang sekitarmu:

  • Apakah kamu selalu berpikir buruk tentang niatan orang lain?
  • Apa kamu sudah masuk situasi sosial dan memutuskan ke manakah hubungan itu berlanjut?
  • Apa kamu berpikiran orang-orang sekitarmu tidak menginginkanmu?
  • Apa kamu mencoba menghindari rasa sakit dan memilih untuk tidak terbuka?
  • Bisakah kamu memberikan kesempatan kepada orang-orang tersebut untuk mengenalmu?
  • Bisakah kamu tidak berpikiran mereka tidak sedang menyerangmu?

Yang terakhir adalah pertanyakan kebiasaanmu. Apakah kamu memiliki kebiasaan untuk menghindari ajakan, membuat alasan, bahkan mendorong seseorang untuk menyelamatkan diri sendiri? Apa kamu benar-benar mencari koneksi baru?

Tentu saja tiap orang berbeda, sehingga solusi yang kamu dapatkan lewat introspeksi diri sendiri belum tentu akan membantu. Jika sudah seperti ini, cobalah meminta bantuan profesional. Jika sudah siap, cobalah ajak seseorang dalam suatu kegiatan. Bisa sekadar mengopi ataupun masak.

Kesepian akan selalu kamu rasakan, namun kamu bisa menghadapinya. Jangan menjadi tertutup agar kamu tidak terjebak dalam siklus kesepian tersebut. Terbukalah, walaupun tidak bisa secara langsung, ada banyak media pembantu di zaman sekarang yang bisa menjadi perantara atau permulaan hubungan. Semangat, ya! Kamu tidak sendiri kok!

Baca Juga: Jarang Disadari, 5 Tanda Ini Tunjukkan Bahwa Kamu Sebenarnya Kesepian

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya