Makassar Biennale 2019: Migrasi, Sungai dan Kuliner dalam Kesenian

Tema besar ajang dua tahunan ini masih perihal maritim

Makassar, IDN Times - Ajang pameran seni rupa kontemporer internasional Makassar Biennale (MB) 2019 diadakan mulai hari Minggu (1/9) ini hingga 15 September mendatang, di Gedung Kesenian Sulsel Societeit de Harmonie. Untuk gelaran yang telah masuk edisi ketiga ini, tema yang diangkat adalah "Maritim: Migrasi, Sungai, dan Kuliner".

Meski hal-hal yang berkenaan dengan laut jadi tema utama, tiga subtema dipilih lantaran kaitan eratnya dengan kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan. Pertama yakni migrasi, perpindahan manusia ke wilayah satu dan wilayah lainnya. Di mana ras, barang dan jasa kemudian berkembang dengan leluasa. Dalam masyarakat Bugis-Makassar, kebiasaan merantau atau massompe' dilakukan turun temurun entah dengan alasan ekonomi atau menuntut ilmu.

1. Untuk edisi ketiganya, Makassar Biennale 2019 mengangkat tiga subtema yakni migrasi, sungai dan kuliner

Makassar Biennale 2019: Migrasi, Sungai dan Kuliner dalam KesenianMakassar Biennale/Artefact.id

Kedua adalah sungai, penghubung antara hulu dan hilir dan menjadi salah satu bagian tak terpisahkan dari lautan atau maritim, tema besar Makassar Biennale 2019. Selain menjadi "pintu gerbang" atas petualangan samudera, sungai bertindak sebagai fondasi terciptanya kehidupan bertani masyarakat Sulsel sejak ratusan tahun silam.

Ketiga ialah kuliner, salah satu sisi yang paling diingat dari Makassar dan sekitarnya. Hidangan atau penganan pemanja lidah disebut sebagai salah satu bagian terpenting dalam kebudayaan manusia. Kuliner pun sangat mudah berpadu dalam ajang seperti ini, entah sebagai seni rupa ataupun festival kewargaan yang menarik minat khalayak umum.

Baca Juga: Mengenang Perlawanan Orang Makassar Digempur Ribuan Prajurit Thailand

2. Tiga kota lain turut mengadakan pameran seni rupa internasional tersebut setelah Makassar

Makassar Biennale 2019: Migrasi, Sungai dan Kuliner dalam KesenianMakassar Biennale/Artefact.id

Selain itu, Makassar Biennale 2019 juga akan berlangsung di empat kota yang tersebar di dua provinsi. Tujuannya antara lain menyemarakkan dunia seni rupa Indonesia dan internasional, sembari menghubungkan jaringan-jaringan komunitas dan berbagai kalangan agar tercipta proses dialog-belajar. Pemilihan kota pun sesuai dengan tema besar helatan tahun ini.

Ada Makassar (1-15 September), kota pelabuhan utama di Indonesia Timur yang dikenal sebagai pusat perdagangan selama berabad-abad. Wilayah berikutnya adalah Bulukumba (16-30 September), berkat reputasinya sebagai tempat lahirnya para pembuat perahu pinisi ulung.

Parepare (1-15 Oktober), juga terpilih sebab statusnya sebagai kota pelabuhan kedua Sulsel yang sudah lama jadi titik perdagangan dan migrasi dari dan menuju sisi selatan Pulau Sulawesi. Terakhir  Polewali Mandar, Sulawesi Barat (16-31 Oktober), tempat dua komunitas yang bergerak di usaha pelestarian sungai dan literasi masyarakat pesisir yakni Uwake Culture Foundatioan serta Nusa Pustaka.

3. Untuk edisi tahun ini, seluruh rangkaian acara berlangsung di Gedung Kesenian Sulsel Societeit de Harmonie

Makassar Biennale 2019: Migrasi, Sungai dan Kuliner dalam KesenianMakassar Biennale/Artefact.id

Selain pameran yang menjadi acara utama Makassar Biennale 2019, turut diadakan kegiatan pendukung lainnya seperti bedah buku, diskusi panel, workshop, simposium seni rupa magang untuk para profesional dan pelajar hingga pameran komunitas dan usaha kecil menengah di Makassar dan sekitarnya.

Total ada 23 seniman lintas benua yang ikut serta memamerkan hasil karya mereka setelah melalui proses kurasi panjang. Sejumlah pembicara lintas disiplin ilmu dan profesi akan bertindak sebagai pengantar para peserta mengkaji sejumlah isu seperti konsisi sosial, budaya, lingkungan hidup hingga tentu saja kesenian.

Sesuai jadwal, Makassar Biennale 2019 akan dibuka oleh Direktur Jenderal Kebudayaan RI, Dr. Hilmar Farid PhD, di Ruang Teater Gedung Kesenian Sulsel Sicoeteit de Harmonie pada Minggu (1/9) sore.

Baca Juga: 4 Fakta tentang Assikalaibineng, Kitab Persetubuhan Bugis Makassar 

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya