Ilmuwan Harvard Pecahkan Mitos Stres Penyebab Munculnya Uban

Kamu selama ini percaya anggapan itu atau tidak?

Makassar, IDN Times - Coba deh amati foto saat Barack Obama dilantik dan resmi melepas jabatan sebagai Presiden Amerika Serikat ke-44. Ada perbedaan mencolok. Rambutnya berubah dari cokelat gelap menjadi sedikit beruban. Mitos bahwa uban bisa muncul akibat stres pun mencuat.

Memang sih, penyebab alami lahirnya uban belum sepenuhnya terpecahkan. Tetapi baru-baru ini, para peneliti di Harvard University, Amerika Serikat, sudah memecahkan alasannya. Munculnya uban disebut respons alami tubuh manusia ketika berhadapan dengan bahaya. Gimana tuh maksudnya?

Baca Juga: Studi: Susu Rendah Lemak Bikin Orang Awet Muda

1. Para peneliti berasal dari dua hipotesis yang berhubungan dengan kondisi tubuh ketika stres

Ilmuwan Harvard Pecahkan Mitos Stres Penyebab Munculnya Ubanunsplash/Ian Dooley

Dalam hasil penelitian yang dipublikasikanThe Harvard Gazette pada Rabu (22/1), para peneliti sempat berangkat dari sepasang hipotesis.

Pertama, stres berujung pada serangan imun yang menyasar sel-sel penghasil pigmen rambut. Kedua, produksi hormon kortisol yang berlebih ketika stres. Kedua hipotesis itu ternyata gak terbukti.

Sel-sel induk dalam sekitar 100.000 folikel rambut --struktur kulit yang menjadi tempat rambut tumbuh-- penting dalam membuat melanosit. Nah, melanosit ini adalah sel-sel pemberi warna pada rambut yakni hitam, cokelat, pirang, atau merah.

2. Ternyata, stres gak berhubungan langsung sebagai pemicu uban

Ilmuwan Harvard Pecahkan Mitos Stres Penyebab Munculnya UbanUnsplash/Christian Erfurt

"Stres selalu meningkatkan level hormon kortisol dalam tubuh, jadi kami pikir kortisol punya peran dalam penyebab uban," ujar Ya-Chieh Hsu, associate professor of stem cell and regenerative biology di Harvard University.

"Tapi yang mengejutkan, ketika kita mengeluarkan kelenjar adrenal --pembuat hormon kortisol-- dari para kelinci percobaan agar mereka tidak bisa lagi memproduksi hormon seperti kortisol, bulu mereka tetap saja menjadi uban di bawah kondisi stres," lanjutnya.

Nah, jadi stres sebagai pemicu uban seperti yang selama ini orang-orang yakini ternyata gak benar sama sekali.

Tapi, muncul titik terang. Para peneliti di Harvard menemukan fakta bahwa sistem saraf simpatik mamalia yang mengatur respons tubuh dalam situasi berbahaya (fight-or-flight) ternyata punya peran utama penyebab perubahan warna rambut.

3. Uban muncul sebagai reaksi tubuh saat manusia dihadapkan pada situasi berbahaya

Ilmuwan Harvard Pecahkan Mitos Stres Penyebab Munculnya Ubanpixabay.com/RyanMcGuire

Sistem saraf tersebut menyebar hingga ke setiap folikel rambut dan sangat dekat dengan sel stem --sel induk/punca-- melanosit. Ditemukan fakta bahwa stres menyebabkan saraf-saraf simpatik itu melepas sejumlah zat kimia norepinefrin alami, yang berasal dari sel-sel induk dalam folikel rambut yang berfungsi sebagai reservior --penyimpan-- melanosit dalam jumlah terbatas.

Nah, zat norepinefrin dari saraf simpatik ini akhirnya menyebabkan sel-sel stem melanosit aktif secara berlebihan.

Normalnya, saat rambut melakukan regenerasi, beberapa dari sel-sel induk ini berubah menjadi sel-sel penghasil pigmen yang mewarnai rambut. Namun, saat sel-sel induk terkena norepinefrin kiriman saraf simpatik, semua sel-sel induk jadi aktif dan berubah jadi sel-sel yang menghasilkan pigmen.

4. Sekali kena, kerusakan pigmen rambut pun termasuk permanen

Ilmuwan Harvard Pecahkan Mitos Stres Penyebab Munculnya Ubanpixabay.com/Julim6

"Dalam beberapa hari, semua sel induk regenerasi pigmen hilang. Setelah hilang, tubuh manusia tidak dapat membuat kembali pigmen di rambut. Tidak ada yang tersisa. Kerusakannya pun permanen," papar Hsu.

"Ketika kami mulai mempelajari ini, saya berharap stres itu buruk bagi tubuh. Tetapi, dampak buruk dari stres yang kami temukan ternyata di luar apa yang jadi bayangan kami selama ini," tutupnya.

Eit, penyebab uban itu masih banyak loh. Ada juga proses penuaan alami ditambah mutasi genetik dan serangan imun. Namun, Hsu dan para peneliti lain pun memunculkan hipotesis lain yang tidak kalah menarik: apakah benar stres dalam mempercepat proses penuaan?

Baca Juga: Studi: Susu Rendah Lemak Bikin Orang Awet Muda

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya