Walhi: Banjir di Luwu Utara karena Pembalakan Hutan Berskala Besar

Walhi mencatat sekitar dua ribu hektar lahan rusak

Makassar, IDN Times - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Selatan memetakan dan mengaji penyebab banjir bandang di Luwu Utara, pada Senin 13 Juli 2020. Setidaknya ada dua faktor perusakan lingkungan yang disebut berimbas bencaa alam di daerah itu.

"Yang pertama itu karena faktor pembalakan hutan berskala besar, seperti illegal logging. Kemudian pembukaan lahan yang diperuntukan perkebunan kelapa sawit yang menggerus kondisi wilayah hutan di sana," kata Amin kepada IDN Times, Rabu (22/7/2020).

Baca Juga: Cuaca Belum Stabil, BMKG Ingatkan Potensi Hujan Lebat di Luwu Utara 

1. Kayu yang terbawa banjir diyakini sebagai hasil pembalakan

Walhi: Banjir di Luwu Utara karena Pembalakan Hutan Berskala BesarKondisi pasca banjir di Masamba Luwu Utara, Kamis (16/7/2020). Humas Pemprov Sulsel

Amin mengatakan Luwu Utara memang termasuk daerah berkategori rawan bencana. Menurut analisis dua tahun terakhir, daerah itu berpotensi mengalami longsor dan banjir bandang. Namun kerawanan bencana bisa diantisipasi jika kondisi alam terjaga.

Banjir pekan lalu membawa materia air bercampur tanah dan pasir yang menjadi lumpur. Banjir juga membawa banyak potongan kayu yang menurut Amin merupakan hasil pembabatan hutan di kawasan hulu.

"Ada banyak potongan kayu, itu kami yakini gelondongan," ucap Amin.

Walhi mencatat sejauh ini sekitar dua ribu hektar lahan rusak akibat aktivitas atau ekspolitasi besar-besaran. Kondisi itu berlangusng sejak 2018 dan tahun ini berimbas pada bencana alam yang berdampak langsung kepada warga sekitar.

2. Ada empat titik pembukaan lahan sawit pada 2018

Walhi: Banjir di Luwu Utara karena Pembalakan Hutan Berskala BesarBanjir di Masamba, Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Selasa (14/7/2020). Dok. IDN Times/Pusdalops BNPB

Amin mengatakan, analisis Walhi menunjukkan bahwa sejak 2018 terdapat pembukaan lahan secara masif pada empat titik di kawasan hulu. Pembukaan lahan antara lain pada Kecamatan Masamba dan Baebunta.

"Kita lihat konturnya, mirip dengan model pembukaan lahan kelapa sawit. Tahun 2019 lahan terbuka sempat tertutup atau menghijau. Tetapi setelah kita teliti ternyata penyebab hijaunya lahan terbuka tadi itu betul seperti dugaan kami, kelapa sawit," Amin mengungkapkan.

Menurut analisis, vegetasi sawit kini tumbuh dan menghijaukan lahan yang tadinya gundul karena dibabat. Hijaunya lahan di wilayah hulu dipastikan bukan karena tumbuhan, tapi karena sawit yang ditanam.

"Itu yang kami temukan menjadi salah satu faktor terjadinya bencana yang berdampak kepada warga," kata Amin.

3. Walhi menduga kerusakan hutan akibat campur tangan pengusaha dan perusahaan nakal

Walhi: Banjir di Luwu Utara karena Pembalakan Hutan Berskala BesarANTARA FOTO/Hariandi Hafid

Walhi menduga bahwa perusakan hutan berskala masif khususnya tidak terlepas dari faktor campur tangan pengusaha dan perusahaan nakal. Terlebih mereka telah mengantongi izin untuk mengelola sumber daya alam di sana, di luar dari perjajian pengelolaan.

"Masih sangat kuat aktivitas illegal loging. Pengusaha hitam atau yang punya uang banyak dan mengorbankan hutan untuk kepentingannya pribadi. Kalau pun masyarakat (yang melakukan), itu mereka suruhan. Diiming-imingi pemilik modal untuk mensuplai kayu berkualitas," Amin menerangkan.

Baca Juga: Viral Video Bantuan Korban Banjir Masamba Berserakan di Semak-semak 

Topik:

  • Aan Pranata
  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya