Pasien Sepi, Rumah Sakit di Makassar Terancam Bangkrut
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Pandemi COVID-19 tidak hanya mengancam tenaga medis sebagai garda terdepan penanganan pasien. Kondisi itu juga berpengaruh besar terhadap pemasukan rumah sakit.
Kondisi itu diungkapkan dr Hisbullah Amin, salah satu dokter senior di Kota Makassar. Dia mengkhawatirkan pasien penyakit non-COVID-19 takut ke rumah sakit, sehingga rumah sakit tidak punya pemasukan.
"Di satu sisi rumah sakit bangkrut tidak ada pemasukan, tidak bisa gaji karyawan. Di satu sisi, pasien di rumahnya takut ke rumah sakit dan tidak terlayani," kata Hisbullah kepada IDN Times, Kamis (28/5).
Baca Juga: Tenaga Medis di Makassar Belum Terima Insentif yang Dijanjikan Jokowi
1. Dokter khawatir pasien non-corona tidak tertangani dengan baik
Dokter bidang anastesi ini mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi rumah sakit. Masyarakat, kata dia, berpandangan bahwa semua rumah sakit sudah pasti merawat COVID-19. Padahal, di setiap rumah sakit ada pembatasan antara layanan terhadap pasien COVID-19 dengan yang bukan.
Hisbullah menyebut rumah sakit sebagai industri, selain fungsinya sebagai pelayanan publik dan pelayanan medis. Namun yang jadi kekhawatiran lain adalah jika orang yang sakit tidak bisa tertangani dengan baik.
"Kalau orangnya (pasien) sehat bagus, alhamdulillah syukur. Yang kami khawatirkan itu kalau penyakit-penyakit non-corona ini yang tidak tertangani dengan baik," katanya.
Dia menyebut sejumlah contoh penyakit yang umum dialami masyarakat, seperti diabetes, hipertensi, tumor, infeksi saluran kencing, hingga yang butuh cuci darah.
2. Dikhawatirkan penumpukan pasien
Meski saat ini sepi, Hisbullah mengkhawatirkan pasien justru bakal membludak di rumah sakit suatu waktu. Penumpukan bisa terjadi jika jumlah pasien COVID-19 tiba-tiba banyak dan pasien penyakit lain tidak punya pilihan lain untuk berobat.
"Saya khawatirnya suatu saat, pasien COVID-19 tiba-tiba banyak dan yang non (corona) tidak tahan lagi, sehingga mereka datang dalam waktu yang bersamaan dan kita tidak siap," ujarnya.
3. Ketersediaan APD juga masih menjadi persoalan
Di sisi lain, Hasbullah juga mengungkapkan soal minimnya ketersediaan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan. Padahal menurutnya, APD sangat penting bagi mereka yang menangani pasien secara langsung.
"Sebenarnya penggunaan APD itu bukan hanya untuk merawat yang COVID-19, yang non juga. Kita kan tidak tahu siapa yang positif dan tidak. Jadi di situ memang kekurangannya," ucapnya.
Meski begitu, Hisbullah tetap berkeyakinan bahwa tenaga kesehatan siap setiap saat untuk merawat pasien kategori apa saja. Meski, saat ini fokus utamanya adalah memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
Baca Juga: Pj Wali Kota Akui Makassar Belum Bisa Langsung Terapkan New Normal