BMKG: Hujan Lebat di Sulsel karena Gangguan Atmosfer

BMKG perkirakan cuaca kembali normal paling lama sepekan

Makassar, IDN Times - Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah IV Makassar punya penjelasan soal seringnya turun hujan lebat di wilayah Sulawesi Selatan meski tengah musim kemarau.

Prakirawan BBMKG Wilayah IV Agusmin H mengatakan, hujan yang terjadi beberapa hari terakhir hingga menyebabkan banjir di sejumlah daerah merupakan sebuah anomali cuaca.

"Terdapat suatu gangguan dalam dinamika atmosfer di mana terdapat peran interaksi antara lautan dan atmosfer," kata Agusmin dalam keterangan tertulis yang diterima Sabtu (10/7/2021).

Baca Juga: BMKG: Pertumbuhan Awan Hujan Picu Banjir Sinjai, Bantaeng, Jeneponto

1. Sejumlah faktor mendukung pertumbuhan awan hujan

BMKG: Hujan Lebat di Sulsel karena Gangguan AtmosferIlustrasi. Beberapa unit kapal nelayan berada disekitar Teluk Kendari saat cuaca buruk, di Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (28/1/2021). (ANTARA FOTO/Jojon)

Agusmin menerangkan, gangguan atmosfer yang terpantau antara lain berupa pertemuan massa udara atau konvergensi yang mampu meningkatkan dan mendukung aktivitas pertumbuhan awan awan konvektif. Pertumbuhan tersebut berpotensi menimbulkan hujan lebat.

"Selain itu, adanya faktor lain berupa suhu muka laut terutama di perairan selat Makassar bagian selatan dan sekitarnya yang cukup hangat juga akan berkontribusi dalam percepatan pertumbuhan awan awan hujan," katanya.

2. Terganggunya atmosfer sebabkan hujan hingga banjir di sejumlah daerah di Sulsel

BMKG: Hujan Lebat di Sulsel karena Gangguan AtmosferBanjir di Bulukumba putus akses jembatan/BPBD Bulukumba

Hujan dalam beberapa hari terakhir sempat memicu banjir di sejumlah daerah di Sulsel. Antara lain Kabupaten Jeneponto, Bataeng, Bulukumba, hingga Sinjai. Hujan menyebabkan sungai di beberapa wilayah di daerah tersebut meluap hingga menggenangi pemukiman warga.

Menurut Agusmin, anomali cuaca saat musim kemarau seperti saat ini tidak akan berlangsung lama. "Tergantung fenomena yang mengganggu atmosfer ini seberapa lama akan hilang. Dan biasanya tiga hari atau paling lama seminggu sudah kembali normal," ucapnya.

3. Meski musim kemarau, bukan berarti tidak ada hujan

BMKG: Hujan Lebat di Sulsel karena Gangguan AtmosferIlustrasi petugas BBMKG. IDN Times/Sahrul Ramadan

Agusmin menekankan bahwa musim kemarau bukan berarti hujan tidak ada. Hujan masih akan tetap turun dalam kondisi tertentu namun intensitanya rendah.

Agusmin dalam kesempatan sebelumnya mengatakan, penanda datangnya kemarau adalah, curah hujan dengan intensitas rendah antara 50 milimeter dalam sebulan.

"Maka itu sudah dianggap sebagai syarat bahwa sudah masuk musim kemarau di Sulsel," kata dia.

Baca Juga: Udara Malam di Makassar Terasa Lebih Dingin, Ini Penjelasan BMKG

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya