Riwayat Masjid Arab Berusia Seabad di Pecinan Makassar

Masjid didirikan pedagang dari Hadramaut pada tahun 1800-an

Makassar, IDN Times - Sebuah bangunan masjid  berdiri kokoh di tengah kawasan Pecinan Makassar, tepatnya di Jalan Lombok, Kecamatan Wajo. Oleh masyarakat setempat, bangunan itu dikenal dengan nama Masjid Arab.

Masjid Assaid, nama bangunan tersebut, sudah berusia seratusan tahun lebih. Pendiriannya disebut pada tahun 1907. Namun hingga kini masih aktif digunakan umat muslim untuk beribadah, terutama salat lima waktu.

Konon, masjid itu disebut Masjid Arab karena didirikan oleh komunitas pedagang dari Hadramaut, Yaman. Itu disampaikan imam masjid Assaid, Habib Alwi Bafagih. 

Dulunya, kawasan Pecinan Makassar merupakan pusat perdagangan yang lokasinya dekat dengan Pelabuhan Makassar. Kawasan ini dikunjungi pedagang asing dari berbagai negara, seperti jazirah Arab, India, dan Tiongkok.

“Pendiri masjid ini berasal dari Arab, pedagang dari Hadramaut yang datang di Makassar pada tahun 1800-an, atau fase ketiga setelah periode Wali Songo. Selain menyebarkan agama Islam, mereka juga berdagang dan bermukim di Makassar,” kata Habib Alwi kepada IDN Times, 23 Mei 2019 . 

Baca Juga: Masjid Tua Katangka, Saksi Sejarah Masuknya Islam di Sulsel

1. Keberadaan masjid di Pecinan cerminan toleransi antar umat beragama

Riwayat Masjid Arab Berusia Seabad di Pecinan MakassarIDN Times/Abdurrahman

Lokasi Masjid Arab berada di tengah-tengah pemukiman warga etnis Tionghoa. Di sekitarnya terdapat beberapa bangunan klenteng, yang juga usianya lebih dari seabad.

Di sekitar masjid ini juga, ada kawasan yang dipadati restoran chinese food dan pasar khusus warga Tionghoa, atau dikenal di Makassar dengan nama “Pasara Cinayya”. 

Menurut Habib Alwi, warga Muslim dan etnis Tionghoa di sekitar Masjid Arab hidup berdampingan secara akur dan harmonis, sejak zaman dahulu. Masjid ini juga kerap dikunjungi jamaah dari daerah lainnya. 

“Dari dulu kita menjunjung nilai toleransi di kawasan masjid ini, sesuai anjuran Islam kita harus menjadi rahmat untuk alam semesta,” jelas Habib Alwi.

2. Masjid Arab dikhususkan untuk jamaah pria

Riwayat Masjid Arab Berusia Seabad di Pecinan MakassarIDN Times/Abdurahman

Ada satu lagi perbedaan dan keunikan Masjid Arab dibanding masjid lainnya di Makassar.Di sini, jamaah yang beribadah hanya pria. Meski tidak ada larangan langsung dari pengurus masjid, sejak didirikan Masjid Arab hingga saat ini, jamaah perempuan sangat jarang dijumpai.

“Tradisi masjid ini dari pendahulu kami, seperti di masjid-masjid yang ada di Timur Tengah, hanya dikhususkan tempat ibadah kaum pria saja. Kalau ada jamaah wanita yang musafir, silakan.  Kami tidak melarangnya salat karena mungkin mereka belum tahu,” ujar Habib Alwi.

3. Bangunan Masjid Arab perpaduan arsitektur Timur Tengah dan Nusantara

Riwayat Masjid Arab Berusia Seabad di Pecinan MakassarIDN Times/Abdurrahman

Habib Alwi mengatakan, bangunan masjid berbentuk persegi empat, hanya memiliki satu lantai dengan proporsi tinggi plafon yang sangat lapang, khas arsitektur masjid di Timur Tengah. Terdapat empat pilar penyangga di dalam masjid, yang disimbolkan Khulafaurrasyidin atau empat khalifah sepeninggal Nabi Muhammad SAW.

Sedangkan kubah masjid terinspirasi dari Masjid Demak, khas masjid-masjid Nusantara. Di samping menara masjid, terdapat pohon kurma yang jarang dijumpai tumbuh di Indonesia.

“Masjid ini memadukan arsitektur Arab dan kubahnya seperti kubah Masjid Demak di Jawa, sejak didirikan masjid ini sudah beberapa kali direnovasi, tapi tidak mengubah bentuk awalnya,” jelas Habib Alwi yang merupakan imam ke-12 di Masjid Arab.

Baca Juga: [LINIMASA] Data dan Fakta Arus Mudik Lebaran 2019

4. Di kawasan Masjid Arab sudah jarang dijumpai warga keturunan Arab

Riwayat Masjid Arab Berusia Seabad di Pecinan MakassarIDN Times/Abdurrahman

Akibat pergeseran penduduk, di sekitar Masjid Arab sudah jarang dijumpai warga keturunan Arab. Data kependudukan Kelurahan Ende, Kecamatan Wajo, perbauran penduduk yang jumlahnya sekitar 3.700 jiwa berdasarkan kelompok agama cukup merata.

Kawasan Pecinan ini sendiri dihuni mayoritas warga etnis Tionghoa, yang lokasinya dekat dengan beberapa pusat perdagangan, seperti Pasar Sentral, Pasar Butung, dan Pelabuhan Makassar.

Habib Alwi mengatakan, jamaah Masjid Arab banyak juga yang datang dari daerah-daerah lain, yang datang ke masjid untuk beribadah. Habib Alwi sendiri tinggalnya di Jalan Monumen Emmy Saelan, yang jaraknya sekitar 5 kilometer.

“Banyak jamaah yang datang, pernah tinggal di kawasan ini.  Mungkin tujuannya untuk mengenang masa lalu, pernah ke masjid ini bersama orangtuanya,” kata Habib Alwi.

Baca Juga: Nelayan Makassar dan Awal Masuknya Islam di Australia

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau
  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya