Kisah Veteran Operasi Seroja Timor Timur: Lengah, Kita jadi Korban!

Kini menjadi pengurus LVRI Sulsel

Makassar, IDN Times - Raut wajah serius Syafruddin Rauf (64), terpancar kala mengenang dan mengisahkan kembali pengalamannya saat terjun dalam Operasi Seroja di Timor Timur yang kini bernama Timor Leste. Dia diberangkatkan ke Bumi Lorosae itu sekitar Februari 1976 saat wilayah itu tengah bergejolak.

Kini dia menikmati masa tuanya dengan menjadi pengurus di Legiun Veteran Indonesia (LVRI) Sulawesi Selatan, tepatnya sebagai Kepala Biro Organisasi. Ditemui di kantornya di Jalan WR Supratman No 2 Makassar, Jumat (13/8/2021), Syafruddin bercerita tentang pengalamannya saat masih bertugas di Timor Timur.

"Waktu itu menghadapi pemberontakan. Masih gejolak. Kan belum integrasi. Istilahnya masih menghadapi mau perang. Jadi kadang kita melakukan patroli. Kalau terhadang, kita menghadapi mereka. Kalau misalnya kita lengah, menjadi korban," kata Syafruddin.

1. Tentang Operasi Seroja

Kisah Veteran Operasi Seroja Timor Timur: Lengah, Kita jadi Korban!Syafruddin Rauf, legiun veteran yang pernah bertugas untuk Operasi Seroja di Timor Timur. IDN Times/Asrhawi Muin

Menurut sejarah, Operasi Seroja dilancarkan pertama kali pada 7 Desember 1975 atas perintah Presiden Soeharto. Operasi Seroja dilancarkan sembilan hari setelah Timor Timor Timur memproklamasikan kemerdekaannya dari Portugis yaitu 28 November 1975.

Operasi Seroja kerap juga disebut sebagai invasi Indonesia atas Timor Timur. Karena kala itu, Indonesia ingin membuat Timor Timur menjadi bagian dari wilayahnya. Namun rencana itu tak berjalan mulus karena tak semua setuju. 

"Pasukan orang-orang Timor Timur yang tidak mau integrasi ke Indonesia. Karena di sana ada kan beberapa partai. Partai Fretilin ini yang mau berdiri sendiri. Kemudian ada beberapa lagi," tutur Syafrudin.

Fretilin sendiri merupakan singkatan dari Frente Revolucionária de Timor-Leste Independente yang dalam bahasa Portugis berarti gerakan pertahanan yang berjuang untuk kemerdekaan Timor Timur, termasuk dari Portugis dan Indonesia.

Namun di sisi lain, ada juga pihak pendukung seperti APODETI atau Associação Popular Democrática Timorense. Berbeda dengan Fretilin, APODETI justru menginginkan Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia.

"Yang APODETI ini yang tadinya mau gabung ke Indonesia. Itulah yang istilahnya yang mendukung kita. Kalau dari Fretilin lawan. Itu masyarakat Timor Timur yang ingin merdeka sendiri," kata Syafruddin.

2. Bertugas di Timor Timur paling berkesan

Kisah Veteran Operasi Seroja Timor Timur: Lengah, Kita jadi Korban!Syafruddin Rauf, legiun veteran yang pernah bertugas untuk Operasi Seroja di Timor Timur. IDN Times/Asrhawi Muin

Selama mengemban tugas di dunia militer, Syafruddin merasa paling berkesan saat bertugas di Timor Timur. Baginya, perjuangan di sana cukup berbeda karena menurutnya itu adalah tugas untuk membebaskan masyarakat Timur Timur dari penjajahan Portugis.

"Memang dalam menghadapi situasi seperti itu rasa takut ada tapi setelah selesai tugas dengan baik pasti punya rasa bangga tersendiri bahwa saya mampu melakukannya. Karena itu tugas negara," katanya.

Dia pun menceritakan awal mula keberangkatannya dalam operasi itu. Syafruddin berangkat melalui Kompi 36 Brimob di Panaikang, Makassar. Dari sana, dia diberangkatkan menuju ke Parepare. 

"Di Parepare itu saya bergabung dengan kesatuan tentara 721 lalu berangkat. Sampai di daerah Kupang yang masih Indonesia, kemudian kita didrop masuk ke Atambua," katanya.

Saat tiba di Timor Timur, kompi tersebut dipencar. Syafruddin pun kebagian bertugas di Oecusse. Tak lama setelah itu, dia ditarik lagi ke daerah Dili, ibukota Timor Timur.

"Setelah itu, saya beberapa bulan kemudian ditarik lagi ke daerah wilayah Kabupaten Baukau. Di situlah saya melakukan pengamanan," katanya.

3. Berharap kesejahteraan bagi veteran

Kisah Veteran Operasi Seroja Timor Timur: Lengah, Kita jadi Korban!Syafruddin Rauf, legiun veteran yang pernah bertugas untuk Operasi Seroja di Timor Timur. IDN Times/Asrhawi Muin

Syafruddin bergabung sebagai pengurus di LVRI baru sekitar 2 bulan belakangan. Meski begitu, dia sudah lama menjadi anggota veteran berdasarkan surat resmi negara sebagai bentuk penghargaan atas perjuangannya itu. 

"Hanya saja secara organisasi perkantoran karena teman-teman yang ada di sini mencari personel untuk memenuhi struktur organisasi, saya dipanggil masuk ke sini kurang lebih dua bulan yang lalu," kata Syafruddin.

Dia mengungkapkan hak organisasi selama ini sudah terpenuhi. Dia sudah bersyukur atas apa saja yang diberikan negara walaupun memang masih terbatas.

"Tapi lumayanlah karena ada peningkatan. Setidaknya di dalam setiap mungkin ada evaluasi bagaimana melihat veteran ini supaya bisa menikmati kesejahteraan," katanya.

Syafruddin mengaku, sebelum bergabung dalam organisasi LVRI Sulsel, dia telah mendapatkan gaji sebagai veteran. Setelah bergabung dalam organisasi, dia mendapatkan tunjangan sekitar Rp1,8 juta per bulan.

"Artinya saya di sini juga dapat bantuan-bantuan untuk transpor. Alhamdulillah terpenuhi," katanya.

Baca Juga: Mensos Salurkan 1.000 Bansos kepada Pejuang Timor Timur

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya