BMKG Prediksi Awal Musim Hujan di Sulsel Variatif

Fenomena La Nina berpotensi terjadi meski lemah

Makassar, IDN Times - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim hujan di Sulawesi Selatan variatif. Sebagian besar atau 50 persen wilayah diperkirakan memasuki musim hujan pada November 2020.

Menurut prediksi BMKG, 25 persen daerah Sulsel mengalami awal musim hujan pada Maret 2021. Selain itu, 12,5 persen terjadi pada Oktober 2020, 8,3 persen di Desember 2020, dan 4,2 persen di April 2021.

Puncak musim hujan di wilayah Sulsel diperkirakan akan terjadi dua kali dalam satu periode. Di Wilayah Sulsel bagian Barat, puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Januari 2021. Sedangkan di Wilayah Sulsel bagian Timur diperkirakan terjadi pada Mei dan Juni 2021. Perbedaan ini dipengaruhi oleh kondisi geografis Sulsel. 

"Kita melihat bahwa untuk di wilayah Sulsel, dari seluruh Indonesia, terlihat bahwa ada dua pola yang menyatakan bahwa Pantai Barat dan Pantai Timur. Tentunya ini mempunyai perbedaan awal masuk musim hujan di tahun 2020/ 2021," kata Kepala Stasiun Klimatologi Maros, Hartanto, dalam sosialisasi Prakiraan Musim Hujan Tahun 2020/2021 yang digelar BMKG secara virtual, Senin (21/9/2020).

Baca Juga: Megawati Minta BMKG Memperbarui Peta Rawan Bencana Daerah, Ada Apa?

1. Berpotensi lemah terjadi La Nina

BMKG Prediksi Awal Musim Hujan di Sulsel VariatifIlustrasi Suasana Hujan di Perkotaan (IDN Times/Besse Fadhilah)

Wilayah Indonesia, kata Hartanto, akan mengalami periode La Nina atau penurunan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian Timur. Namun La Nina dengan kategori lemah sampai sedang karena setiap daerah memberi respons yang berbeda, termasuk di Sulsel.

Hartanto mengatakan bahwa hingga Maret 2021, potensi La Nina dengan kekuatan antara lemah hingga sedang masih berpotensi terjadi. Namun hal ini tetap perlu diwaspadai mengingat Januari akan mencapai puncak musim hujan di Sulsel di Wilayah Pantai Barat, dan memasuki musim hujan di wilayah Timur pada bulan Maret. 

"Hal ini perlu diantisipasi meningkatnya curah hujan di wilayah-wilayah pada saat kondisi puncak hujan tersebut," kata Hartanto.

2. Ada daerah yang tetap mengalami hujan meski kemarau

BMKG Prediksi Awal Musim Hujan di Sulsel VariatifIlustrasi Hujan Petir (IDN Times/Mardya Shakti)

Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah IV Makassar Hanafi Hamzah memaparkan terkait musim kemarau tahun ini di Sulsel. Dia menyebut seluruh wilayah Sulsel telah memasuki musim kemarau sejak Agustus 2020. 

Walaupun dalam kondisi puncak musim kemarau ternyata ada beberapa daerah yang sudah atau masih mengalami hujan. Pada awal musim kemarau tahun ini, kata Hanafi, di beberapa tempat malah mengalami kondisi cuaca ekstrim seperti di daerah Bantaeng dan Luwu. Daerah ini disebut wilayah Non ZOM (Zona Musim).

"Tapi untuk di daerah Luwu dan sekitarnya merupakan daerah Non ZOM basah yang memang sepanjang tahun mempunyai curah hujan yang cukup. Jadi tidak ada perbedaan yang jelas antara musim hujan dan musim kemarau," katanya.

3. Ada daerah yang kering meski daerah lainnya basah

BMKG Prediksi Awal Musim Hujan di Sulsel VariatifIDN Times/Wayan Antara

Hanafi menjelaskan bahwa variasi tidak hanya terjadi pada awal musim hujan saja tapi juga awal musim kemarau. Dia menyebut, analisis musim kemarau di Sulsel adalah adanya variasi yang cukup besar di awal dua musim kemarau di Sulsel. 

Dari hasil catatan BMKG, ternyata ada satu tempat yang telah memasuki musim kemarau di awal bulan Februari yaitu di Jeneponto. Hanafi menyebut kondisi ini normal karena kondisi geografis tiap daerah memang berbeda-beda.

"Daerah Jeneponto ini musim kemaraunya normalnya adalah bulan Februari. Memang kondisi suatu tempat di satu daerah ZOM di Jeneponto berbeda dengan tempat-tempat lain dan cenderung mengawali musim kemarau untuk daerah Sulsel," katanya.

Baca Juga: Curah Hujan Tinggi saat Musim Kemarau, Ini Penyebabnya

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya