TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pasien Kanker Anak asal Maluku Terbantu Rumah Singgah di Makassar

Shelter Harapan jadi rumah singgah pasien dari luar daerah

Ani Wally (39), ibu rumah tangga asal Maluku menggendong putrinya, Silvana (4) yang mengalami sakit kanker mata dan kini dirawat di Makassar. (Dahrul Amri/IDN Times Sulsel)

Makassar, IDN Times - Silvana Seknun, anak perempuan berusia empat tahun asal Desa Kelapa Dua, Kabupaten Seram Bagian Bagian Barat, Maluku, tengah berjuang melawan penyakit kanker mata. Saat ini dia tengah menjalani pengobatan di rumah sakit di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Meski sedang berjuang melawan kanker, keceriaan tetap terlihat di wajah Silvana, saat IDN Times menyapanya, Sabtu (5/8/2023). Dia kini tinggal sementara di rumah singgah pasien Shelter Harapan, di Perumahan Dosen Universitas Hasanuddin, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar.

Ibu Silvana, Ani Wally (39) mengungkapkan, kanker di mata kiri putrinya itu terjadi sejak umur dua tahun. Saat itu mata kirinya mengeluarkan darah dan bau tidak sedap sehingga membuat anaknya tidak nyaman saat bermain.

Silvana didiagnosa oleh dokter yang menanganinya di Maluku menderita Retinoblastoma. Namun karena tidak ada peralatan memadai untuk pengobatan kanker mata di sana, dia dirujuk ke Makassar buat berobat.

"Alhamdulillah ini sudah mulai membaik, makanya dia bisa bergaul dengan anak-anak di rumah singgah ini, sudah bagus makannya, tidak pernah menangis lagi karena sakit," ungkap Ani Wally sambil menggendong Silvana.

"Ini baru mendapatkan pengobatan yang baik karena kan kita tidak mampu, di rumah sakit (RS) di Leimena Ambon belum memadai alatnya jadi dirujuk ke Makassar. Ini sudah beberapa kali kemoterapi jadi bagus," dia melanjutkan.

Baca Juga: Hari Kanker Anak Internasional, Pentingnya Deteksi Dini Kanker Anak

1. Biaya hidup dan perjalanan terbantu donasi

Ilustrasi kanker (unsplash.com/@ang10ze)

Silvana termasuk golongan kurang mampu. Ayahnya bekerja sebagai nelayan di kampung dengan penghasilan tak menentu. Sementara ibunya sehari-hari membantu keuangan keluarga dengan menjadi tukang cuci pakaian. Ani mengatakan kondisi anaknya kini membaik setelah dirujuk ke Makassar.

Perjuangan Ani Wally untuk memperjuangkan kesembuhan putrinya terbilang panjang. Dia mengatakan, dulu dia sempat menemui kendala berupa persoalan biaya perjalanan dan biaya hidup selama di Makassar.

Tapi kemudian di awal tahun 2023 ini, Ani Wally menghubungi adiknya yang kuliah di Universitas Pattimura (Unpati) Ambon untuk menggalang dana transportasi. Dari hasil donasi kemudian dia mendapatkan tambahan biaya hidup untuk tinggal berbulan-bulan di Makassar.

"Sebenarnya ini soal biaya (hidup), saya sempat patah semangat karena saya bilang tidak ada uang tapi adik saya dan teman-temannya di Unpati galang donasi. Alhamdulillah ada donasi untuk uang tiket kapal," kata Ani Wally.

2. Shelter Harapan jadi jawaban pasien rujukan kurang mampu

Papan alamat rumah singgah pasien Shelter Harapan di Kota Makassar. (Dahrul Amri/IDN Times Sulsel)

Ani menceritakan, dia dan putrinya langsung dijemput tim Shelter Harapan saat tiba di Makassar. Ani sangat bersyukur dengan layanan Shelter Harapan yang menjawab doa-doanya tentang rumah tinggal dan baiaya hidup selama di Makassar.

"Bagus ini rumah Shelter Harapan, makanan dikasih, beras, daging, telur sama mie dikasih, ada buah dan vitamin. Kita dikasih pakaian juga. Jadi ini kayak dijawab semua doa-doa saya dan keluarga, ini orang baik semua," terangnya.

Shelter Harapan merupakan rumah singgah yang didirikan BSI Maslahat bersma Dompet Dhuaga Sulawesi Selatan. Rumah singgah jadi tempat tinggal gratis bagi pasien dhuafa dan keluarga pasien selama berobat di rumah sakit rujukan di wilayah Makassar. Selain menyediakan kamar, mereka juga menyiapkan fasilitas layanan ambulans 24 jam, pendampingan, hingga kebutuhan makanan dengan dapur mandiri.

Ani Wally dan putinya sudah tinggal beberapa bulan di rumah singgah pasien Shelter Harapan. Mereka belum pulang ke Ambon karena Silvana baru akan menjalani proses operasi mata pada bulan September 2023.

3. Shelter Harapan layani pasien kanker secara khusus

Penanggung jawab Shelter Harapan, Syarif (31) saat menunjukan sejumlah perlengkapan obat-obatan. (Dahrul Amri/IDN Times Sulsel)

Penanggung jawab Shelter Harapan, Syarif (31) mengatakan, selama ini rumah Shelter Harapan melayani berbagai pasien tidak mampu yang berasal dari luar Makassar. Rumah singgah jadi tempat tinggal sementara selama pasien menjalani pengobatan di rumah sakit.

Syarif mengatakan, untuk pasien kanker, penangananya sangat khusus. Terutama dalam pemenuhan gizi selama pengobatan.

"Pasien kanker memang khusus penangananya disini, misalnya mereka kemoterapi itu kita bisa support dengan alat-alat khusus, kita juga bantu dengan buah-buahan karena kan mereka butuh gizi dan vitamin lebih," kata Syarif.

"Selain itu karena mereka kita berlakukan khusus untuk pemenuhan gizinya ya kita kadang juga memberi mereka uang tunai, untuk membeli susu atau vitamin. Itu hanya untuk pasien kanker, beda pasien yang lain," sambungnya.

4. Pasien kanker di Shelter Harapan sempat overload

Pexels.com/Miguel Á. Padriñán

Selama 2023 ini, rumah singgah pasien Shelter Harapan sempat overload dengan pasein kanker anak dan dewasa. Sehingga kata Syarif, pihaknya harus merekomendasikan untuk mencari rumah kos yang terbilang murah.

"Pasien yang masuk meningkat, 2022 itu naik sampai tahun ini sempat overload, ada dua rumah singgah Shelter Harapan kita kelola tapi itu (penuh), dan khusus pasien kanker anak ada dua tapi dewasa banyak," Syarif menerangkan.

Selama ini, Shelter Harapan hanya menerima 8 pasien sesuai ketersediaan kamar. Tapi permintaan dalam sehari paling sedikit 4 pasien yang berasal dari luar Kota Makassar. Sementara pasien yang tinggal bisa lebih 1 bulan. 

Baca Juga: 8 Hal yang Sering Dikira Bisa Cegah Kanker, tetapi Tidak

Berita Terkini Lainnya