TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Pangeran Diponegoro yang Minta Dimakamkan di Makassar

Prabowo Subianto berniat pindahkan makam Pangeran Diponegoro

Gambar Pangeran Diponegoro terpajang di area kompleks pemakamannya di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (19/7/2023). IDN Times/Ashrawi Muin

Makassar, IDN Times - Suasana kawasan Makam Pahlawan Pangeran Diponegoro di Kota Makassar, pada Selasa 18 Juli 2023, tampak sepi. Meskipun siang itu, cuaca cukup cerah dan terik.

Tidak ada orang lain di sana selain Raden Hamzah Diponegoro. Dia adalah generasi kelima dari Pangeran Diponegoro sekaligus penanggung jawab kompleks makam tersebut. Dia juga menyebut dirinya sebagai juru kunci di sana.

IDN Times berbincang cukup lama dengan laki-laki yang berusia sekitar 50 tahunan itu. Dia menuturkan banyak hal termasuk menangapi pernyataan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang hendak memindahkan makam Pangeran Diponegoro ke Yogyakarta, yang disebutnya sebagai daerah asal Sang Pangeran. Namun dia tak ingin membahasnya lebih jauh. Dia hanya menjelaskan mengapa makam Pangeran Diponegoro harus tetap berada di Makassar.

Sebagai pahlawan pergerakan kemerdekaan yang cukup populer di Tanah Air, Pangeran Diponegoro tentu memiliki sejarah panjang, termasuk di Makassar, tempat dia diasingkan oleh Belanda selama 21 tahun. Di Makassar, dia menghembuskan napas terakhirnya pada 8 Januari 1855. Di Tanah Daeng ini pula, Pangeran Diponegoro dimakamkan.

"Beliau sudah mewakafkan dirinya bersama istri dan anaknya di sini. Beliau yang meminta untuk dimakamkan di sini," kata Raden Hamzah kepada IDN Times.

1. Menjalani pengasingan selama 21 tahun di Makassar

Gerbang kompleks Makam Pangeran Diponegoro di Jalan Diponegoro, Kota Makassar, Sulawesi Sealtan, Rabu (19/7/2023). IDN Times/Ashrawi Muin

Pangeran Diponegoro lahir di Kesultanan Yogyakarta pada 11 November 1785. Dia merupakan putra dari pasangan Sultan Hamengkubuwono III dan R.A. Mangkarawati. Dia dikenal atas keberaniannya memimpin perlawanan rakyat dalam Perang Jawa yang berlangsung dari 1825 hingga 1830.

Pada 1830, Pangeran Diponegoro ditangkap di Mageang, Jawa Tengah, yang sekaligus menandai berakhirnya Perang Jawa. Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menjebaknya dalam sebuah perundingan jebakan. Dia kemudian dibuang di Manado selama 2 tahun. Setelah itu, dia dipindahkan ke Makassar dan di kota inilah dia menjalani sisa hidupnya dalam kawasan Benteng Rotterdam.

"Beliau menjalani kehidupan yang begitu panjang di Benteng Rotterdam yakni 21 tahun," kata Raden Hamzah.

Raden Hamzah menuturkan bahwa Pangeran Diponegoro diasingkan bukan sekadar tawanan perang. Pangeran Diponegoro dibawa untuk menghindari provokasi di Jawa. 

"Beliau difasilitai persoalan kehidupannya. Belanda jamin makanya ada abdi dalem juga ikut. Selama 21 tahun di Benteng Rotterdam, abdi dalem keraton yang mengurus beliau," kata Raden Hamzah.

Baca Juga: Danny Tak Persoalkan Wacana Pemindahan Makam Pangeran Diponegoro

2. Tidak hanya ada makam Pangeran Diponegoro

Kompleks Makam Pangeran Diponegoro di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (19/7/2023). IDN Times/Ashrawi Muin

Pada 8 Januari 1855, Pangeran Diponegoro mangkat dan dikebumikan di sebidang tanah pemberian kolonial Hindia-Belanda. Saat ini, makam itu berlokasi di Jalan Diponegoro, Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo.

Di kompleks makam itu, tidak hanya Pangeran Diponegoro melainkan ada istri dan anak-anaknya, cucu-cucu, serta para laskar atau abdi dalem yang mengikutinya. Di kompleks makam itu, tampak dua makam yang tampak lebih menonjol ukurannya, itulah makam Pangeran Diponegoro dan sang istri yakni R.A. Ratu Ratna Ningsih yang wafat tahun 1865.

Di kompleks makam itu pula, ada makam anak-anak Pangeran Diponegoro. Ada makam anak pertama yaitu Bendoro Raden Mas Abdul Rahman yang wafat pada 1882. Kemudian, makam anak kedua yaitu Bendoro Raden Mas Abdul Rahim yang wafat pada 1870. 

Lalu ada makam anak ketiga yaitu Bendoro Raden Ayu Putri Munadima yang wafat pada 1892. Ada makam anak keempat yaitu Bendoro Raden Mas Abdul Gani yang wafat pada 1898, makam anak kelima yaitu Bendoro Raden Mas Abdul Rajab yang wafat pada 1891, dan makam anak keenam yaitu Bendoro Raden Mas Abdul Gafur yang wafat pada 1888.

"Ini makam internalnya beliau. Beliau punya 5 putra 1 putri. Inilah yang berasimilasi di Makassar. Karena waktu beliau diasingkan tidak sendiri tapi dia bersama istri dan anak. Mereka inilah yang beranak pinak," kata Raden Hamzah.

Baca Juga: Prabowo Mau Pindahkan Makam Pangeran Diponegoro dari Makassar

Berita Terkini Lainnya