Kisah Pangeran Diponegoro yang Minta Dimakamkan di Makassar
Prabowo Subianto berniat pindahkan makam Pangeran Diponegoro
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Makassar, IDN Times - Suasana kawasan Makam Pahlawan Pangeran Diponegoro di Kota Makassar, pada Selasa 18 Juli 2023, tampak sepi. Meskipun siang itu, cuaca cukup cerah dan terik.
Tidak ada orang lain di sana selain Raden Hamzah Diponegoro. Dia adalah generasi kelima dari Pangeran Diponegoro sekaligus penanggung jawab kompleks makam tersebut. Dia juga menyebut dirinya sebagai juru kunci di sana.
IDN Times berbincang cukup lama dengan laki-laki yang berusia sekitar 50 tahunan itu. Dia menuturkan banyak hal termasuk menangapi pernyataan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang hendak memindahkan makam Pangeran Diponegoro ke Yogyakarta, yang disebutnya sebagai daerah asal Sang Pangeran. Namun dia tak ingin membahasnya lebih jauh. Dia hanya menjelaskan mengapa makam Pangeran Diponegoro harus tetap berada di Makassar.
Sebagai pahlawan pergerakan kemerdekaan yang cukup populer di Tanah Air, Pangeran Diponegoro tentu memiliki sejarah panjang, termasuk di Makassar, tempat dia diasingkan oleh Belanda selama 21 tahun. Di Makassar, dia menghembuskan napas terakhirnya pada 8 Januari 1855. Di Tanah Daeng ini pula, Pangeran Diponegoro dimakamkan.
"Beliau sudah mewakafkan dirinya bersama istri dan anaknya di sini. Beliau yang meminta untuk dimakamkan di sini," kata Raden Hamzah kepada IDN Times.
1. Menjalani pengasingan selama 21 tahun di Makassar
Pangeran Diponegoro lahir di Kesultanan Yogyakarta pada 11 November 1785. Dia merupakan putra dari pasangan Sultan Hamengkubuwono III dan R.A. Mangkarawati. Dia dikenal atas keberaniannya memimpin perlawanan rakyat dalam Perang Jawa yang berlangsung dari 1825 hingga 1830.
Pada 1830, Pangeran Diponegoro ditangkap di Mageang, Jawa Tengah, yang sekaligus menandai berakhirnya Perang Jawa. Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menjebaknya dalam sebuah perundingan jebakan. Dia kemudian dibuang di Manado selama 2 tahun. Setelah itu, dia dipindahkan ke Makassar dan di kota inilah dia menjalani sisa hidupnya dalam kawasan Benteng Rotterdam.
"Beliau menjalani kehidupan yang begitu panjang di Benteng Rotterdam yakni 21 tahun," kata Raden Hamzah.
Raden Hamzah menuturkan bahwa Pangeran Diponegoro diasingkan bukan sekadar tawanan perang. Pangeran Diponegoro dibawa untuk menghindari provokasi di Jawa.
"Beliau difasilitai persoalan kehidupannya. Belanda jamin makanya ada abdi dalem juga ikut. Selama 21 tahun di Benteng Rotterdam, abdi dalem keraton yang mengurus beliau," kata Raden Hamzah.
Baca Juga: Danny Tak Persoalkan Wacana Pemindahan Makam Pangeran Diponegoro
Baca Juga: Prabowo Mau Pindahkan Makam Pangeran Diponegoro dari Makassar