Krusialnya Peran Anak Muda di Pemilu 2024 Menurut Nurkanita Kahfi

Selektif menyeleksi calon, setia mengawal isu lingkungan

Makassar, IDN Times - Bonus demografi bisa menjadi sebuah berkah atau bencana. Berkah, jika semuanya terserap dalam seluruh sektor kehidupan serta bertindak sebagai penggerak. Dan menjadi bencana kalau mayoritas memilih apatis terhadap politik dan tak ikut campur dalam penentuan nasib bernama Pemilu. Tapi, teknologi yang lekat dengan kehidupan Gen Z juga bisa jadi "senjata" untuk menyeleksi para calon wakil rakyat yang bertarung.

"Jadi mereka lebih open minded, lebih tidak ada dunia tipu-tipu dengan pencitraan lagi. Kita bisa tahu rekam jejak atau track record-nya seperti apa," papar Nurkanita Maruddani Kahfi, dalam sesi diskusi GenZ Memilih bertema Suara Gen Z dan Isu Lingkungan di Pemilu 2024 yang diadakan IDN Times serta Program Studi S3 Doktor Ilmu Politik, 15 Maret 2023 lalu.

"Si kandidat A misalkan, walaupun dia punya sejuta prestasi, track record-nya bagus, tapi dia pernah terkendala dengan penyimpangan hukum, sosial, moral, kan kita bisa mengetahui itu dengan cepat dengan adanya teknologi yang begitu masif sekarang," sambungnya.

Baca Juga: Apatisme Gen Z dan Isu Banjir pada Pemilu di Mata Andre Prasetyo Tanta

1. Berkat kepekasaan sosialnya, partisipasi anak muda sangat dibutuhkan

Krusialnya Peran Anak Muda di Pemilu 2024 Menurut Nurkanita KahfiContoh surat suara saat simulasi pencoblosan untuk Pemilu 2024 di Kantor KPU, Jakarta, Selasa (22/3/2022). Rencananya, surat suara untuk Pemilu 2024 hanya berjumlah dua surat suara. (IDN Times/Melani Hermalia Putri)

Lebih jauh, Kanita --sapaan akrabnya-- yakin bahwa sekarang adalah momentum anak muda untuk membawa kepekaan sosialnya ke bidang pemerintahan. Bahkan dalam lingkup terkecil sekalipun.

"Partisipasi anak muda hari ini adalah harga mati. Kenapa? Karena menyangkut kemajuan pembangunan, khususnya di Sulawesi Selatan, yang mengetahui dan bisa mengisi kepemimpinan itu adalah anak-anak muda. Dan ini sudah dibuktikan bukan hanya di dunia legislatif, tapi mulai dari ranah paling dasar kepemimpinan yaitu RT, RW, kepala desa, sampai bupati, sekarang sudah diisi oleh kawula muda," kata Kanita.

Lantas bagaimana dengan isu lingkungan sebagai salah satu point of concern anak muda pada Pemilu 2024? Ia sedikit menjelaskan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahwa dari kurun waktu Januari-Maret 2023, sudah ada 599 bencana alam yang terjadi di Indonesia. Sebanyak 266 itu diantaranya adalah bencana banjir.

Dari data terbaru BNPB, Kanita menyebut bahwa isu lingkungan sudah dalam status gawat sehingga perlu perhatian khusus. Dan anak muda lebih menaruh perhatian pada hal-hal yang mereka rasakan langsung dalam kehidupan sehari-hari, termasuk banjir yang ikut mengganas lantaran perubahan iklim.

2. Diakui masih sedikit partai politik yang mengusung isu lingkungan

Krusialnya Peran Anak Muda di Pemilu 2024 Menurut Nurkanita KahfiIlustrasi foto dampak banjir. (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)

Namun faktanya, Kanita mengakui bahwa masih sedikit partai politik yang mengangkat isu lingkungan jelang Pemilu 2024. Bahkan malah kerap luput dari rencana strategis atau program kerja. Ia berharap ke depannya, para petinggi partai politik sebagai pembawa aspirasi rakyat bisa rutin mengangkatnya, tak cuma jadi tugas anggota dewan aktif saja. Terlebih ini terbilang genting karena menyangkut hajat hidup orang banyak.

"Negara ini sangat sering mengalami bencana banjir, dan kerugian yang dialami tentu tak sedikit. Di sini adalah momentum bagi partai politik. Mereka sebagai sarana kedaulatan rakyat yang sesungguhnya, jembatan menuju demokrasi yang melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan, harus membuat atau merumuskan pengayaan literasi isu lingkungan dan ekosistemnya," ungkap Kanita di hadapan sekitar 100 mahasiswa yang hadir di Auditorium Prof. Syukur Abdullah FISIP Unhas.

Pengayaan isu lingkungan menjadi hal penting, tapi butuh peran pemerintah yang lebih jauh. Di level akar rumput, Kanita menyebut berbagai aksi penghijauan dan reboisasi sudah dilakukan dan melibatkan anak muda. Kini, giliran pemegang tampuk pemerintahan yang harus membuktikan komitmennya.

"Yang terpenting adalah kita menginginkan ada dalam bentuk kebijakan pemerintah, yang memberikan narasi khusus tentang penanganan kelangsungan lingkungan hidup hari ini. Bisa dituangkan dalam bentuk regulasi misalnya, sampai pada infrastruktur terbawah. Kalau sekarang banyak pembebasan lahan, alih fungsi lahan hutan dan sebagainya. Ini kan sebab-sebab yang akan berdampak langsung pada masyatakat," jelasnya.

3. Kanita optimis Gen Z bisa membawa negara ke arah yang lebih baik

Krusialnya Peran Anak Muda di Pemilu 2024 Menurut Nurkanita KahfiPemilih memasukan surat suara ke dalam kotak suara pada simulasi pemungutan suara di halaman KPU Purbalingga pada tanggal 25 November 2020./Foto: Rudal Afgani Dirgantara

Kembali menyinggung tentang kecenderungan anak muda untuk bersikap apolitis, Kanita masih optimis bahwa millennial dan Gen Z masih dibutuhkan masyarakat untuk memperjuangkan aspirasi. Sebab, modal tingginya kepekaan sosial akan sangat berharga jika disalurkan melalui koridor yang sesuai. Bahkan, partisipasi sebagai anggota legislatif pun sangat dinanti, untuk merumuskan program-program pembangunan yang betul-betul pro masyarakat.

"Bukan hanya isu lingkungan, tapi banyak hal yang masih sangat kompleks. Misalnya skandal korupsi, bukan hanya tugas KPK, tapi kita semuanya tidak tidur, kita semuanya masih melek dan menanggapi hal-hal isu-isu yang betul-betul bisa merugikan negara. Selain itu, anak muda sekarang punya preferensi yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka bisa menyentuh berbagai aspek dengan cara yang pendekatan yang lebih humanis," terang Wakil Ketua DPW Partai PAN Sulsel tersebut. 

Anak muda yang melek politik pun tak akan dipengaruhi aspek ketokohan. Kinerja dan perhatian para calon wakil rakyat serta partai pengusungnya terhadap isu-isu sosial menjadi pertimbangan utama. Alhasil, cara-cara lama atau lawas yang biasa digunakan pada masa lalu dijamin takkan mempan ke pemilih muda.

"Jadi kalau masih ada partai politik yang masih setia dengan cara-cara konvensional, yakni merumuskan kebijakan berpihak pada satu golongan saja, saya pikir itu bukan pilihan anak-anak millennial. Untuk pilihannya, anak muda sekarang betul-betul melihat calon pemimpin yang berpikir universal dan betul-betul bisa mengakomodir kepentingan dan isu anak muda tentunya," tutup Kanita.

Baca Juga: KPU Makassar: Menggaet Pemilih Gen Z Harus dengan Cara Lebih Asyik

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya