6 Rencana Pembunuhan yang Bayangi Soekarno

Di Makassar, nyawa Soekarno juga sempat terancam

Makassar, IDN Times - Salah satu topik yang tak lepas setiap membahas sepak terjang Presiden Pertama RI Soekarno adalah bagaimana ia selalu lolos dari maut. Sama seperti kepala negara lainnya, ancaman pembunuhan juga membayangi Soekarno. Namun, berkali-kali rencana pihak yang coba mengakhiri nyawanya malah berujung nihil.

Menurut Megawati Soekarnoputri, sang ayah mendapat upaya asasinasi --baik dalam tahap percobaan hingga perencanaan-- sebanyak 23 kali. Hal itu diungkap Ketua Umum PDI Perjuangan itu saat jadi pembicara di peluncuran tiga buku seri sejarah Soekarno pada 30 November 2017 di Museum Nasional Jakarta.

Sementara itu, dalam buku Sisi Sejarah yang Hilang karya Asvi Marwan Adam (2013), mantan ajudan Bung Karno bernama Sidarto Danusubroto dan mantan Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa, Maulwi Saelan menyebut jumlah yang lebih kecil, yakni tujuh kasus.

Berikut ini IDN Times coba menyusun secara ringkas 6 upaya pembunuhan Sang Proklamator dari kurun waktu 1957 hingga 1964.

1. Pencegatan Rajamandala 1957

6 Rencana Pembunuhan yang Bayangi SoekarnoIPPHOS/Repro. 30 Tahun Indonesia Merdeka Jilid 2 (Sekretariat Negara Republik Indonesia)

Berlawanan dengan anggapan populer, kali pertama Soekarno masuk dalam plot asasinasi yakni 25 Mei 1957. Temuan ini dipaparkan oleh penulis sejarah kriminal Jay Robert Nash dalam buku Terrorism In The 20th Century (1998) dan buku 30 Tahun Indonesia Merdeka Jilid 2 (1980). Disebutkan bahwa Soekarno tengah mendampingi lawatan kenegaraan Ketua Dewan Presidium Tertinggi Uni Soviet, Kliment Voroshilov --bukan PM Nikita Khruschev seperti yang diyakini selama ini, dengan tahun peristiwa 1960.

Dalam buku Suka Duka Fatmawati Soekarno (2008) yang disusun jurnalis senior Kadjat Adra'i, Voroshilov dan Soekarno tengah bertolak menuju Jakarta dari Bandung menggunakan iring-iringan mobil. Tepat sehari sebelum berangkat, beberapa Corps Polisi Militer dikirim untuk melakukan inspeksi sekaligus pengamanan.

Saat melewati Jembatan Rajamandala yang kesohor itu, kehadiran sejumlah satuan polisi militer dengan tanda kesatuan "tak semestinya" di kedua sisi mengundang firasat aneh dari personel yang melakukan patroli. Kecurigaan meruncing pada DI/TII, gerakan pimpinan S.M. Kartosoewirjo yang waktu itu berkeliaran di Jawa Barat hingga perbatasan Jawa Tengah.

AURI pun dikontak, dua pesawat tempur jenis Mustang P51 pun dikirim. Pertempuran terjadi, gerilyawan DI/TII berhasil dipukul mundur. Saat iring-iringan Soekarno-Voroshilov melanjutkan perjalanan keesokan harinya, Jembatan Rajamandala dilewati tanpa hambatan.

Baca Juga: Hari Ini, 49 Tahun Lalu, Soekarno Wafat dalam Sepi

2. Peristiwa Cikini 1957

6 Rencana Pembunuhan yang Bayangi SoekarnoIPPHOS/Repro. 30 Tahun Indonesia Merdeka Jilid 2 (Sekretariat Negara Republik Indonesia)

Hanya beberapa bulan setelah hampir dicegat di Rajamandala, nyawa Soekarno benar-benar nyaris direnggut dalam Peristiwa Cikini. Tanggal 30 November 1957, acara perayaan ulang tahun ke-15 Perguruan Cikini --tempat putra-putrinya menimba ilmu-- yang semula berlangsung penuh keceriaan mendadak berubah penuh panik dan cekam. 

Kala menuju mobil kenegaraan "Indonesia I" untuk pulang, mendadak sembilan granat meledak di seberang jalan. Korban jiwa pun jatuh lantaran masyarakat menyemut mengantar Soekarno ke Chrysler Brown hadiah Raja Saud bin Abdulaziz Al Saud. Tujuh orang meregang nyawa di tempat, mereka adalah dua polisi pengawal presiden, dua wanita, dua bocah, dan satu lelaki dewasa. Dua lainnya meninggal dalam perawatan di rumah sakit, menambah jumlah menjadi sembilan orang. Korban luka bahkan mencapai 100 orang.

Bung Karno sendiri berhasil diselamatkan dari ancaman pembunuhan tersebut. Geram melihat pemandangan anak kecil dan ibu hamil terkapar bersimbah darah, diapun memerintahkan para pelaku ditangkap dan diseret ke pengadilan. Tak sampai 24 jam empat orang tersangka ditangkap.

Menurut buku 30 Tahun Indonesia Merdeka Jilid 2 (1980), otak Peristiwa Cikini adalah Jusuf Ismail, Saadon bin Muhammad, Tasrif bin Husein, dan Moh. Tasin bin Abubakar. Kendati disinyalir sebagai bagian dari gerakan separatis DI/TII, di hadapan Pengadilan Militer mereka justru melandaskan aksi ini pada motif pribadi. Keempatnya dieksekusi mati pada 26 Mei 1960.

3. Peristiwa Maukar 1960

6 Rencana Pembunuhan yang Bayangi SoekarnoIPPHOS/Repro. 30 Tahun Indonesia Merdeka Jilid 2 (Sekretariat Negara Republik Indonesia)

Rabu 9 Maret 1960, udara ibu kota sedang terik-teriknya. Sengat matahari seolah menambah bara untuk Republik yang sedang diguncang pemberontakan di sana-sini. Dari kejauhan ufuk, sebuah jet tempur MiG-17 buatan Uni Soviet dengan tenang mengangkasa. Agaknya orang-orang enggan menebak siapa pilot yang nekad tetap terbang pada waktu istirahat siang.

Dari kokpitnya, Letnan Udara II Daniel Alexander Maukar mulai mencari sasaran. Berturut-turut peluru dilepas ke Kompleks BPM Tanjung Priok, Istana Merdeka kemudian Istana Bogor. Beruntung, Soekarno tak berada di sasaran tembak. Ia tengah menghadiri sidang Dewan Nasional, hanya 20 meter dari Istana Negara. Meski demikian, peserta rapat panik mendengar suara pesawat tempur terbang rendah.

Di hari yang sama setelah melancarkan aksinya, Maukar diringkus Divisi Siliwangi usai melakukan pendaratan darurat di Leles, Garut. Dalam persidangan, Dani Maukar dituduh menjadi bagian dari "Dewan Manguni", bagian dari gerakan Permesta Sulawesi Utara. Mendiang Ahmad Haris Nasution dalam buku Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 4: Masa Pancaroba Kedua (1988), si pilot bahkan telah dibayar oleh pihak Permesta.

Konsisten membantah tuduhan dia hendak membunuh Soekarno, Dani Maukar dijatuhkan hukuman mati pada 16 Juli 1960. Namun setahun kemudian, pemerintah memberi pengampunan kepada seluruh pengikut Permesta. Vonis mati Maukar diubah menjadi hukuman bui seumur hidup pada 1964. Udara bebas baru dihirupnya di tahun 1968, kala Orde Baru menguasai tampuk pemerintahan.

4. Peristiwa Granat Makassar 1962

6 Rencana Pembunuhan yang Bayangi SoekarnoIPPHOS/Repro. 30 Tahun Indonesia Merdeka Jilid 2 (Sekretariat Negara Republik Indonesia)

Minggu 7 Januari 1962, Soekarno kembali menjadi sasaran Permesta. Kali ini, kejadiannya jauh dari ibu kota negara, yakni Makassar. Rencananya hari itu, Bung Karno akan melakukan pidato kenegaraan di hadapan masyarakat Kota Daeng di GOR Mattoanging pada malam harinya.

Bertolak dari Gubernuran yang waktu itu masih terletak di sekitar Lapangan Karebosi, iring-iringan dilempari granat kala melalui Jalan Cendrawasih. Waktu menunjukkan pukul 18.55 WITA, jalan dalam keadaan hanya diterpa redupnya lampu jalan. Bambang Widjanarko, ajudan pribadi Soekarno, menggambarkan kejadian tersebut secara rinci dalam buku Sewindu Dekat Bung Karno (1988).

Dalam kegelapan, sebuah granat tiba-tiba meledak di dekat mobil Soekarno. Bambang secara refleks langsung meminta sang atasan untuk merunduk, untung saja tak ada serangan susulan. Rombongan bisa melanjutkan perjalanan dengan lancar hingga tiba di GOR beberapa menit kemudian.

Menurut Rosihan Anwar dalam Sukarno, Tentara, PKI: Segitiga Kekuasaan Sebelum Prahara Politik, 1961-1965 (2005), delapan orang terlibat dalam rencana ini, dengan Ida Bagus Suja Tenaja sebagai otak utama, dijatuhi hukuman mati.

Sebagai catatan, granat Permesta adalah peristiwa kedua yang menyasar nyawa Soekarno di kota Makassar. Sebelumnya ada Peristiwa Mandai 1960, kala DI/TII Sulsel pimpinan Kahar Muzakkar disinyalir menjadi perencana serangan mortir kala konvoi Soekarno baru saja keluar dari Lapangan Terbang Mandai.

5. Penembakan Idul Adha 1962

6 Rencana Pembunuhan yang Bayangi SoekarnoIPPHOS/Repro. 30 Tahun Indonesia Merdeka Jilid 2 (Sekretariat Negara Republik Indonesia)

Suasana khusyuk Idul Adha pada Senin 14 Mei 1962 dirusak oleh percobaan pembunuhan Soekarno. Proses salat Id yang dilaksanakan di lapangan dekat Istana Negara pun terganggu tepat di rakaat kedua. Si penyusup yang posisinya tak jauh dari Sang Presiden langsung mencabut pistol untuk menembak Soekarno dari jarak dekat.

Peluru yang dilepas mengenai pengawal Presiden Ipda Soedarjat dan Brigadir Susilo serta pegawai istana Mohamad Noer. Menurut Mangil Martowidjojo, salah satu ajudan Soekarno dalam Kesaksian tentang Bung Karno, 1945-1967 (1999), beberapa pengawal langsung bergumul dengan para penyerang. Kericuhan disertai letusan pistol membuat suasana tenang berubah ricuh.

Nah, ada cerita menarik. Kehadiran pengawal di sekeliling Soekarno dalam penembakan ini rupanya dilakukan atas inisiatif Mangil Martowidjojo. Sehari sebelumnya, ia menerima kabar bahwa DI/TII tengah merencanakan pembunuhan tepat di hari raya. Personel keamanan pun disebar di antara jemaah, utamanya di baris terdepan tempat Soekarno.

Para pelakunya, antara lain: Sanusi (32), Harun (27), Djaja Permana bin Embut (35), Tapbi  (30), Abidin (22), Cholil (20), Dachja bin Candra (28), dan Nurdin bin Satebi (19) yang menjadi anggota DI/TII Kartosoewirjo. Kedelapan orang tersebut dijatuhi vonis mati.

Ketua DPR-RI saat itu, KH Zainul Arifin, menderita luka tembak di bahu kirinya. Ia tak pernah pulih dari luka tersebut dan acapkali keluar-masuk rumah sakit. Sepuluh bulan berselang, salah satu figur Nahdlatul Ulama tersebut berpulang akibat komplikasi.

6. Granat meledak di Cimanggis Depok tahun 1962, setelah terbentuknya Tjakrabirawa

6 Rencana Pembunuhan yang Bayangi SoekarnoIPPHOS/Repro. 30 Tahun Indonesia Merdeka Jilid 2 (Sekretariat Negara Republik Indonesia)

Sebulan setelah peristiwa Idul Adha 1962, Soekarno membentuk pasukan Tjakrabirawa, resimen khusus para prajurit terbaik yang bertugas mengawal keselamatan kepala negara dalam setiap kesempatan.

“Pada hari kelahiranku (6 Juni) di tahun 1962, dibentuklah pasukan Tjakrabirawa. Satu pasukan khusus dengan kekuatan 3.000 orang yang berasal dari keempat angkatan bersenjata. Tugas pasukan Tjakrabirawa adalah melindungi presiden," ujar Sukarno dalam Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat (2007) seperti yang dituturkannya kepada Cindy Adams selaku si penyusun biografi.

Dengan penjagaan lebih ketat, mereka masih saja kecolongan. Desember 1964, sebuah granat meledak di dekat iring-iringan kepresidenan yang melewati daerah Cimanggis, Depok. Akan tetapi sekali lagi, rencana pembunuhan Bung Besar kembali berakhir nihil.

Namun, Tjakrabirawa akhirnya terseret dalam peristiwa berdarah 30 September 1965, yang menewaskan tujuh perwira tinggi militer Indonesia saat itu.

Baca Juga: Sempat Buron 3 Tahun, Mantan Anggota DPRD Selayar Tertangkap

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya