[WANSUS] Cerita Andi Jerni, Karateka Muda Menatap Parlemen

Dari kejuaraan dunia, belok arah ke gelanggang politik

Makassar, IDN Times - Andi Mesyara Jerni Maswara, perempuan asal Makassar, adalah salah satu anak muda berprestasi yang menonjol. Melalui karate, dia telah mencapai banyak prestasi di tingkat nasional maupun internasional.

Andi Jerni memang berasal dari Sulawesi Selatan. Namun dia lebih dikenal sebagai atlet Jawa Barat. Beberapa gelar juara yang pernah diraihnya antara lain Juara I Kejurnas Karate Piala Panglima 2018, Juara 3 International Karate Swiss 2019, Juara 2 Porprov Jabar 2023, Juara 1 Best of The Best Hexa Cup tahun 2018, Juara 3 Pra Asian Games 2017, dan masih banyak lagi. Jerni yang kini berusia 23 tahun juga pernah dipanggil mewakili Indonesia pada kejuaraan dunia World Karate Federation di Barcelona, Spanyol, tahun 2017 lalu.

Meski pun begitu, dia merasa prestasi tersebut belum cukup. Andi Jerni ingin berjuang di jalur yang jarang dipilih oleh anak muda seusianya. Dia memutuskan terjun pada Pemilu 2024 sebagai calon legislatif. Kali ini dia ingin memberi sumbangsih bagi daerah asalnya, Sulsel, di luar kapasitasnya sebagai atlet.

Andi Jerni menjadi kader partai Gerindra sejak tahun 2022. Dia masuk dalam daftar bakal caleg DPR RI daerah pemilihan Sulsel 2, meliputi Maros, Pangkep, Barru, Parepare, Soppeng, Bone, Wajo, Sinjai, dan Bulukumba.

Untuk mengetahui kisahnya, mari simak wawancara khusus reporter IDN Times Ashrawi Muin bersama Andi Jerni.

Bisa diceritakan secara singkat bagaimana perjalananmu sebagai atlet dan apa saja pencapaian yang diraih?

Saya pertama masuk karate di Makassar. Saat itu, saya masih sabuk kuning. Saat itu, pelatih saya pernah bilang, kamu ini bagus tapi pada saat itu saya tetap ikut tes. Saya dikasih ikut pertandingan, kalah terus. Saat saya kalah, saya berpikir begini, teman-temanku juara, sama-sama makan nasi, sama latihan tiap hari, kenapa saya belum juara. Apa yang kurang? Oh ternyata kurang jumlah hari latihan.

Pada saat saya sudah menyamai bahkan melebihi jumlah hari latihannya mereka, alhamdulillah prestasi saya naik pelan-pelan. Pada saat saya masih sabuk biru, saya sudah masuk pelatnas karate junior di Jakarta untuk kejuaraan dunia di Spanyol. Saya juara I kejuaraan nasional. Itu saya masih sabuk biru ke cokelat. Istilahnya itu masih sangat baru tapi kalau saya ada keinginan pasti harus tercapai makanya saya gila-gilaan untuk dapat itu.

Setelah saya ikut kejuaraan dunia, selama berjalannya waktu, saya kan beranjak dewasa, akhirnya saya kuliah di Jakata. Saya pindah dari Sulawesi Selatan ke DKI Jakarta. Saya harus mulai karir dari nol di Jakarta karena saya berpikir lebih baik kita mulai dari nol. Ibaratnya seperti gelas kosong yang diisi lagi.

Di sinilah bertahap naik. Kembali lagi juara satu di nasional setiap tahun. Saya masuk pelatnas lagi setiap tahunnya juga. Saya bawa nama Indonesia ke kejuaraan Asia Tenggara dan kejuaraan Asia. Saya juara III di kejuaraan Asia. Saya waktu itu kalah sama Malaysia tapi pada saat kejuaraan Asia Tenggara, saya juara II.

Sejauh ini saya bangga dengan pencapaian saya karena semua yang saya lakukan ini atas usaha saya sendiri. Tidak ada dibantu sama orang tua kecuali doa tapi semua kembali lagi ke diri saya. Jadi kalau saya punya keinginan pasti saya usahakan. Saya pasti akan berjuang untuk sampai di target itu. Saya mau banggakan kedua orang tua saya, keluarga besar saya, teman-teman di daerah, teman-teman di Indonesia.

Setelah saya sudah dapatkan targetku walaupun masih ada satu target yang belum saya dapatkan, tapi mungkin ini sudah dikasih jalan sama Allah, akhirnya karena saya merasa punya hal yang harus meningkatkan skill di bidang lain, saya juga akhirnya ikut ke dunia entertainment. Saya join manajemen artis, saya ikut main iklan, sinetron, film.

Saya bilang oh ternyata kita bisa mengusahakan, mengembangkan skill kita. Jadi bisa dibilang saya sampai ke titik ini karena keinginan saya yang kuat.

Prestasi tertinggiku saat ini juara III Asia tapi alhamdulillah saya sudah pernah injak kejuaraan dunia di Spanyol, kejuaraan dunia di Shanghai, kejuaraan dunia di Jakarta. Saya pernah ke Vietnam, Paris, Swiss dengan karate.

Kalau di karate saya berjuang untuk daerah dan negara, sudah saatnya saya berjuang untuk masyarakat daerah dan negara saya.

Baca Juga: 25 Tahun Reformasi, Satire Jadi Metode Kritis Gen-Z

Di usia yang masih terbilang muda, apa sih yang memantik sehingga kamu mau maju sebagai legislator?

Saya sebagai anak muda mau mengubah nasib anak-anak muda. Saya mau membuat kebijakan yang berbeda memang dari sebelumnya. Sebenarnya saya tipe orang yang tidak mau tebar-tebar janji tapi saya mau turun dan membuktikan.

Makanya saya minta tolong sama teman-teman semua kalau memang sudah eneg sama janji, berikan saya wadah untuk buktikan karena sudah saatnya memang anak-anak muda atau Gen Z dan milenial itu bersuara, karena yang tahu keinginan anak muda pasti dari generasi itu sendiri.

Itu salah satu dorongannya kenapa saya mau maju karena saya memang betul-betul mau ada yang berubah dan benar-benar bisa membuktikan bahwa anak-anak muda sekarang bisa.

Sekarang ini saya hanya ingin mengumpulkan kepercayaan orang-orang karena masalah saat ini kenapa banyak orang golongan putih karena banyak yang sudah tidak percaya pada calon-calon anggota.

Makanya saya bilang, saat ini tantangannya bagaimana masyarakat percaya sama kita. Banyak sekali sekarang masyarakat yang memilih golongan putih tapi itulah salah satu bahayanya kalau kita golput, bisa ada kelicikan-kelicikan yang kita kurang tahu apa yang depannya terjadi.

Kenapa yakin untuk bergabung di parpol?

Sekarang ini saatnya anak-anak muda sadar, kalau memang mau berjuang, silakan. Silakan berjuang untuk menyalurkan aspirasi seperti berdemo,  tapi kalau memang ingin ada perubahan, maka sudah saatnya masuk ke dalam ranah politik. Itu lebih bisa didengar dan lebih bisa ubah apa yang salah di dalam. Langsung ke akarnya.

Saya bukan mau pandang enteng, menurut saya demo itu suatu bentuk gerakan untuk menyampaikan aspirasinya anak-anak muda tapi untuk saat ini lebih baik kita buat inovasi di mana tidak mengganggu juga orang-orang di jalanan dan juga tidak bikin onar. Kan banyak oknum yang tidak bertanggung jawab ikut campur pada saat demo. Itu kan lebih baik.

Daripada seperti itu, marilah kita anak muda sekarang untuk pakai cara pintar dan kerja cerdas.

Belum berpengalaman di dunia politik, tapi langsung membidik DPR RI, kenapa tidak memulai dari tingkat kabupaten/kota dulu? Strateginya seperti apa?

Saya tipe pejuang. Tidak mau setengah-setengah. Selagi saya ada kesempatan, kenapa tidak. Saya juga pikir kalau memang kita mau mengubah suatu sistem, kita harus langsung ke akarnya, sedangkan akarnya itu di pusat.

Kita menggunakan relasi. Sebenarnya saya tidak mau tunjukkan karena strategi adalah sebuah rahasia. Hanya saja, saya akan memberikan inovasi-inovasi kampanye yang kreatif.

Langkah-langkahnya, yang pertama kita harus dapatkan kepercayaan masyarakat. Karena masyarakat sudah banyak yang tidak percaya sama yang namanya anggota legislatif. Kedua, kita membuat hubungan emosional terhadap sesama teman, masyarakat, khusunya orang-orang muda.

Banyak politisi yang sudah terkenal dan punya nama, bagaimana caramu sebagai pendatang baru memperkenalkan diri kepada masyarakat?

[WANSUS] Cerita Andi Jerni, Karateka Muda Menatap ParlemenAndi Jerni, atlet karate asal Sulsel yang pernah mewakili Indonesia di kejuaraan dunia, memilih terjun ke dunia politik. (Instagram/andijerni)

Saya berharap dari masyarakat sadar terhadap apa yang sudah terjadi di Indonesia. Saya memang baru, pasti banyak orang yang bilang pengalaman saya masih kurang tapi menurut saya pengalaman itu tidak mesti harus dari diri sendiri. Kita bisa belajar dari pengalamannya orang-orang.

Saya kan sempat magang juga di TVR Parlemen DPR-RI, di situlah saya belajar dari tiga sudut pandang dari masyarakat, anggota dewan, dan pers. Kalau dibilang pengalaman, di situlah saya mencari pengalaman.

Yang kedua, bagaimana caranya kita mau punya pengalaman kalau kita belum pernah rasakan tempat itu. Anak-anak muda pasti bisa saling mengerti apa kebutuhannya. Saya tidak mau menebar janji-janji, tapi memang saya seorang pejuang di karate. Bisa dilihatlah track record saya yang berjuang untuk daerah dan negara saya. Sudah saatnya saya juga berjuang di meja legislatif.

Untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat, bisa lihat track record saya, bagaimana ambisi dan keinginan saya untuk maju, bukan semata-mata cuma buat gaya-gayaan. Memang maunya perubahan.

Jadi, saya harap masyarakat semua bisa membuka mata. Jangan pandang enteng anak-anak muda yang baru mau berjuang. Justru anak muda itu idealismenya masih tinggi terhadap negara. Belum banyak kepentingannya.

Apa saja modal berharga dari dunia karate yang bisa kamu bawa ke politik?

Perjuangan, ambisi, dan mungkin mental yang sudah dibentuk, itu yang memberikan saya modal untuk terjun ke politik. Saya pernah jadi korban politik olahraga.

Saat itu saya satu-satunya atlet karate yang masih muda lagi speak up tentang kebijakan yang tidak pantas didapatkan oleh anak karate. 

Apa yang terjadi?

Jadi saat itu, saya speak up karena mendapatkan perlakuan tidak adil. Saya didiskriminasi sama salah satu daerah. Saya juara satu kejurda, waktu itu saya berharap akan main PON. Saya bilang, secara struktural wajar dong kalau saya berharap main PON. Tapi ada wild card yang akhirnya membuat saya terganjal, tidak bisa main karena ada anak yang juara PON 2016 dikasih masuk untuk main di PON 2021. Istilahnya itu kan 4 tahun yang lalu. Menurut saya itu tidak adil. Bagi saya, yang berjuang mati-matian di kejurda. Akhirnya saya ditaruh di lapis dua. Saya sebagai yang juara I sakit hati dong. 

Saya kemudian dicoret dari PON, (tim) lapis dua pun tidak. Mereka carikan saya alasan katanya saya malas latihan padahal posisinya saking rajinnya saya latihan, saya langsung cedera lutut kiri.

Setelah perisitiwa itu, bagaimana cara kamu kembali stand up?

Pasti awalnya saya kena mental. Tapi saya tidak peduli. Mindset saya, kalau saya benar saya tidak akan peduli pada orang-orang yang mau jatuhkan saya. Saya tetap melanjutkan aktivitas. Latihan sendiri, saya kebetulan entertainment juga.

Pada saat saya ke entertainment itu, saya diajak orang Jawa Barat, mau tidak bergabung jadi atlet kota Bandung. Padahal saya sudah tidak mau karate karena saya sudah tahu risikonya ketika saya speak up pasti karir saya akan terhenti. Tapi Allah berkata lain, kalau orang benar pasti akan kelihatan walau ditutup jalannya. Makanya saat itu saya mau karena sudah ditawari. Saya yakin itu pasti jalan dari Allah. Saya menjadi atlet Jawa Barat.

Pada saat saya menjadi atlet Jawa Barat, saya kembali lagi mulai dari nol. Tapi karena saya punya tekad, saya latihan cuma 4 bulan, saya langsung kembali jadi juara Porprov di sana. Orang tua saya pernah bilang begini 'di mana pun kau berada kalau memang kau berkualitas, kau akan tetap di atas'. Makanya pada saat saya juara pra porprov saat itu, saya kembali lagi ke Jakarta karena saya kuliah di sana, kemudian kembali lagi ke Bandung buat persiapan porprov. Alhamdulillah juara lagi.

Makanya kenapa saya juga mau turun jadi anggota karena saya punya keinginan, saya ingin ada di olahraga karate yang lurus. Makanya saya bilang ketika saya bisa jadi anggota DPR, pasti saya akan cari cara supaya olahraga ini maju. Saya bukan mau jahati orang karena saya tipe orang yang kalau dijahati tidak akan kujahati, saya hanya ingin melihat ini benar. 

Seandainya nanti kamu terpilih, apa target pertama yang akan dilakukan untuk perubahan?

Pertama, kami ke daerah, selesaikan trend issue  yang ada di daerah-daerah itu. Kita lihat dulu, apa sebenarnya masalahnya mereka. Setelah kita kumpulkan semua masalah itu, barulah kita mati-matian di Senayan.

Masalah-masalah kecil dulu yang harus diselesaikan. Tidak usah langsung lihat masalah apa yang ada di atas  tapi lihat dulu di bawah karena ini bukan tentang sejahteranya. Kita harus sejahterkan dulu masyarakat setelah itu kita naikkan ekonomi daerah. Karena kalau masyarakat sudah sejahtera, maka ekonomi daerah akan naik. Bukan kita naikkan dulu ekonomi daerah lalu kita korbankan masyarakat.

Semua berawal dulu dari akal. Kalau misalnya saya tunggu laporan saja dari daerah tapi kita tidak tahu apakah masalah itu akan sampai di Senayan. Jadi intinya, kalau memang apa yang harus saya kerjakan yaitu saya selesaikan dulu masalah-masalah kecil  yang ada di daerah. Dari masalah kecil bisa menjadi besar kalau tidak diselesaikan.

Banyak anak muda termakan janji lapangan kerja, buktinya sampai sekarang  nganggur. Masyarakat harusnya pintar, jangan karena cuma dikasih warna merah (uang Rp100 ribu) tapi lima tahun terbungkam.

Kamu kan masuk dalam kelompok Gen Z, kalau melihat di Sulsel, apa sih yang orang seusiamu butuhkan?

[WANSUS] Cerita Andi Jerni, Karateka Muda Menatap ParlemenAndi Jerni, atlet karate asal Sulsel yang pernah mewakili Indonesia di kejuaraan dunia, memilih terjun ke dunia politik. (Instagram/andijerni)

Yang mereka butuhkan sekarang adalah mereka pasti butuh pekerjaan. Saya tidak mau menjanji tapi yang saya lihat anak muda sekarang butuh kesejahteraan. Banyak sekali anak muda zaman sekarang baru lulus, mau bekerja, ditanya apa pengalamannya. Mereka hanya ingin kesejahteraan dalam artian mau bekerja tapi masih dipersulit.

Saya tidak mau menjanji tapi saya akan mengusahakan yang namanya anak muda yang baru lulus jangan tanya apa pengalamannya, tanya saja skill apa yang dia punya. Kita semua pasti bukan bermental pengemis, tapi kita mau bekerja.

Sekarang, kita mau berpendapat, mau mengeritik itu hati-hati karena ada pasal yang membuat kita seperti bungkam. Jadi ketika kita mengkritik pemerintah, kita akan dibungkam, dikenakan pasal tersebut.

Menurutku, anak-anak muda itu, harusnya diberikan kebebasan berpendapat dan kritik tapi tetap secara sopan. Teman saya pernah bilang debat pakai adab. Jadi memang yang dibutuhkan orang-orang muda ini adalah kesejahteranan.

Anak-anak muda sekarang juga banyak yang bekerja untuk sekolah. Mana beasiswa-beasiswa yang dijanjikan. Banyak anak muda berprestasi sekarang tapi tidak dapat beasiswa karena banyak sekali persyaratan-persyaratan yang justru bikin anak muda merasa repot. Kita lihat skill-nya. Kalau misalnya skill-nya bagus maka diikasih pekerjaan.

Anak muda susah cari pekerjaan. Masa baru lulus kuliah ditanya mau kerja di sini sudah ada pengalaman apa. Kan bingung. Kemudian banyak sekali persyaratan yang akhirnya orang sudah cari kerja. Di sekolah juga, misalnya banyak orang kasih masuk formular beasiswa tapi sedikit sekali yang terima.

Saya mau melihat pendidikan dan prestasinya orang Sulsel ini maju. Karena saya juga merasakan bagaimana rasanya punya beasiswa tapi dibatasi. Misalnya saya dapat beasiswa tapi wajib berprestasi, kalau saya sudah tidak berprestasi akan disetop. Padahal kan harusnya lihat dulu skill-nya, apakah di masa depan dia akan tetap begini.

Anak-anak muda cuma butuh kesejahteraan, pendidikan, pekejaan, dan kebebasan berpendapat dan kritik secara sopan.

Apa pandangan kamu soal money politic?

Saya sebagai anak muda sangat kontra dengan money politic. Money politic itu ada karena banyaknya orang yang sengaja memberikan meski masyarakat tidak minta. Adanya orang  yang memberikan akhirnya menumbuhkan pola pikir masyarakat untuk materialistis.

Tertanam dalam mindset orang-orang kalau pemilu sudah dekat berarti mau dikasih uang. Itu yang harus dihilangkan. Saya bilang begini sama teman-teman semuanya kalau ada orang seperti itu, ambil saja uangnya tapi pikir sendiri apakah dia pantas duduk di Senayan, pantaskah dia memperjuangkan suaramu. Kalau niat awalnya sudah tidak baik, pasti hasilnya di atas tidak baik karena orang yang keluarkan uang itu seperti modal, pasti mereka mau balik modal.

Makanya saya bilang oke untuk dana kampanye karena kita harus transportasi ke mana-mana. Tapi kalau niatnya sudah lain, berarti sudah tidak bagus. Sampai juga di atas blunder, langsung lupa masyarakat yang di bawah dan juga kalau misalnya ada yang kasih uang, kesannya jadi menanamkan ke masyarakat mental pengemis, sedikit-sedikit uang. Itulah yang harus diubah dari sekarang.

Kalau memang kamu mau sejahtera, pilihlah pemimpin atau perwakilan yang betul-betul mau memperjuangkan kamu. Bukan sekedar yang mau naik karena banyak uang. Sekarang, kita tidak butuh pemimpin yang banyak uangnya dan tinggi jabatannya tapi pemimpin atau perwakilan yang  berani bilang tidak terhadap kebijakan yang tidak pro kepada masyarakat.

Percuma perwakilan banyak uangnya tapi pada saat mereka iya-iya saja terhadap kebijakan yang tidak pro sama rakyat.

Berikan tanggapanmu soal isu dan kondisi lingkungan di sekitarmu

Jujur kecewa sekali. Saya sudah ke daerah-daerah. Banjir itu kan karena sampah. Kita ini makin ke sini  makin kurang sekali terhadap kesadaran lingkungan. Banyak daerah banjir, di Soppeng, Bulukumba, Barru, Parepare. Makin bertambahnya tahun, makin tidak terurus, masih tidak ada solusi yang tepat untuk masalah-masalah kecil seperti itu. Itu pasti dari masalah kecil, dari membuang sampah sembarangan, dari kurangnya kesadaran masyarakat terhadap sampah, yang akhirnya menimbulkan masalah besar. Kenapa tidak ada edukasi dari pemerintah. Mungkin ada cuma kayak kurang. Tidak sampai ke masyarakat.

Saya pulang ke Makassar kaget. Kenapa makin amburadul. Bukan mau mendikte, tapi sebagai anak muda yang peduli sama lingkungan, kaget. Ini di setiap lorong. Ada dulu namanya program kerja di lorong tapi kenapa sekarang kurang dan dilupakan. Jadi kembali lagi jadi kumuh.

Saya tinggal di Rappokalling, rumah saya memang agak lorong tapi sampai di sana kenapa sampah ada di mana-mana. Petugas kebersihan datangnya seminggu sekali. Ke mana mereka? Mungkin mereka juga berpikir bayarannya hanya sekian dari pemerintah jadi mereka mending kerja lain. Jadi Kembali lagi, sejahtera tidak itu pekerjanya.

Menurutmu apa perbedaan signifikan politisi millennial dan gen z dengan generasi di atasnya?

Mindset. Misalnya dari segi prestasi, kalau orang dulu mungkin berpikiran untuk mendapatkan prestasi harus di akademik tapi kan sekarang pemikiran kita yang politisi muda, banyak hal untuk bisa mendapatkan prestasi dari sisi hal yang banyak.

Mereka yang senior tidak terlalu tahu keinginan kita yang anak muda seperti apa. Kita anak muda banyak sekali sebenarnya yang berpikiri kritis tapi tidak punya wadah. Sedangkan kalau generasi sebelumnya pasti berpikiran anak muda zaman sekarang bisanya cuma main saja.

Dalam menyampaikan kebijakan pun sudah berbeda. Kalau politikus senior maunya kebijakan menyeluruh, tidak mau kalau yang kecil-kecil dulu. Mereka hanya berpikiri secara luasnya dan tidak mau memikirkan secara spesifik.

Dari segi kreativitasnya juga berbeda. Kalau politikus senior kan mungkin dia berpikirnya masih pakai mindset lama. Kalau yang muda sudah ada pembaharuan yang mau diciptakan. Misal, bagaimana kalau anak muda diberikan wadah untuk menyampaikan aspirasi dengan mudah. Tidak harus pakai demo.

Banyak sekali politikus yang masih berpikiran untuk menyelesaikan masalah dengan uang. Kalau kita kan mau selesesaikan masalah dengan cara yang kreatif dengan cara yang win win, tidak cuma berpihak pada satu sisi. Intinya sebagian dari mereka banyak kepentingan yang tidak terlalu pro kepada masyarakat sedangkan anak muda ini sekarang lebih pro kepada masyarakat karena tinggi sekali idealismenya.

Siapa politisi yang jadi role model kamu?

Pak Prabowo (Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra) dong. Saya lihat perjuangannya. Beliau sampai tiga kali mencalonkan diri sebagai capres, berarti dia ingin Indonesia ada perubahan, ingin memajukan Indonesia. Beliau juga salah satu TNI. Beliau, ketika ada masalah dia pasti cari solusi untuk masalah secepatnya.

Di luar dari partai, beliau juga punya rasa ambisi yang kuat. Menurutku, orang-orang yang tidak terpilih, pasti sudah down, tapi beliau sempat maju. Beliau bahkan sempat menerima tawaran dari Presiden untuk jadi menteri. Berarti memang beliau ingin ada perubahan. Orangya gigih dan pantang menyerah.

Kalau politisi muda?

Sebenarnya bukan politisi sih, tapi dia orang yang bikin saya takjub. Najwa Sihab. Walaupun beliau bukan salah satu kader parpol, dia pers, tapi menurutku setiap kali dia membicarakan hal-hal politik di Indonesia, langsung tajam ke intinya. Saya suka yang seperti itu. Orang yang berani.

Apa hobi dan kesibukanmu di luar karate?

Akting. Itulah kenapa saya bilang mari kembangkan skill kita tidak hanya di satu bidang. Ketika saya bosan di karate, saya bisa ke entertainment. Saya juga suka main game. Game itu jangan dipandang enteng. Kita main game sebenarnya kita belajar strategi mengalahkan lawan dengan strategi yang kita buat, kerja sama tim.

Saya juga suka berenang tapi mulai jarang karena kesibukan. Saya juga suka bikin cerita novel hanya belum di-up karena melihat situasi dan kondisi yang masih sibuk. Kalau untuk memproduktifkan diri supaya tidak kosong-kosong banget.

Orang bilang saya terlalu banyak mencoba hal. Tapi justru itu kita harus mencoba berbagai hal supaya tahu di mana kemampuan kita yang sebenarnya. Saya masuk jurnalis broadcasting karena saya suka di depan kamera, saya suka mengatakan kejujuran, pers kan harus menyampaikan kejujuran apa adanya. Kenapa saya ambil jurusan jurnalis broadcasting karena saya rasa pers itu punya kekuatan yang bisa menyampaikan situasi yang apa adanya.

Baca Juga: Peluang Caleg Muda Menangi Pileg 2024 Besar Selama Kuasai Isu Dapil

Topik:

  • Aan Pranata
  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya