Pilkada Sulsel, Dua Kandidat Bakal Lawan Kolom Kosong

Petahana di dua daerah disebut belum punya penantang

Makassar, IDN Times - Dosen Politik Universitas Muhammadiyah Makassar Andi Luhur Prianto menyebut dua pasangan petahana di Sulawesi Selatan kemungkinan akan menghadapi kolom kosong pada pemilihan kepala daerah serentak 2020.

Luhur mengatakan, belum ada tanda-tanda munculnya penantang bagi dua petahana di daerah berbeda. Yang dia maksud adalah Andi Kaswadi Razak-Lutfi Halide di Kabupaten Soppeng, dan Adnan Purichta Ichsan-Abdul Rauf Malaganni di Kabupaten Gowa.

"Potensi itu ada, sebab situasi Pilkada Gowa dan Soppeng memang kurang menggembirakan," kata Luhur dilansir Antara, Kamis (13/8/2020).

Baca Juga: Anggota DPR Harus Mundur Jika Mau Maju Pilkada, Setuju Ya?

1. Kelompok penantang gagal mengumpulkan kekuatan untuk melawan petahana

Pilkada Sulsel, Dua Kandidat Bakal Lawan Kolom KosongMural Pilkada Serentak 2020 ( ANTARA FOTO/Fauzan)

Luhur menjelaskan, pilkada langsung bertujuan membuka akses seluas mungkin bagi warga negara untuk berkompetisi. Pilkada bukan digelar untuk mewujudka penumpukan kekuatan di satu kelompok saja.

Kenyataannya, kata dia, kelompok penantang di Soppeng dan Gowa gagal menumpulkan kekuatan guna melawan kelompok petahana. Kekuatan pun lebih banyak berkumpul di kubu petahana.

“Bahkan penantang lebih memilih bergabung ke petahana," ujar Luhur.

2. Pasangan calon tunggal tidak otomatis menang

Pilkada Sulsel, Dua Kandidat Bakal Lawan Kolom KosongIlustrasi Surat Suara (Pemilu) (IDN Times/Mardya Shakti)

Menurut Luhur, pilihan calon yang terbatas jadi alasan bagi kelompok golongan putih untuk tidak hadir di tempat pemungutan suara (TPS). Jika kelak petahana di dua daerah jadi pasangan calon tunggal, mereka tidak otomatis meraih suara mayoritas pemilih. Pertarungan yang sebenarnya masih tetap terjadi di bilik suara.

"Pasangan calon tunggal tetap tidak bisa langsung berpesta, seperti 'pemenang yang mabuk'. Tetap waspada…kekuatan infrastuktur politik calon tunggal tidak boleh terlena dengan situasi ini," ucap Luhur.

Bercermin pada Pilkada Makassar 2018, saat itu kekuatan pendukung kolom kosong terkonsolidasi sehingga bisa mengalahkan pasangan tunggal. Luhur menyebut secara internal, psikologis pemenang yang seolah 'berada di atas angin' bisa berbahaya, jika kekuatan pendukung kotak kosong semakin terkonsolidasi.

"Secara eksternal, pembagian dan distribusi tugas-tugas elektoral di koalisi partai besar, kalau tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dominasi dan marginalisasi. Harus ada pembagian kerja proporsional di antara para pendukungnya," katanya.

3. Kaswadi optimistis menang lagi di Pilkada Soppeng

Pilkada Sulsel, Dua Kandidat Bakal Lawan Kolom KosongBupati Soppeng, Kaswadi Razak/Pemkab Soppeng

Jelang pendaftaran bakal calon di KPU, Kaswadi-Lutfi sudah mengantongi rekomendasi sejumlah partai politik untuk Pilkada Soppeng. Antara lain Partai Golkar yang punya 12 kursi di DPRD, NasDem dan PDIP masing-masing 5 kursi, Gerindra (3 kursi), serta PAN dan PKB masing-masing satu kursi. Jika Demokrat dengan tiga kursi ikut bergabung, pasangan ini memborong semua tiket parpol.

Di Gowa, Adnan-Kio sudah mengumpulkan delapan parpol, yaitu Partai NasDem, PKB, PPP, PDIP, Partai Golkar, Partai Perindo, Partai Demokrat, dan PAN. Masih ada dua parpol yang belum menyatakan dukungan, yaitu Partai Gerindra dan PKS.

Kaswadi sendiri optimistis bisa melaju sebagai paslon tunggal. Dia yakin Demokrat bakal bergabung dengannya. Lebih dari itu, dia pun percaya diri bisa menang lawan kolom kosong.

"Tidak menjadi masalah, kita tetap optimistis, meski syarat menang 50 persen plus satu suara. Jangan disamakan Soppeng dengan Makassar. Jelasnya kita optimislah," ujar Kaswadi.

Baca Juga: Bawaslu Sulsel: 14 Ribu Pemilih Pemula Belum Terdaftar Jelang Pilkada

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya