Konferensi FKUB, Menteri Agama Puji Muhammadiyah dan NU

Dua ormas ini dinilai jaga prinsip keislaman dan kebangsaan

Makassar, IDN Times - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan apresiasi terhadap Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), atas komitmennya menjaga prinsip keislaman dan kebangsaan.

Kedua organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia ini dianggap menunjukkan bahwa praktik nilai Pancasila tidak bertentangan dengan prinsip pokok ajaran Islam.

Apresiasi Menag disampaikan, menyikapi Sidang Tanwir Muhammadiyah dan Munas Alim Ulama NU yang baru-baru ini selesai digelar. Kedua ormas dinilai telah menegaskan pentingnya menjaga komitmen keislaman dan kebangsaan, dengan mewujudkan kehidupan politik yang luhur, damai, toleran, dan lapang hati.

"Baik Muhammadiyah maupun NU mengajak kita semua menghindarkan diri dari praktik-praktik tercela seperti ujaran kebencian, permusuhan, dan menyebarkan berita bohong (hoaks), yang diyakini bertentangan dengan prinsip hifz al-‘aql (menjaga akal) dalam syariat Islam,” kata Menteri Lukman, saat membuka Konferensi Nasional V Forum Kerukunan Umat Bersatu (FKUB) di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (2/3).

Baca Juga: Berawal dari Anugerah Kerukunan Beragama, Tabanan Raih Banyak Prestasi

1. Isu-isu agama tidak boleh jadi alat politisasi

Konferensi FKUB, Menteri Agama Puji Muhammadiyah dan NUIDN Times / Aan Pranata

Menag mengatakan, penegasan terhadap keislaman dan kebangsaan sangat penting untuk memperkuat komitmen terhadap demokrasi. Terlebih dalam menyambut Pemilihan Umum, yang mulai tahun ini diselenggarakan serentak. Menag mengimbau agar Pemilu tidak dijadikan ajang mempolitisasi isu-isu agama sebagai alat pemecah belah masyarakat.

Komitmen soal itu senafas dengan para alim ulama NU dan Muhammadiyah, yang menekankan prinsip perdamaian, toleransi, dan moderasi, meski dengan jargon dan ekspresi berbeda-beda.

NU mengekspresikan komitmen ini melalui jargon Islam Nusantara, yang menekankan karakter moderat, berimbang, dan toleran. Sedangkan Muhammadiyah menyampaikannya melalui jargon Islam Berkemajuan, yang menghadirkan Islam sebagai agama pencerahan, pembangun kemajuan dan peradaban, serta menjadi solusi untuk mengakhiri konflik kemanusiaan.

Para alim ulama NU maupun Muhammadiyah sepakat menyerukan kepada seluruh umat untuk mengedepankan persaudaraan, menghindari permusuhan antarsesama anak bangsa, serta mengedepankan beragama yang mencerahkan. Para alim ulama NU secara khusus menggaungkan kembali pentingnya menjaga persaudaraan kemanusiaan.

"Sebagai Menteri Agama, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas semua dedikasi dan kesungguhan para alim ulama menghasilkan rekomendasi, baik yang dihasilkan dalam Sidang Tanwir Muhammadiyah maupun dalam Munas Alim Ulama Nahdlatul Ulama," ucap Lukman.

2. Pemerintah daerah diminta ikut mendorong kerukunan umat beragama

Konferensi FKUB, Menteri Agama Puji Muhammadiyah dan NUIDN Times / Istimewa

Konferensi Nasional V FKUB digelar di Makassar pada 1-3 Maret. Acara ini dihadiri 1.500 orang perwakilan FKUB dari seluruh Indonesia. Pada kegiatan ini, dilaksanakan deklarasi damai FKUB yang isinya bahwa Pemilu sebagai momentum strategis menjaga kesatuan Republik Indonesia.

Di hadapan hadirin, Menteri Lukman menyampaikan bahwa kerukunan umat beragama mesti didukung seluruh pihak, termasuk oleh pemerintah daerah. Pemda diharapkan bisa mengalokasikan anggaran untuk kegiatan FKUB. Sebaliknya, FKUB harus mampu meyakinkan kepala daerah bahwa kerukunan umat beragama akan dirasakan manfaatnya.

"Saya ingin menitipkan, mari kita senantiasa untuk tidak pernah lelah mengupayakan agar seluruh anak bangsa ini kembali mengajarkan amalan agama, esensi dari ajaran pokok agama itu sendiri,” Lukman mengatakan.

3. Gubernur Sulsel bagi kiat jaga kerukunan

Konferensi FKUB, Menteri Agama Puji Muhammadiyah dan NUIDN Media

Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah, pada forum yang sama menyebut, provinsinya merupakan contoh daerah yang sangat menjunjung kerukunan umat beragama. Selama ini masyarakat berhasil menciptakan suasana yang damai dan aman, karena meneladani Sipakatau. Filosopi ini bermakna saling memanusiakan dan saling memuliakan, mengajarkan arti menghormati sesama dan saling membantu.

Sipakatau, menurut Nurdin, diperkuat dengan nilai Sipakainge. Ini berarti orang-orang merasa saling memiliki dan menjaga sikap serta menjaga sesama. Di antara banyak filosofi hidup Sulsel, kedua filosofi ini menciptakan dan menjadikan Sulsel bersatu.

"Sulsel merupakan daerah yang multi etnis dan agama, namun tetap rukun dalam Bhineka Tunggal Ika," kata Nurdin.

Baca Juga: Polemik Kartu Nikah, Menteri Agama Lukman Hakim Kritik Balik KPK

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya