48 Ton Ikan Terbang dari Sulsel Dilepas ke Jepang

Nilai transaksi mencapai Rp8,4 miliar

Makassar, IDN Times - Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah menghadiri pelepasan ekspor ikan terbang di Kawasan Industri Makassar, Sabtu (19/1). Sebanyak 48 ton ikan terbang dengan nama latin Hirundichthys diekspor ke Jepang sebagai bahan konsumsi masyarakat setempat. 

Komoditas ini diekspor PT Usaha Central Jaya Sakti menuju Prefektur Hakata, Jepang. Ikan dalam kondisi beku diangkut dengan dua kontainer dan rencananya dikirim melalui Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar.

“Mudah-mudahan ekspor sekarang ini bisa ditingkatkan lagi dari hari ke hari,” kata Nurdin Abdullah dalam sambutannya.

1. 336 ton ikan terbang dikirimkan bertahap

48 Ton Ikan Terbang dari Sulsel Dilepas ke JepangIDN Times / Aan Pranata

Ekspor 48 ton ikan terbang merupakan pengiriman perdana dengan nilai Rp1,2 miliar. Pengekspor menjalin kerja sama pengiriman total 336 ton ikan terbang beku ke Jepang, dengan total kesepakatan bernilai Rp8,4 miliar.

Gubernur Nurdin Abdullah ekspor ini membuktikan Sulsel sebagai daerah penghasil komoditas bahan baku industri di luar negeri. Sebelumnya, daerah ini juga mengirimkan beragam komoditas ke berbagai negara tujuan, seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, Cina, dan Jepang.

Khusus ikan terbang, menurut Nurdin, populer bagi masyarakat Jepang sebagai bahan pembuat surimi. Surimi merupakan daging ikan yang dilumatkan hingga membentuk pasta. Biasanya dikemas plastik dalam keadaan beku, untuk dilelehkan dan diolah menjadi menu makanan.

"Ikan terbang ini adalah salah satu ikan endemik yang unik dan disukai oleh orang Jepang, terutama untuk produk surimi. Surimi itu bahan untuk dibuat nugget, dan macem-macem,” ujar Nurdin.

2. Ekspor Sulsel dianggap masih banyak tantangan

48 Ton Ikan Terbang dari Sulsel Dilepas ke JepangIDN Times / Aan Pranata

Menurut Nurdin Abdullah, Sulsel masih punya beberapa kelemahan dalam bidang ekspor. Mislanya, kalangan pengusaha belum bisa menjamin kebutuhan pasar setiap saat. Komoditas bahan baku tertentu hanya bisa dipenuhi tergantung musim yang cocok, sehingga butuh riset agar dapat berkelanjutan.

Nurdin juga mengingatkan pelaku usaha agar memperhatikan kemasan dan ukuran dalam mengekspor. Untuk ikan segar maupun beku, standar kualitas dan kesegarannya wajib terjaga. Terlebih bagi Jepang yang sangat ketat menjaga mutu.

“Ketika sudah masuk ke Jepang, seluruh dunia akan menerima produk kita. Begitulah ketatnya,” kata Nurdin.

3. Pemprov dorong meningkatan teknologi di bidang perikanan

48 Ton Ikan Terbang dari Sulsel Dilepas ke JepangHumas Pemprov Sulsel

Pemprov Sulsel menyadari masyarakat penghasil bahan baku perikanan, terutama nelayan, belum menguasai teknik penangkapan ikan mutakhir. Dengan metode tradisional, nelayan tidak bisa memastikan jumlah tangkapan, sehingga eksportir sulit membuat kepastian kontrak dengan pihak luar.

Dengan bantuan pemerintah Jepang, Nurdin mengatakan, Pemprov Sulsel akan membantu nelayan dalam alih teknologi. Ini dibutuhkan terutama dalam budidaya perikanan, agar hasil bahan baku bisa diperkirakan jumlah dan kualitasnya.

“Mungkin ini menjadi tantangan kita kedepan, bagaimana kita mencoba untuk meningkatkan kemampuan para nelayan kita. Kita bekali dengan alat tangkap yang lebih bagus, supaya industri ini secara kontinyu bisa menghasilkan bahan baku yang cukup,” Nurdin menambahkan.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya