Haedar Nashir Sayangkan Penolakan Jenazah Pasien COVID-19
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yogyakarta, IDN Times - Di tengah mewabahnya pandemi COVID-19, peristiwa penolakan jenazah pasien corona muncul dan mengguncang rasa kemanusiaan.
Seperti yang terjadi di Banyumas, Jawa Tengah, di mana penolakan sampai diwarnai peristiwa pembongkaran kuburan. Intinya, warga takut ikutan tertular karena jenazah pasien dimakamkan di lokasi tak jauh dari mereka tinggal.
Fenomena ini pun akhirnya memancing reaksi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir.
Baca Juga: Pendatang Ditolak Warga, Desa Sumbermulyo Siapkan 3 Gedung Karantina
1. Jenazah yang ditolak adalah saudara sendiri
Haedar dalam keterangan resminya menyatakan sikapnya terhadap peristiwa ini. Ia menyayangkan terjadinya penolakan jenazah pasien COVID-19 yang padahal masih dianggap saudara dan sudah seharusnya diperlakukan dengan hormat.
Ia pun menyisipkan Tarjih Muhammadiyah, yang berbunyi bahwa pasien COVID-19 meninggal dunia yang sebelumnya telah berikhtiar dengan penuh keimanan untuk mencegah dan atau mengobatinya, maka mendapat pahala seperti pahala orang mati syahid.
"Jika pemerintah dan para pihak telah menetapkan kuburan bagi jenazah COVID-19 sesuai protokol, maka tidak sebaiknya warga masyarakat menolak penguburan. Apalagi sampai meminta jenazah yang sudah dimakamkan dibongkar kembali dan dipindahkan," kata Haedar, Kamis (2/4).
2. Mereka yang dikarantina juga jangan ditolak
Haedar melanjutkan, penolakan semestinya juga tidak menimpa para Pasien Dalam Pengawasan (PDP) maupun pasien positif yang kemudian dikarantina. Baik yang secara mandiri maupun di fasilitas layanan kesehatan (fasyankes).
"Aparat setempat agar dengan bijak memahamkan warga dan jangan ada yang ikut-ikutan menolak," tegas Haedar.
3. Tunjukkan keluhuran sikap kemanusiaan dan kebersamaan
Haedar meminta semua pihak diminta berpartisipasi, termasuk para tokoh dan pemuka agama supaya ada upaya pemahaman bagi mereka yang masih salah kaprah. Sehingga tak memunculkan sikap khawatir berlebihan.
Keluhuran sikap kemanusiaan dan kebersamaan, menurutnya, harus ditunjukkan, di mana masyarakat Indonesia yang berjiwa sosial, gotong royong, dan religius terhadap sesama ini, sebaiknya berempati kepada para pasien COVID-19 juga keluarganya.
"Sikap berlebihan justru tidak menunjukkan keluhuran budi dan solidaritas sosial yang selama ini jadi kebanggaan bangsa Indonesia," pungkas Haedar.
Baca Juga: Jumlah Orang yang Masuk ke DIY Nyaris Tembus 100 Ribu