Cerita Pedagang Kue Kering Asal Gorontalo Menyerbu Manado jelang Natal

Setiap Natal mereka berjualan ke Manado

Manado, IDN Times – Kota Manado, Sulawesi Utara, menjadi kota tujuan berdagang ketika Desember tiba. Penduduk Kota Manado yang mayoritas beragama Nasrani akan merayakan Natal yang jatuh pada tanggal 25 Desember. Serangkaian ibadah dan persiapan sudah dilakukan bahkan sejak satu bulan sebelumnya, termasuk berbelanja kebutuhan Natal.

Sejak Bulan November kita bisa dengan mudah menemukan toko yang menjual berbagai aksesoris Natal, bunga, hingga petasan. Pemandangan pengunjung yang berjubel di toko-toko tersebut sejak Bulan November sudah tidak aneh di Manado. Kebiasaan ini kemudian dilihat sebagai peluang bisnis bagi para pedagang.

Pedagang kue kering dari Gorontalo misalnya, turut meramaikan persiapan Natal sejak awal Desember. Setiap Natal, mereka menjual berbagai jenis kue kering di Kawasan Niaga 45, lebih tepatnya di sekitar Pelabuhan Manado. Mereka rata-rata berjualan kue kering di Manado saat Natal sudah 5-6 tahun belakangan.

“Ke Manado naik truk, kemudian kontrak rumah satu bulan untuk tinggal sementara di sini. Nanti kalau kue keringnya sudah habis terjual, baru pulang,” terang seorang pedagang asal Kecamatan Talaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, bernama Rival Yusuf (27).

1. Bawa ratusan lusin kue kering dari Gorontalo

Cerita Pedagang Kue Kering Asal Gorontalo Menyerbu Manado jelang NatalKios kue kering milik Erlin Laginta (40) di Kawasan Niaga 45, Manado, Sulawesi Utara, Kamis (22/12/2022). IDNTimes/Savi

Para pedagang kue kering seperti Rival, bisa menjual hingga 350 lusin kue kering untuk kemasan toples. Mereka juga menyediakan kue kering hingga kacang-kacangan dalam kemasan plastik sebanyak 1.000-2.000 bungkus, dengan berat masing-masing 1,5 kilogram. Harganya pun beragam, berkisar pada Rp 60 ribu-Rp 165 ribu.

Modal yang mereka keluarkan pun tak main-main, berkisar antara Rp 50 juta-Rp 200 juta. Namun, menjual kue kering di Manado menjelang Natal rupanya cukup menjanjikan. Dalam sehari para pedagang kue kering paling sedikit mengantongi Rp 7 juta.

Dengan penghasilan segitu, para pedagang kue kering pun yakin stok akan habis pada akhir tahun 2022. “Mobil sudah tidak perlu bayar, sopir juga suami sendiri. Jadi yakin pasti balik modal,” tambah pedagang kue kering yang juga asal Gorontalo, Erlin Laginta (40).

2. Kucing-kucingan dengan Satpol PP

Cerita Pedagang Kue Kering Asal Gorontalo Menyerbu Manado jelang NatalKios kue kering milik Rival Yusuf (27) di Kawasan Niaga 45, Manado, Sulawesi Utara, Kamis (22/12/2022). IDNTimes/Savi

Salah satu kendala yang dihadapi para pedagang ini yaitu adanya Satpol PP yang melarang mereka membuka lapak di pinggir jalan Kawasan Niaga 45. Aturan tersebut baru diterapkan sejak akhir tahun 2021 untuk mencegah kemacetan menuju Pelabuhan Manado. Para pedagang yang menjual dengan mobil pikap atau tenda terpaksa membuka tutup dagangan mereka dengan terpal untuk menghindari Satpol PP.

Tak jarang, para pedagang di sekitaran Pelabuhan Manado juga terlambat membuka lapak karena menghindari Satpol PP. Biasanya, mereka mulai berjualan sejak pukul 08.00 Wita karena mengikuti jam kedatangan kapal di Pelabuhan Manado. Namun, karena ada Satpol PP yang berjaga, para pedagang kue kering kadang membuka lapaknya baru pukul 11.00 Wita.

“Itu saja nanti ada pembeli datang 2-3 jam. Kalau ada Satpol PP lagi, terpaksa tutup lagi, tunggu pembeli lagi. Begitu terus,” kata Jein (45), pedagang kue kering asal Kawangkoan, Minahasa.

Para pedagang kue kering berharap pengertian dari pemerintah. Pasalnya, mereka hanya pedagang yang musiman yang berjualan hanya satu tahun sekali. Ditambah lagi, jam operasional para pedagang kue kering tersebut juga pendek, yaitu pukul 08.00-20.00 Wita.

3. Target pasar di Manado luas

Cerita Pedagang Kue Kering Asal Gorontalo Menyerbu Manado jelang NatalPembeli kue kering di Kawasan Niaga 45, Manado, Sulawesi Utara, Kamis (22/12/2022). IDNTimes/Savi

Para pedagang kue kering tersebut memiliki berbagai alasan berjualan di Manado menjelang Natal. Baik Rival maupun Erlin melihat Manado sebagai pasar yang potensial mengingat mayoritas beragama Nasrani, tidak seperti di Gorontalo.

“Apalagi dekat Pelabuhan Manado, semua yang di kepulauan mudik dari atau ke sini. Mereka pasti mampir beli kue kering dulu ketika mau berangkat maupun baru tiba di Pelabuhan Manado,” ujar Rival.

Jein, pedagang kue kering asal Kawangkoan juga memiliki alasan yang sama. Jika berjualan di daerah Minahasa pegunungan, maka pasarnya sempit. Ditambah lagi, masyarakat Minahasa pegunungan masih banyak yang lebih memilih membuat kue kering sendiri dibanding membeli jelang Natal.

Baca Juga: 3 Rekomendasi Tempat Makan Bubur Tinutuan di Kota Manado

4. Masyarakat Manado sudah jarang membuat kue jelang Natal

Cerita Pedagang Kue Kering Asal Gorontalo Menyerbu Manado jelang NatalPenjualan kue kering di Kawasan Niaga 45, Manado, Sulawesi Utara, Kamis (22/12/2022). IDNTimes/Savi

Saat ini, sebagian masyarakat Manado sudah jarang membuat kue kering sendiri menjelang Natal. Misalnya warga Manado bernama Syane Tiwato (57) yang sehari-hari menjalankan usaha rumah makan di rumahnya, sehingga sudah tidak sempat membuat kue kering menjelang Natal. “Cuma beli, karena nggak ada waktu untuk bikin, sudah lelah juga,” kata Syane.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Jein. “Kalau orang Manado kan sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing, jadi nggak sempat bikin. Ditambah lagi harga bahan makanan jelang Natal begini naik, lebih mahal kalau mau bikin daripada beli,” ujar Jein.

Sedangkan Fredy Mengko (69), warga Kota Manado lainnya, mengatakan istrinya lebih memilih membuat kue kering sendiri. “Tapi paling cuma buat tiga varian, sisanya pesan di tempat orang,” kata Fredy.

Baca Juga: Resep Udang Garo Rica khas Manado, Pedasnya Nampol!

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya