Dikarantina di Kapal Pesiar di Jepang, WNI Minta Dikirimi Tolak Angin

Mereka juga minta dikirimi mie instan

Jakarta, IDN Times - Sebanyak 78 WNI diketahui saat ini ikut diobservasi di Kapal Pesiar Diamond Princess yang masih berlabuh di Pelabuhan Yokohama selatan, Jepang. Mereka terpaksa ikut diobservasi selama dua pekan lantaran satu penumpang yang turun di Hong Kong pada (25/1) lalu positif terjangkit virus corona. 

Kapal pesiar Diamond Princess berlayar selama 16 hari dan berangkat dari Yokohama. Ia sempat berhenti di beberapa pelabuhan di Jepang, Hong Kong, Vietnam dan Taiwan. Total penumpang yang diangkut oleh kapal tersebut mencapai 3.711 orang. 

Maka, kehebohan pun terjadi. Kapal pun terpaksa berlabuh selama 14 hari di Pelabuhan Yokohama agar otoritas setempat bisa melakukan observasi ke semua penumpang. 

Ketika uji tes dilakukan pada awal Februari lalu, baru 41penumpang yang dinyatakan positif terjangkit virus yang diberi nama COVID-19 itu. Namun, angkanya semakin naik ketika Menteri Kesehatan Jepang Katsunobu Kato mengumumkan hasilnya ke publik. 

Per (13/2) lalu, jumlah orang yang terinfeksi virus corona tersebut mencapai 218 orang. Kantor berita Prancis, AFP, pada Kamis kemarin melaporkan satu orang di antaranya adalah kru kapal. 

Namun, menurut keterangan Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha mengatakan hingga kini tidak ada dari 78 kru kapal asal Indonesia yang ikut terjangkit virus itu. 

"Hasil tesnya menunjukkan saat ini mereka negatif nCoV," kata Judha kepada IDN Times melalui pesan pendek pada (8/2) lalu. 

Uniknya, KBRI Tokyo sempat mengirimkan beberapa makanan dan vitamin ke kapal pesiar tersebut. Isinya awak kapal asal Indonesia ternyata meminta untuk dikirimkan mie instan dan Tolak Angin. Apakah ini rahasia daya tahan tubuh mereka yang kuat menghadapi virus corona?

1. Awak kapal asal Indonesia meminta agar dikirimkan Tolak Angin dan mie instan

Dikarantina di Kapal Pesiar di Jepang, WNI Minta Dikirimi Tolak Angin(Perwakilan WNI di Kapal Pesiar Diamond Princess tengah menyortir barang kiriman dari KBRI Tokyo) www.twitter.com/@KBRITokyo

Di dalam akun media sosialnya, KBRI Tokyo mengunggah tiga foto berupa logistik yang dibawa ke Kapal Diamond Princess pada (13/2) lalu. Bila dilihat di foto itu logistik yang diminta mengingatkan akan Tanah Air. Perwakilan KBRI Tokyo membawakan mie instan merk Mie Sedap, kecap cap Bangao, dan Tolak Angin yang biasanya dikonsumsi bila gejala flu menyerang. 

"KBRI Tokyo (12 Feb) mengantar cairan pereda masuk angin yang diminta WNI yang sedang di atas Kapal Diamond Princess yang sedang dikarantina untuk observasi di Yokohama, sekaligus mie instan dan vitamin C," demikian cuit KBRI Tokyo pada (13/2) lalu. 

Benda-benda logistik itu diterima oleh satu perwakilan dari awak kapal asal Indonesia. Ia pun membantu menyortir benda-benda logistik tersebut agar bisa lebih mudah dibagikan kepada kawan-kawannya. 

"Meskipun tidak banyak tapi cukup menghibur," kata kru kapal itu seperti ditulis oleh KBRI Tokyo di akun media sosial mereka. 

Baca Juga: Ada 78 WNI Dalam Kapal Pesiar yang Terjebak Wabah Virus Corona

2. Proses karantina di Kapal Diamond Princess akan berakhir pada 19 Februari 2020

Dikarantina di Kapal Pesiar di Jepang, WNI Minta Dikirimi Tolak AnginAwak media berkumpul di depan kapal pesiar Diamond Princess, dimana lusinan penumpang positif untuk virus corona baru, di Daikoku Pier Cruise Terminal, Yokohama, selatan Tokyo, Jepang, pada 10 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Kyung-Hoon

Menurut informasi dari Kemenkes Jepang, proses karantina di kapal pesiar itu akan berakhir pada (19/2). Proses karantina sudah dilakukan sejak (5/2) lalu, khususnya setelah penumpang pria berusia 80 tahun turun di Hong Kong dan telah dites positif mengidap virus corona. 

Namun, berdasarkan hasil tes yang dilakukan di atas kapal pesiar itu, ahli kesehatan mengaku khawatir. Sebab, 6 persen dari 3.711 penumpangnya dinyatakan terinfeksi virus corona. Laman Time edisi (13/2) menyebut jumlah itu merupakan sepertiga dari seluruh kasus virus corona yang terdeteksi di luar daratan Tiongkok. 

Ahli kesehatan menyatakan dengan peristiwa di kapal pesiar Diamond Princess membuktikan virus itu semakin cepat menyebar di area yang terbatas dan dipenuhi banyak orang. Berdasarkan data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), kontak langsung yang terjadi di beberapa tempat seperti kapal pesiar dapat mempercepat perpindahan virus melalui tetesan kecil atau tempat-tempat yang sudah terkontaminasi. 

Ahli influenza di Universitas Hong Kong menyatakan dengan menumpang kapal pesiar, maka risiko terinfeksi virus mematikan itu jauh lebih tinggi ketimbang naik kereta dan pesawat terbang. 

Selama proses karantina ini, otoritas di Jepang langsung membawa keluar penumpang yang terinfeksi virus itu untuk diisolasi di rumah sakit. Sementara, bagi penumpang yang berusia 80 tahun ke atas diberikan kelonggaran turun dari kapal, asal hasil tesnya negatif. 

3. Penumpang di Kapal Diamond Princess mulai khawatir semakin lama berada di sana, mereka pun bisa ikut terjangkit virus corona

Dikarantina di Kapal Pesiar di Jepang, WNI Minta Dikirimi Tolak AnginKapal pesiar Diamond Princess berlabuh di pelabuhan Yokohama, setelah sepuluh orang dalam perjalanan pesiar teruji positif atas virus korona di Yokohama, selatan Tokyo, Jepang, (5/2). ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Kyung-Hoon/wsj/djo

Selama proses karantina, semua penumpang dan kru kapal pesiar mewah itu diminta untuk tetap berada di dalam kamar. Beruntung bagi penumpang yang kamarnya memiliki balkon dan jendela sehingga mereka masih bisa melihat pemandangan di luar. 

Namun, bagi seorang penumpang bernama Sarah Arana (52) justru memiliki kamar dengan balkon membuat ia perlahan-lahan justru panik. Sebab, setiap hari ia dapat menyaksikan mobil ambulans yang tiba di pelabuhan justru bertambah banyak. Artinya, jumlah penumpang yang terinfeksi virus itu juga bertambah. 

"Kini, kami mulai menghitung ambulans dan tahu itulah jumlah (penumpang) yang dipindahkan," ujar Arana seperti dikutip harian The New York Times edisi (9/2) lalu. 

Ia mengaku mencoba tidak panik. Sebab, hal itu justru bisa membuat daya tahan tubuhnya menurun. Ia mengatakan baru kali pertama menumpang kapal pesiar, tetapi sudah berhadapan dengan pengalaman mencekam. 

"Sepanjang hari saya memang tetap tenang, karena mau bagaimana pun, saya tidak bisa pergi ke mana-mana. Tapi, setiap hari dengan melihat mobil ambulans berderet, justru membuat kami semakin cemas," tutur dia. 

Sementara, seorang novelis asal Amerika Serikat, Gay Courter, malah meragukan cara untuk bisa mencegah epidemi virus itu dengan mengkarantina mereka semua di atas kapal. 

"Ada yang aneh dengan mencurigakan dengan kapal ini," kata Courter yang bepergian naik kapal pesiar dengan suaminya. 

Ia mengaku selama dikarantina tidak ada yang menyampaikan informasinya secara utuh. Tidak ada bukti yang pasti bahwa virus itu tidak menyebar melalui orang-orang yang mengantarkan makanan atau pembawa makanan. Bahkan, adapula penumpang yang mulai berspekulasi, virus itu bisa saja menyebar melalui sistem ventilasi di dalam kapal pesiar. 

Baca Juga: Pemprov Bali Cari Tahu Apakah Ada Warganya di Kapal Diamond Princess

Topik:

Berita Terkini Lainnya