Mari Elka Pangestu, Bos Bank Dunia Sempat Tak Direstui Jadi Doktor

Mari perempuan pertama Indonesia punya gelar doktor ekonomi

Jakarta, IDN Times - Mari Elka Pangestu resmi ditunjuk sebagai Direktur Pelaksana, Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan Bank Dunia.

Mari merupakan putri dari J.J. Panglaykim, seorang ekonom terkenal di Indonesia. Mari pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan Indonesia dari 2004 hingga 2011. Dia juga pernah menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dari 2011 hingga Oktober 2014.

Bagaimana perjalanan hidup Mari Elka hingga dipercaya menjadi Direktur Pelaksana, Kebijakan Pembangunan dan Kemitraan Bank Dunia?

Baca Juga: Keren! Mari Elka Pangestu Terpilih Jadi Direktur Pelaksana Bank Dunia

1. Meraih gelar Master di Australia, Mari sempat tak diizinkan ambil program doktor

Mari Elka Pangestu, Bos Bank Dunia Sempat Tak Direstui Jadi Doktorinstagram.com/maripangestu

Perempuan kelahiran Jakarta, 23 Oktober 1956 itu memperoleh gelar Sarjana dan Master of Economics dari the Australian National University, Australia.

Pada 1986, Mari meraih gelar PhD dalam bidang Perdagangan Internasional, Keuangan, dan Ekonomi Moneter dari Universitas California, Davis, Amerika Serikat.

Soal pendidikan doktornya, Mari punya cerita. "Ketika saya mau ambil S3, ibu saya gak setuju. Ibu saya bilang, nanti kalau kamu kepinteran, gak ada yang mau kawin sama kamu," kenangnya dalam acara Indonesia Millennial Summit by IDN Times, sesi "Againts the Odds: Charting Your Path as a Women", Sabtu 19 Januari 2019.

Baca Juga: Mari Elka Pangestu Terpilih Jadi Direktur Pelaksana Bank Dunia

2. Tercatat sebagai perempuan pertama Indonesia yang punya gelar S3 bidang ekonomi

Mari Elka Pangestu, Bos Bank Dunia Sempat Tak Direstui Jadi DoktorIDN Times/Uni Lubis

Meski ditentang ibu karena perkara jodoh, Mari tidak menyerah. Kecintaannya pada dunia ekonomi sangatlah tinggi. Beruntung, sang ayah yang juga ekonom terkenal Indonesia memberi restu.

"Untungnya, ayah saya mendukung 100 persen," kisahnya dengan sumringah. 

Berdasarkan data DIKTI, Mari berhasil meraih ijazah PhD pada 1986. "Saya pulang ke Indonesia sebagai perempuan pertama yang punya gelar S3 di ekonomi tanpa direncana," ucapnya bangga.

Setelah studinya berakhir, ia aktif dalam berbagai forum perdagangan seperti PECC dan menjadi ekonom seperti ayahnya. Ia pun mengajar di Universitas Indonesia.

3. Menjadi menteri di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

Mari Elka Pangestu, Bos Bank Dunia Sempat Tak Direstui Jadi DoktorIDN Times/Naila Pringgadani

Dengan gelar doktor dan tenar sebagai peneliti ekonomi, karier Mari pun semakin menanjak. Pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dia diangkat menjadi Menteri Perdagangan dan kemudian Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Sebelum menjabat sebagai Menteri Perdagangan, Mari telah lama aktif dalam berbagai forum perdagangan seperti Dewan Kerja Sama Ekonomi Pasifik (PECC), Forum Ekonomi Dunia Davos (termasuk di berbagai Dewan Agenda Global), Forum Boao China untuk Asia, Panel Ekonom Asia, dan forum kepemimpinan internasional lainnya. Mari Elka pernah bertugas di berbagai dewan perusahaan seperti Astra International.

4. Bekerja di PBB dan menjadi profesor ekonomi di Universitas Indonesia

Mari Elka Pangestu, Bos Bank Dunia Sempat Tak Direstui Jadi DoktorIDN Times / Auriga Agustina

Mari Elka Pangestu juga tercatat pernah bekerja dengan Jeffrey Sahcs di Sekjen PBB Millennium Development Goals (MDGs) Review (2003-2005). Dia juga menjadi ketua-33 Grup WTO (2005-2011), dan pernah dinominasikan sebagai kandidat untuk Direktur Jenderal WTO (2013).

Dia juga pernah terlibat dalam kerja sama regional untuk Dewan Kerjasama Asia Pasifik (APEC) dan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada 1987 - 2003.

Saat ini, Mari Elka Pangestu tercatat sebagai profesor ekonomi internasional di Universitas Indonesia, dan menjadi anggota dewan pembina Astra International dan Bank BTPN.

"Saya tak punya cita-cita jadi menteri. Sebagai perempuan dan kaum minoritas, walau gak suka disebut minoritas, saya dari segi agama dan etnis itu minoritas, tapi saya harus bisa menyesuaikan diri," ungkap Mari memberi motivasi di acara IMS 2019.

Baca Juga: Ekonom Mari Elka Pangestu Ungkap 6 Alasan Energi Terbarukan Berkembang

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya