Accera Kalompoang dan Petunjuk Masa Depan Tanah Gowa

Sempat vakum dua tahun, kegiatan ini kembali terlaksana

Gowa, IDN Times - Upacara adat Accera Kalompoang kembali dilaksanakan oleh Keluarga Kerajaan dan Pemerintah Kabupaten Gowa di Istana Balla Lompoa, Minggu (11/8). Accera Kalompoang merupakan ritual tahunan untuk mencuci benda-benda pusaka Kerajaan yang digelar selama dua hari, yaitu sehari sebelum dan tepat pada hari Iduladha.

Rangkaian acara Accera Kalompoang tahun 2019 ini dimulai pada hari Sabtu (10/8), di mana keluarga kerajaan yang diwakili oleh Dewan Adat Bate Salapang mengambil air dari sumur bertuah di Kelurahan Katangka, tak jauh dari Makam Sultan Hasanuddin dan Syekh Yusuf. Air tersebut lalu diarak menuju Istana Balla Lompoa untuk digunakan mencuci benda-benda pusaka pada keesokan harinya.

1. Sejarah Accera Kalompoang

Accera Kalompoang dan Petunjuk Masa Depan Tanah GowaGosulsel.com

Accera Kalompoang pertama kali dilaksanakan sekitar tahun 1605 pada era Raja Gowa XIV, I Mangngarrangi Daeng Mangrabbia Karaeng Lakiung Sultan Alauddin. Ia juga dikenal sebagai Raja Gowa yang pertama kali memeluk Islam.

Meski begitu, unsur Islam baru dibaurkan ke dalam upacara adat ini saat Raja Gowa XVI menduduki tampuk kepemimpinan. Dia adalah I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bontomangngape Sultan Hasanuddin, yang bergelar Ayam Jantan dari Timur. Mulai saat itu, Accera Kalompoang dilakukan bertepatan dengan Hari Raya Iduladha dengan tambahan kegiatan penyembelihan hewan kurban berupa kerbau.

Baca Juga: Karaeng Pattingalloang: Poliglot dan Pecinta Sains Asal Gowa-Tallo

2. Terdapat 15 benda pusaka yang dibersihkan

Accera Kalompoang dan Petunjuk Masa Depan Tanah GowaANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Inti dari upacara ini adalah allangiri kalompoang, yakni pencucian dan penimbangan Salokoa atau mahkota yang dikreasikan pada sekitar abad ke-14. Mahkota tersebut pertama kali dikenakan Raja Gowa I, Karaeng Tumanurung Bainea.

Mahkota Salokoa terbuat dari emas murni dan bertabur 250 butir berlian dengan berat 1.768 gram. Bentuk mahkota ini mirip kerucut bunga teratai dengan 5 helai kelopak daun.

Penimbangan mahkota ini sangat menarik bagi masyarakat Gowa, sebab konon katanya hasil penimbangan merupakan petunjuk bagi kondisi Gowa di masa mendatang. Menariknya, berat mahkota tersebut selalu berubah setiap tahun. Padahal, pihak kerajaan maupun pemerintah tidak pernah memperbaiki dengan menambah atau mengurangi timbangannya. 

Selain mahkota kerajaan, ada empat belas pusaka lain yang dicuci langsung oleh keluarga kerajaan bersama Dewan Adat Bate Salapang, yakni Sudanga atau sebilah senjata sakti sejenis parang, kemudian ada 4 buah Ponto Janga-Jangaya atau gelang berbentuk naga melingkar. Lalu ada 4 buah Kolara atau Rante Kalompoang berbahan emas murni.

Selanjutnya ada Tatarapang atau sejenis keris emas berhiaskan permata, ada pula senjata Lasipo atau parang dari besi tua. Ada pula mata tombak, Berang Manurung atau sejenis parang panjang, lalu perhiasan berbentuk anting bernama Bangkara ta'roe.

Kemudian ada Kancing Gaukang atau Kancing Bulaeng yang terbuat dari emas murni, lalu Cincing Gaukang atau cincin dari emas murni dan perak, kemudian ada Tobo Kaluku atau Rante Manila sejenis emas yang dulu digunakan sebagai perlengkapan pada upacara khusus kerajaan, serta Pannyanggayya atau parang emas.

Selain itu, Dewan Adat juga mencuci Penning emas atau medali emas yang terbuat dari emas murni serta medali emas atau piagam penghargaan yang terbuat dari emas murni. Penghargaan ini merupakan pemberian Kerajaan Belanda sebagai tanda kehormatan kepada Kerajaan Gowa.

3. Sempat vakum dua tahun

Accera Kalompoang dan Petunjuk Masa Depan Tanah Gowainstagram.com/fransiskaranteallo

Kegiatan kebudayaan ini sempat terhenti selama dua tahun terakhir akibat ekses konflik yang terjadi antara pihak pemerintah Kabupaten Gowa dengan Keluarga Kerajaan Gowa.

Raja Gowa Andi Kumala Idjo mengatakan, pihaknya merasa senang dengan kembali dilaksanakannya Accera Kalompoang. Sebab, kata dia, kegiatan ini adalah momentum bagi masyarakat Gowa untuk kembali mengingat keagungan para leluhur yang menjadi peletak dasar berdirinya Kerajaan Gowa.

"Saya terlebih dahulu menyampaikan kepada keluarga bahwa acara Accera Kalompoang akan kembali dilaksanakan setelah dua tahun tidak terlaksana," terang dia kepada wartawan di Gowa, Minggu (11/8).

Menurutnya, kesalahpahaman yang pernah terjadi antara Kerajaan Gowa dan pemerintah dipantik oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

"Apa yang telah terjadi sebelum-sebelumnya tidak perlu lagi dipermasalahkan. Karena yang penting saat ini adalah sama-sama bersatu dan mendukung Kabupaten Gowa semakin lebih maju," ucap dia.

4. Komitmen Bupati Gowa

Accera Kalompoang dan Petunjuk Masa Depan Tanah GowaHumas Gowa

Di tempat yang sama, Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan juga menyampaikan hal senada dengan Raja Gowa. Baginya, sebuah kesyukuran apabila upacara kebudayaan ini bisa terlaksana setiap tahun.

"Kedatangan kita menghadiri dan melihat langsung proses pencucian benda-benda pusaka ini tidak lain karena kita memiliki tujuan dan cita-cita yang sama yakni melihat dan menjaga budaya dan tradisi leluhur," tutur Adnan.

Baca Juga: 5 Fakta Coto Makassar, Hidangan Raja Gowa yang Nikmat!

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya