Sebenarnya Netral, Buzzer Politik Tergiur Karena Bayaran yang Besar
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Penemu aplikasi Drone Emprit Ismail Fahmi mengatakan biaya untuk buzzer politik sangat menggiurkan. Hal ini yang menjadi daya tarik bagi buzzer yang awalnya bersifat netral.
"Pendapatan dari politik itu besar," kata Ismail dalam program Indonesia Lawyer Club (ILC) bertema Siapa yang Bermain Buzzer? Selasa (8/10) malam.
Baca Juga: Benarkah Buzzer Berbahaya Bagi Demokrasi? Begini Penjelasannya
1. Awalnya buzzer lebih banyak untuk perusahaan komersial
Fahmi menjelaskan, sifat dasar buzzer netral dan tidak berpihak. Terlebih pada 2009-2010, banyak anak muda yang bangga menjadi buzzer.
"Mereka punya follower 5.000 sudah masuk database buzzer. Mereka dicari untuk memperkenalkan produk perusahaan," kata dia.
2. Buzzer berubah karena kontestasi politik
Editor’s picks
Lalu buzzer berubah pada 2012 hingga saat ini. Fahmi menilai kontestasi politik mengubah buzzer yang tertarik memilih politik, karena tawaran bayaran yang menggiurkan.
"Itu terkonfirmasi juga waktu itu ada penelitian yang menghadirkan pencipta konten dengan hoaks yang sifatnya kesehatan. Tapi hoaks yang sifatnya politik itu biayanya lebih besar," kata dia.
3. Buzzer jadi jelek belakangan ini karena 'kepleset'
Fahmi menjelaskan semua pihak menggunakan buzzer sekarang ini. Masalah terjadi belakangan ini yang membuat status buzzer tercoreng, akibat masyarakat menemukan fakta sebenarnya dari informasi yang disampaikan buzzer keliru.
"Yang jadi masalah ada buzzer kepleset. Saya gak tahu apa informasi itu benar atau gak. Itu pola yang disampaikan dan saya bilang isu yang disampaikan benar atau tidak. Namun ada masyarakat yang melihat itu gak bener dan itu buat citra buzzer jadi jelek," kata dia.
Baca Juga: Menelisik Jalan Buzzer Politik