Empat Nama Mahasiswa Trisakti Korban 98 Diabadikan Jadi Nama Jalan

Dalang pembunuhan mahasiswa Trisakti belum terungkap

Jakarta, IDN Times - Sudah 21 tahun berlalu, namun tragedi 1998 masih lekat dalam ingatan. Potret hitam yang menjadi titik awal era reformasi itu mengorbankan nyawa sejumlah generasi penerus bangsa.

Termasuk empat mahasiswa Universitas Trisakti, Elang Mulia Lesmana, mahasiswa Arsitektur, Hendriawan Sie dari Fakultas Ekonomi, Hafidhin Royan dari Teknik Sipil, dan Hery Hartanto dari Teknologi Industri. Mereka meregang nyawa akibat diterjang peluru saat melakukan aksi unjuk rasa pada 12 Mei 1998 silam.

Perjuangan mereka diabadikan sebagai sebuah nama jalan di Kampus Universitas Trisakti Nagrak, di Jalan KH Rafei-Alternatif Cibubur, Km 6, Kelurahan Ciangsana Kecamatan Gunung Putri, Bogor.

1. Elang Mulia Lesmana

Empat Nama Mahasiswa Trisakti Korban 98 Diabadikan Jadi Nama JalanTrisakti picture

Elang Mulia Lesmana adalah Mahasiswa Fakultas Teknik Arsitektur, angkatan 1996. Putra pasangan Boy Bagus Yoganadita Rahman dan Hira Tetty Yoga ini dikenal sebagai sosok murah senyum.

Elang bukanlah aktor ataupun konseptor saat unjuk rasa. Saat rekan-rekannya menyampaikan suara dalam spanduk dan poster yang keras, Elang berani tampil beda. Dengan santai ia mangacung-acungkan poster bertuliskan: “Turunkan Harga Fotokopi dan Minyak Wangi!”.

“Saya ikhlas, Elang mati sebagai pejuang,” tutur Hira Tetty ketika mengantar kepergian anaknya ke liang lahat, dengan suara tertahan, 13 Mei 1998.

Firasat kepergian Elang sudah dirasakan oleh sang Ibu. Tiga hari sebelum lehernya tertembus peluru petugas keamanan, Elang yang saat itu masih berusia 19 tahun minta ibu untuk menemani tidur

“Elang telah tiada, perjuangan harus dilanjutkan,” kata Boy, sang ayah.

2. Hendriawan Lesmana

Empat Nama Mahasiswa Trisakti Korban 98 Diabadikan Jadi Nama JalanTrisakti Picture

Hendriawan Lesmana merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi, angkatan 1996.

Pemuda yang lahir di Balikpapan, 3 Mei 1978 merupakan anak tunggal pasangan Hendriksie dan Karsiah.

Usai tamat SMU di 1996, Hendriawan meneruskan pendidikan di Universitas Trisakti dan tinggal bersama pamannya di Jakarta.

Hendriawan dikenal sebagai pencerita yang suka memberi permen dan pemain gitar.

Satu hari sebelum peristiwa nahas tersebut terjadi, Hendriksie menerima dua pucuk surat dari sang putra yang berisi permintaan uang juga menceritakan gerakan reformasi yang diperjuangkan mahasiswa Indonesia.

Selasa pagi, 12 Mei 1998, sang ayah langsung mentransfer sejumlah rupiah ke rekening Almarhum. Tapi uang itu belum sempat diambil, karena sore harinya Hendriawan meninggal akibat ditembak aparat. 

Baca Juga: Sepenggal Kisah Pilu Korban Kerusuhan 98 di Mal Klender

3. Hafidin Royan

Empat Nama Mahasiswa Trisakti Korban 98 Diabadikan Jadi Nama JalanTrisakti Picture

Hafidin Royan merupakan mahasiswa Fakultas Teknik Sipil, angkatan 1996. Pemuda yang lahir di Bandung, 28 September 1976, dikenal kalem dan taat beribadah. Di kampusnya, Royan dikenal dengan sebutan ustaz.

Anak keempat dari lima bersaudara pasangan Ir. Enus Yunus, pegawai Binamarga Pusat, dan Ir. Sunarmi, pegawai Puslitbang Pengairan, Jawa Barat ini juga dikenal suka becanda.

Sebagai aktivis, Royan tak pernah berada di garis depan, dan tak pula menyemburkan umpatan. Ia berhati-hati, dan sopan. “Dia hanya ikut-ikutan saja, sebagai solidaritas,” kata seorang temannya yang enggan disebut identitasnya.  

Tiga hari sebelum kepergiannya, Royan mengabarkan pada keluarga akan ke Bandung pada Rabu.

Ternyata benar. Di hari Rabu itu Royan datang ke Bandung, untuk dimakamkan di TPU Pasir Layung, yang berjarak 200 meter dari rumah duka di Gang Sirnagalih, Padasuka, Bandung. 

4. Hery Hartanto

Empat Nama Mahasiswa Trisakti Korban 98 Diabadikan Jadi Nama JalanTrisakti picture

Hery Haryanto merupakan mahasiswa FakultasTeknik Mesin, angkatan 1995.

Pemuda berusia 21 tahun yang bertubuh gempal dengan tinggi 170 cm itu gugur setelah bagian tulang belakangnya tertembus peluru yang bersarang di dada bagian kiri.

Kematian Heri meninggalkan duka mendalam bagi kedua orangtuanya, Sjahrir Mulyo Utomo dan Lasmiati serta dua orang adik perempuannya. 

Sebagai mahasiswa Fakultas Teknik Mesin, almarhum dikenal sebagai mahasiswa baik-baik. Ia tak dikenal sebagai aktivis suatu organisasi apa pun.

“Anak saya bukan perusuh, kenapa ditembak,” jerit sang ibu, Lasmiati ketika mengetahui anak sulungnya gugur tertembus peluru petugas keamanan. 

Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan pada 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Presiden Soeharto turun dari jabatannya.

Setelah berganti 5 presiden sesudah Soeharto, belum terungkap siapa yang harus bertanggung jawab atas kematian keempat mahasiswa ini.

Baca Juga: Reaksi Prabowo dan Wiranto soal Penembakan 4 Mahasiswa pada Mei 1998

Topik:

  • Dwifantya Aquina
  • Bella Manoban

Berita Terkini Lainnya