TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Penerapan Prinsip Stoikisme Sehari-hari, Hidup Jadi Lebih Baik

Fokus pada apa yang bisa kamu kendalikan

ilustrasi berpikir (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Stoikisme adalah sebuah filsafat kuno yang dikembangkan oleh orang-orang Yunani dan Romawi. Prinsip ini mengajarkan bagaimana cara hidup dengan bijak, tenang, dan bahagia di tengah-tengah kesulitan dan ketidakpastian.

Stoikisme bukanlah tentang menahan emosi atau menjadi acuh tak acuh, tetapi tentang mengendalikan apa yang bisa dikendalikan dan menerima apa yang tidak bisa dikendalikan. Berikut adalah lima prinsip stoikisme yang bisa kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: 5 Alasan Kamu Harus Menjalani Hidup dengan Konsep Stoikisme

1. Pahami apa yang bisa dan tidak bisa kamu kendalikan

ilustrasi bekerja (unsplash.com/krakenimages)

Kamu memiliki kekuasaan atas pikiranmu, bukan atas peristiwa di luar kendalimu. Sadari hal ini, dan kamu akan menemukan kekuatan.

-Marcus Aurelius

Prinsip utama stoikisme adalah membedakan antara hal-hal yang ada dalam kendali kita dan hal-hal yang tidak ada dalam kendali kita. Hal-hal yang ada dalam kendali kita adalah pikiran, perasaan, sikap, dan tindakan kita sendiri. Hal-hal yang tidak ada dalam kendali kita adalah peristiwa di luar, orang lain, kesehatan, kekayaan, dan nasib kita.

Stoikisme mengajarkan kita untuk fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan, dan melepaskan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan. Dengan demikian, kita bisa mengurangi stres, kecemasan, kemarahan, dan kesedihan yang disebabkan oleh hal-hal di luar diri kita. Kita juga bisa meningkatkan kebahagiaan, kedamaian, dan kepuasan dengan hal-hal di dalam diri kita.

Cara praktis untuk menerapkan prinsip ini adalah dengan membuat daftar hal-hal yang ada dalam kendali kita dan hal-hal yang tidak ada dalam kendali kita. Kemudian, berusahalah untuk menghabiskan lebih banyak waktu dan energi pada hal-hal yang ada dalam kendali kita, dan mengabaikan atau menerima hal-hal yang tidak ada dalam kendali kita.

2. Cintai takdirmu

ilustrasi video call (unsplash.com/Helena Lopes)

Jangan tuntut agar segala sesuatu terjadi seperti yang kamu inginkan, tetapi inginkanlah segala sesuatu terjadi seperti yang terjadi, maka hidupmu akan berjalan dengan lancar.

-Epictetus

Prinsip kedua stoikisme adalah mencintai takdirmu (amor fati), yaitu sikap positif dan bersyukur terhadap apa pun yang terjadi dalam hidupmu. Ini berarti tidak hanya menerima kenyataan dengan pasrah, tetapi juga merangkulnya dengan antusiasme.

Stoikisme mengajarkan kita untuk melihat segala sesuatu sebagai peluang untuk belajar, berkembang, dan berkontribusi. Tidak ada hal buruk atau baik secara mutlak, tetapi hanya tergantung pada bagaimana kita menanggapinya. Dengan mencintai takdirmu, kamu bisa mengubah tantangan menjadi kesempatan, masalah menjadi solusi, dan rintangan menjadi jalan.

Cara praktis untuk menerapkan prinsip ini adalah dengan mengucapkan terima kasih atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidupmu, baik itu menyenangkan atau menyakitkan. Kemudian, carilah hikmah atau pelajaran dari setiap situasi, dan tanyakan pada dirimu sendiri bagaimana kamu bisa memanfaatkannya untuk kebaikanmu sendiri atau orang lain.

3. Lepaskan diri dari hal-hal duniawi

ilustrasi meditasi (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Kekayaan bukanlah terletak pada memiliki banyak harta benda, tetapi pada memiliki sedikit keinginan.

-Seneca

Prinsip ketiga stoikisme adalah melepaskan diri dari hal-hal duniawi (apatheia), yaitu sikap bebas dari hasrat atau ketakutan terhadap hal-hal di luar diri kita. Ini berarti tidak tergantung pada hal-hal seperti uang, status, kesenangan, atau pujian untuk menentukan kebahagiaan kita, tetapi hanya pada kebajikan atau karakter kita.

Stoikisme mengajarkan kita untuk hidup sederhana, hemat, dan bersahaja. Kita tidak perlu mengejar hal-hal yang tidak penting atau berlebihan, tetapi cukup dengan hal-hal yang cukup dan berguna. Kita juga tidak perlu khawatir atau iri dengan hal-hal yang dimiliki atau dicapai oleh orang lain, tetapi hanya dengan hal-hal yang bisa kita lakukan atau perbaiki.

Cara praktis untuk menerapkan prinsip ini adalah dengan mengurangi konsumsi dan pengeluaran kita, dan lebih banyak menyumbang dan berbagi dengan orang lain. Kemudian, berhentilah membandingkan dirimu dengan orang lain, dan lebih banyak menghargai dan bersyukur atas apa yang kamu miliki dan capai.

4. Berlatih untuk menjadi bijaksana

ilustrasi produktif (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kebijaksanaan adalah akar dari semua kebajikan. Dari situ bermunculan keberanian, keadilan, dan keteraturan.

-Cicero

Prinsip keempat stoikisme adalah berlatih untuk menjadi bijaksana (sophia), yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, logis, dan kritis. Ini berarti tidak mudah terpengaruh oleh emosi, prasangka, atau opini orang lain, tetapi selalu mencari kebenaran, alasan, dan bukti.

Stoikisme mengajarkan kita untuk belajar dari berbagai sumber, baik itu buku, guru, pengalaman, atau alam. Kita harus selalu bersikap terbuka, rendah hati, dan ingin tahu. Kita juga harus selalu berpikir sebelum bertindak, mempertimbangkan segala kemungkinan dan konsekuensi.

Cara praktis untuk menerapkan prinsip ini adalah dengan membaca buku-buku yang bermutu, mendengarkan orang-orang yang bijaksana, mencoba hal-hal yang baru, dan mengamati hal-hal yang ada di sekitar kita. Kemudian, berlatihlah untuk berpikir secara objektif, sistematis, dan kreatif tentang segala sesuatu yang kamu hadapi atau pelajari.

Baca Juga: 5 Ciri Orang yang Menganut Paham Stoikisme

Verified Writer

Muhamad Aldifa

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya