TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Karakter Pemberani yang Lahir dari Teori Konflik, Menaklukkan Hidup!

Lahir karakter yang suka tantangan dan perubahan hidup, nih

ilustrasi orang berusaha (pixabay.com/JESHOOTS-com)

Seorang sosiolog bernama Karl Marx menjelaskan buah pemikirannya dalam teori konflik. Dalam teori tersebut, isinya begitu menentang preposisi yang ada di teori fungsionalisme struktural. Yang mana tidak ada yang namanya kehidupan berjalan selalu seimbang dan teratur.

Dalam kehidupan, akan selalu ada disfungsional, permasalahan, termasuk konflik. Atas dasar itu, lahir karakter-karakter berupa kekuatan dalam menjalani hidup untuk mengatasi kehidupan yang seperti itu polanya. Nah, apa saja karakter pemberani yang lahir dari teori konflik tersebut? Langsung simak ulasan berikut ini.

1. Menganggap permasalahan sebagai bagian dari hidup

ilustrasi orang sedang fokus (pixabay.com/SnapwireSnaps)

Bagi penganut teori konflik, hidup yang selalu damai itu tidak ada. Seberapa besar usaha untuk meminimalisir permasalahan, masalah akan tetap muncul dari sisi lain, yang tak terduga, dan tidak bisa dihindari.

Sehingga, lahir karakter pada pribadinya untuk bisa hidup berdampingan dengan masalah hidup, termasuk konflik atau pertentangan. Dengan menganggap masalah sebagai bagian dari hidup, maka ketika masalah datang ya tidak perlu panik berlebihan.

Tetapi, fokus pada penyelamatan diri dari risiko yang ada, tanpa menyangkal atau menolak datangnya masalah itu. Jadi, kepribadiannya begitu berani dalam menyambut permasalahan yang sudah jadi bagian hidup itu, ya.

2. Mewajarkan terjadinya konflik dalam hubungan sosial

ilustrasi perdebatan (pixabay.com/fahribaabdullah14)

Karakter selanjutnya dari teori konflik ialah mewajarkan pertentangan yang muncul dalam setiap interaksi yang ada. Jika teori lainnya sebisa mungkin menghindari konflik, maka teori ini sebisa mungkin membiarkan semua berjalan normal, termasuk hadirnya konflik.

Bagi teori konflik, dengan adanya pertentangan dengan pihak lain ini justru akan menciptakan ruang diskusi. Dari diskusi tercipta komunikasi, solidaritas, pengenalan nilai baru. Mungkin semua itu tak didapatkan ketika hidup normal-normal saja tanpa pertentangan. Sehingga, adanya perbedaan kepentingan yang menyebabkan konflik ini bisa melahirkan karakter seseorang yang pandai berkompromi.

3. Hidup yang dinamis dan penuh dengan perubahan

ilustrasi orang progresif (pixabay.com/geralt)

Menjadi lawan dari teori fungsionalisme struktural yang hidupnya statis dengan minim perubahan. Maka, teori konflik ini karakternya dinamis dan menanti-nanti perubahan besar yang terjadi dalam hidup.

Sederhananya, jika seseorang penganut teori fungsionalisme struktural karakternya suka hidup cari aman. Ya, hidupnya meminimalisir masalah yang ada dengan selalu on track terus, ya 

Maka, orang yang menganut teori konflik ini senantiasa fleksibel dalam hidup, menerima hal baru, serta tidak hanya terpaku pada nilai yang dianut. Sehingga, perubahan hidup ke arah yang progresif, meski berisiko, lebih mungkin terjadi pada penganut teori konflik ini, ya.

4. Keteraturan hidup hanya karena ada pihak yang lebih berkuasa

ilustrasi kehidupan sosial (pixabay.com/Mohamed_hassan)

Dalam teori konflik ini terjadi ketimpangan kelas antara kaum borjuis dengan kaum proletar. Ya, kaum borjuis merupakan pihak yang memiliki modal dan alat produksi. Sedangkan, kaum proletar ialah mereka yang menjual tenaga kerja kepada para borjuis.

Oleh karena kaum proletar yang lebih membutuhkan upah dari kaum borjuis, maka mau tidak mau ia tunduk pada kekuasaan kaum borjuis. Semua peraturan dibuat oleh kaum borjuis untuk menguntungkan pihaknya sendiri.

Dengan peraturan yang dibuat oleh pihak yang berkuasa, hidup memang jadi teratur tanpa ada pertentangan, ya. Namun, keteraturan yang seperti ini terjadi karena keterpaksaan dan rasa tidak berdaya. Sehingga, karakter lain yang muncul dalam teori konflik yaitu keteraturan hidup itu hanya terjadi karena keterpaksaan.

Layaknya kamu yang berjiwa dinamis, namun terpaksa harus tunduk dan diatur oleh orangtua karena butuh uang saku dari mereka setiap hari. Namun, jika situasi adanya peraturan dari pihak yang lebih berkuasa itu ternyata arahnya progresif juga logis, rasanya tak apa-apa untuk tunduk, ya.

Baca Juga: 4 Hal yang Bisa Memperparah Aura Negatif, Kamu Harus Paham!

Verified Writer

Melinda Fujiana

Have a nice day!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya