TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tanda Bahwa Kamu Memiliki Fixer Mentality, Harus Dikurangi!

Apakah kamu suka merasa bersalah sendiri?

ilustrasi menyelesaikan masalah (unsplash.com/Olav Ahrens Rotne)

Membantu orang lain, terutama orang terdekat dari masalah merupakan hal yang mulia. Namun, perilaku ini juga harus tetap diperhitungkan dan tidak membuat diri kalian terlalu mengurusi orang lain dibandingkan diri sendiri. Terkadang ada orang yang akan siap memberikan solusi dan ikut menyelesaikan masalah orang lain sampai dia lupa tentang kebutuhan pribadinya. 

Seseorang yang merasa punya tanggung jawab atas permasalahan orang lain bisa dikatakan sebagai orang yang punya fixer mentality. Biasanya hal ini didorong karena adanya rasa tidak enak jika menolak atau biasa disebut dengan people pleaser. Ada 5 tanda lain yang dapat mengindikasikan bahwa seseorang memiliki fixer mentality!

Baca Juga: 4 Cara Memperbaiki Persepsi tentang Kesuksesan, Harus Open Minded!

1. Merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah pribadi orang lain

ilustrasi mendengarkan orang lain (unsplash.com/Korney Violin)

Ciri yang paling menggambarkan sosok yang punya fixer mentality adalah selalu merasa bertanggung jawab untuk ikut menyelesaikan masalah orang lain. Sebenarnya hal ini bisa dianggap positif karena artinya kamu membantu teman yang kesulitan. Kamu juga menjadi penguat kepada mereka untuk terus bersemangat dan keluar dari masalah yang sedang dialami. 

Kamu juga perlu memperhatikan bahwa bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah orang lain bukanlah sesuatu yang terlalu baik. Kamu hanya perlu memberikan bantuan secara moral atau memberikan solusi sebisanya. Jangan sampai rasa tanggung jawab menyelesaikan masalah pribadi orang lain ini justru akan membuat kalian melupakan kepentingan diri sendiri. 

2. Merasa bersalah jika tidak dapat membantu

ilustrasi merasa bersalah (unsplash.com/Tim Foster)

Hal negatif ketika memiliki fixer mentality yaitu merasa bersalah jika tidak dapat membantu orang lain. Padahal tidak ada masalah jika memang tidak bisa ikut membantu orang lain, terlebih karena kapasitas kemampuan kita yang tidak mampu. Kalian yang sering memiliki rasa bersalah ini juga harus paham bahwa manusia tidak punya hak untuk ikut campur terhadap urusan orang lain. 

Sebagian di antara kalian mungkin pernah merasa bersalah jika gagal membantu. Setelah ini, sebaiknya kalian mulai menerima suatu hal bahwa orang lain bukanlah tanggung jawab utama. Hal yang paling diutamakan dan selalu dilupakan adalah diri sendiri dan segala kebutuhannya.

3. Terlalu mengutamakan orang lain daripada diri sendiri

ilustrasi membantu orang lain (unsplash.com/Toa Heftiba)

Seseorang yang punya fixer mentality sering melupakan dirinya sendiri karena sibuk membantu orang lain. Seseorang dengan fixer mentality juga sulit untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, padahal untuk membantu orang lain merupakan hal yang mudah bagi mereka. Tuntutan untuk terlalu mengutamakan orang lain membuat mereka mengorbankan kepentingan pribadinya, seperti tidur yang cukup atau berhenti mendengar hal-hal yang toxic

Ada orang yang rela untuk mengorbankan jam tidurnya untuk ikut menyelsaikan masalah pribadi temannya sendiri. Padahal hal ini tidak perlu dilakukan loh! Kalian bisa meminta izin untuk tidur terlebih dahulu dan ikut membantunya esok pagi. Tidak perlu sampai mengorbankan diri sendiri kok!

4. Selalu memberikan solusi kepada orang lain

ilustrasi memberikan solusi (unsplash.com/Patrick Perkins)

Tanda selanjutnya bahwa kamu adalah orang yang memiliki fixer mentality yaitu selalu memiliki solusi untuk disampaikan. Sebenarnya tanda ini menandakan bahwa kalian adalah orang yang tulus untuk membantu orang lain dan tentunya bersifat positif. Namun, perlu diingat bahwa memberikan solusi juga harus disampaikan dengan sopan dan tidak menuntut orang lain untuk melakukan solusi yang kita berikan. 

Orang yang punya fixer mentality akan selalu berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan berbagai macam cara yang bisa dilakukan agar orang lain bisa terbebas dari masalahnya sendiri. Dampak buruk dari hal ini adalah mereka akan rela membuang-buang waktu produktif hanya dengan memikirkan solusi untuk masalah pribadi orang lain. Padahal solusi bukanlah hal yang wajib dilakukan ketika ada teman yang mencurahkan masalah pribadinya.

Verified Writer

Annisah Nurrahmatillah

Just wanna be a journalist

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya