IWF 2020: Mengubah Pembicaraan di Media Sosial Menjadi Tulisan

Penulis daring harus punya keahlian menguping di medsos

Jakarta, IDN Times - Saat ini, media daring dan media sosial telah membangun sinergi yang kuat. Platform media sosial bisa menjadi 'tambang emas' bagi penulis di media online ketika mencari ide tulisan. Karenanya, sangat penting memiliki keahlian 'menguping' pembicaraan yang hangat di media sosial.

Indonesia Writers Festival 2020 yang diselenggarakan IDN Times pada hari keempat, Kamis (24/9/2020), lewat sesi bertajuk "Social Media Conversations to Online Articles", menghadirkan tiga narasumber untuk berbagi ilmu dan pengalaman terkait mengubah pembicaraan di media sosial menjadi konten berita, 

Mereka adalah Editor in Chief YuKepo.com Nabila Inaya, Editor Hipwee Hairum Fellayati, dan Creative Writer IDN Times M. Bimo Aprilianto.

1. Manfaatkan alat pembaca tren

IWF 2020: Mengubah Pembicaraan di Media Sosial Menjadi TulisanIndonesia Writers Festival 2020

Baca Juga: IWF 2020: 5 Tips Berpendapat di Twitter ala Kalis dan Ligwina

Nabila menyebutkan untuk menjaring pembicaraan di media sosial, sejumlah alat pembaca tren yang bisa dimanfaatkan oleh penulis, seperti Google Trend dan BuzzSumo. Selain dua alat tersebut, penulis bisa terjun langsung ke platform media sosial.

Hairum menambahkan, salah satu sumber yang bisa dituju penulis adalah akun figur publik. Karena akun figur publik juga punya kemampuan untuk membuat suatu hal menjadi viral.

"Bahkan karena opini mereka inilah yang membuat sebuah perbincangan menjadi viral," ujar Hairum.

2. Jangan buru-buru mengangkat hal viral

IWF 2020: Mengubah Pembicaraan di Media Sosial Menjadi TulisanIndonesia Writers Festival 2020

Sementara Bimo menyarankan, ketika kita menemukan suatu hal menarik di internet, jangan buru-buru mengangkatnya menjadi tulisan. Penulis harus punya kesadaran dan parameter untuk menyaring mana yang layak diberitakan dan mana yang tidak.

Salah satu parameter yang bisa ditetapkan adalah melihat intensi di balik suatu unggahan.

"Paling enggak ya lihat dari urgensinya dulu, deh. Ini konten sebenarnya untuk apa sih maksud si pengunggah ini. Apakah untuk menghibur, apakah untuk mengadu domba," kata Bimo.

Bimo melanjutkan agar penulis tidak semata lompat ke bandwagon mengikuti arus viral. Lebih jauh lagi, ia menyarankan penulis untuk menelusuri sumber utama dari konten viral tersebut. Dari sumber utama, penulis bisa menggali lebih banyak informasi.

3. Hindari terjebak dalam konten hoaks

IWF 2020: Mengubah Pembicaraan di Media Sosial Menjadi TulisanIndonesia Writers Festival 2020

Cara Nabila agar tidak terjebak memberitakan konten hoaks adalah melakukan pengecekan lewat pencarian kata kunci di mesin pencari dengan menambahkan kata 'Hoaks'.

Dari hasil pencarian, penulis bisa melihat sumber yang mempublikasikan topik tersebut. Penulis patut berhati-hati ketika hasil pencarian menunjukkan bahwa berita dipublikasikan dari sumber yang tidak kredibel.

Cara lainnya adalah dengan memanfaatkan alat Hoax Analyzer yang gratis atau berlangganan. Hairum menambahkan, ketika menemukan sesuatu yang diperbincangkan warganet dan melibatkan konflik masyarakat biasa (bukan figur publik), penulis bisa menambahkan tulisan "ada dugaan", terlebih ketika hal tersebut belum terkonfirmasi.

Nanti, ketika konflik tersebut terkonfirmasi, penulis harus kembali ke topik yang diangkat untuk meluruskan apa yang terjadi.

Baca Juga: IWF 2020: 5 Tips Jitu Nulis Novel Bermakna ala Wisnu dan Brilliant Yo

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya