Setahun Agresi Militer Rusia terhadap Ukraina, Siapa yang Akan Menang?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tanggal 24 Februari 2023 kemarin menandai setahun agresi militer Rusia terhadap Ukraina. Agresi dilakukan atas dasar tuduhan genosida yang dilakukan oleh pemerintah Ukraina, yang dibahasakan oleh Kremlin sebagai sesuatu yang dilakukan oleh rezim Nazi. Sejak itu di Ukraine tercatat lebih dari 8000 orang warga sipil tewas, belasan ribu orang terluka dan lebih dari 8 juta orang mengungsi ke negara tetangga. Meski dengan terus bertambahnya korban nyawa, kerusakan infrastruktur dan kerugian ekonomi, Ukraina masih terus optimis suatu hari perlawanan mereka akan berbuah kemenangan.
Membayangkan kemenangan Ukraina
Setahun terakhir, Presiden Zelensky menjadi salah satu tokoh pemimpin dunia yang paling banyak diperbincangkan. Zelensky dalam setiap kesempatannya untuk berbicara di forum-forum internasional, menyampaikan ambisi untuk merebut kembali setiap jengkal tanah kedaulatan Ukraina dan tuntutan agar semua orang yang berada di balik agresi militer terhadap negaranya harus bertanggungjawab. “We will not forget anything, we will not forgive anything, we will definitely regain everything”, ujar Zelensky dikutip dari The Kyiv Independent (25/02/2023). Tapi serealistis apakah ambisi itu?
Perlawanan yang dilakukan oleh Ukraina mengejutkan seluruh dunia. Siapa yang menyangka Ukraina mampu bertahan hingga setahun ini dari serangan salah satu negara dengan kekuatan militer terkuat di dunia? Semangat juang warga Ukraina untuk mempertahankan tanah mereka menjadi sorotan dan inspirasi, akan tetapi semangat juang tersebut juga sangat bergantung pada suplai bantuan militer yang dikucurkan oleh NATO yang tentu saja – meskipun para pemimpin negara-negara aliansi NATO berkomitmen untuk sepenuhnya mendukung kemenangan Ukraina – akan ada batasnya.
Rusia di sisi lain, meskipun digempur dengan berbagai kecaman dan sanksi ekonomi, secara mandiri mampu menyuplai senjata dan amunisi untuk garis depannya secara terus menerus. Sanksi-sanksi diplomatik dan resolusi-resolusi Sidang Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang mengecam Rusia serta meminta Rusia untuk menarik pasukannya dari wilayah kedaulatan Ukraine juga tidak cukup menjadi alasan untuk menghentikan agresi militer tersebut. Sebaliknya, kondisi perang hari ini justru masih memiliki potensi untuk menjadi lebih besar. Banyak pakar hubungan internasional berasumsi bahwa hari ini kita berada pada titik dalam sejarah di mana kita sangat dekat dengan perang nuklir.
Mencari jalan tengah
Rusia tidak akan mundur. Ukraina akan terus melawan. Korban jiwa masih akan terus berjatuhan, kerusakan akan terus berlanjut. Ketakutan akan eskalasi konflik menjadi perang nuklir skala besar semakin tidak bisa diabaikan. Bagaimana mengakhiri perang ini? Tidak adakah jalan tengah?
Secara objektif ambisi kemenangan Ukraine terlihat begitu berat untuk dicapai. Akan tetapi perang ini telah memberikan Ukraine alasan kuat untuk bergabung dengan entitas seperti Uni Eropa dan NATO, yang di masa depan akan menjadi strategi deterensi terbaik bagi keamanan Ukraina. Kita bisa membayangkan keanggotaannya di Uni Eropa dan NATO dapat menangkal Ukraine dari potensi-potensi agresi militerserupa nantinya. Lantas bolehkah kita berharap Ukraine kembali bernegosiasi dengan Rusia untuk menghentikan perang dengan menyerahkan wilayahnya yang telah diduduki?
Muhammad Fahmi Basyhah Fauzi
Dosen Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Universitas Bosowa (Unibos) Makassar
Baca Juga: Mahasiswa HI Unibos Makassar Pameran Foto "How Do You Define Gender?"