Menapaki Jejak Sejarah Kereta Api di Sulawesi Selatan

Apa kabar proyek kereta api Trans-Sulawesi?

Makassar, IDN Times - Bagi para wisatawan yang berasal dari luar pulau, mungkin ada satu hal yang terbersit dalam benak mereka ketika mengamati dengan seksama kondisi transportasi Sulawesi: kenapa tidak ada kereta api? Pertanyaan tersebut acapkali terlontar dari mereka yang sehari-hari berdiam di Jawa dan Sumatra.

Untuk menjelaskan kenapa, kita harus kembali menuju seabad ke belakang. Riwayat kereta api Indonesia dimulai pada 17 Juni 1864, saat Gubernur Jenderal Hindia-Belanda ke-47, yakni L.A.J.W. Baron Sloet van de Beele mencangkul sejumput tanah di desa Kemijen, Semarang timur. Proyek milik perusahaan Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij (Perusahaan Kereta Api Hindia-Belanda, cikal-bakal PT KA) ini selanjutnya membangun rel kereta api hingga Tanggung, sebuah dusun di Malang, Jawa Timur.

Baca Juga: Unhas, Kampus Terbaik di Luar Jawa yang Diresmikan Bung Hatta

1. Pembangunan kereta api tak lepas dari upaya Hindia-Belanda mengangkut hasil bumi

Menapaki Jejak Sejarah Kereta Api di Sulawesi SelatanCollectie Tropenmuseum

Di bawah NISM ini, trayek-trayek penghubung kota-kota besar Pulau Jawa dirancang lalu dikerjakan. Hingga tahun 1900, total rel yang dibangun mengular hingga 3.338 kilometer , yang membentang dari Batavia hingga Surabaya, Bogor hingga Blitar. Pulau Sumatra kemudian menyusul pada tahun 1874 dengan tujuan awal menghubungkan Banda Aceh dengan Medan yang berlangsung hingga 1914 di Sumatra Selatan.

Nah, gagasan membangun infrastruktur kereta api di Sulawesi baru muncul pada akhir abad ke-19. Ini tak lepas dari niatan pemerintah Batavia memanfaatkan hasil bumi Celebes, seperti kopi, beras, kelapa, cengkih dan lain-lain. Kereta api diharap mempermudah pengangkutan hasil panen. Namun otomatis diperlukan sarana pendukung seperti jalan, jembatan dan tentu saja rel kereta api.

2. Sulawesi Selatan (Zuidwest) dan Sulawesi Utara (Noordoost) jadi sasaran NISM diawal 1900-an

Menapaki Jejak Sejarah Kereta Api di Sulawesi SelatanRepro. Staatsspoor- en tramwegen in Nederlandsch-Indie

Meski begitu, laporan hasil ekspedisi tersebut tak serta merta direalisasikan oleh NISM. Rekomendasi kemudian diteruskan ke meja kerja Istana Buitenzorg, sebelum ditindaki pada 1915 oleh Gubernur Jenderal A.F.W. Idenburg. Menurut buklet Nederlandsch Indische Staatsspoor en Tramwegen yang terbit pada 1925, peninjauan bakal jaringan kereta api di Sulawesi dilakukan sebanyak dua kali yakni pada 1915 dan 1917.

Studi tersebut menghasilkan rancangan jaringan kereta api yang membentang dari Makassar ke Maros, kemudian memanjang ke utara menuju Sidrap lalu Parepare sebelum berbelok ke tenggara menuju Sengkang. Rancangan trayek Makassar-Maros rampung  pada 1918, menyusul Maros-Tanete setahun berselang. Namun, justru jalur Makassar-Takalar yang lebih dulu dibangun. Pada 1920, penyelidikan awal juga dilakukan di Noordoost alias Sulawesi Utara yang menghasilkan rancangan trayek Manado - Amurang - Langoan - Tondano - Bitung.

3. Stasiun Passer Boetoeng (kini terletak di Kecamatan Wajo, Makassar) jadi titik awal beroperasinya jalur Makassar - Takalar

Menapaki Jejak Sejarah Kereta Api di Sulawesi SelatanCollectie Tropenmuseum

Gayung bersambut, Batavia memberi lampu hijau untuk proyek kereta api Sulawesi pada 1920. NISM kemudian membentuk Staatstramwegen op Celebes (STC/Jalur trem negara bagian di Sulawesi) sebagai wakil urusan perkeretaapian di Makassar. Tak butuh waktu lama, trayek rel pertama dari Makassar-Takalar kemudian rampung pada pertengahan 1922. Namun, rel yang membentang sepanjang 47 kilometer tersebut baru dibuka untuk umum setahun berikutnya.

Singkat cerita, setelah lima tahun beroperasi, jalur Stasiun Passer Boetoeng - Sungguminasa - Takalar ternyata tak mampu menarik minat masyarakat lokal. Dalam buku Sejarah Perkerataapian Indonesia Jilid I  (1997), dijelaskan bahwa pamor kereta api kalah bersaing dengan transportasi darat lain yang dianggap lebih efektif, seperti mobil dan truk. Selain tiketnya terhitung mahal, jam keberangkatan truk --andalan warga saat mengirim hasil bumi-- lebih jelas dan teratur ketimbang kereta api.

4. Rel kereta api Makassar ke Takalar akhirnya berhenti beroperasi pada 1930

Menapaki Jejak Sejarah Kereta Api di Sulawesi SelatanCollectie Tropenmuseum

Meski protes banyak dilayangkan ke kantor NISN, mereka tetap kukuh dengan pendirian mempertahankan proyek kereta api Sulawesi. Setelah desas-desus lebih dulu berhembus pada 1928, STC akhirnya benar-benar dibubarkan di tahun 1930. Ada dua alasan utama, yakni kas Batavia yang krisis akibat krisis ekonomi global Great Depression serta pertimbangan bahwa STC akan rugi lebih banyak kalau tetap beroperasi. Bersama itu, upaya memperkenalkan kereta api secara luas di Sulsel dan Sulut pun kandas.

Saat Jepang menduduki Indonesia, pihak Tokyo memerintahkan salah satu perusahaan kereta api swasta lokal untuk menggarap proyek kereta api Sulawesi Selatan. Jalur sepanjang 77 kilometer ini (Maros - Makassar - Takalar) rencananya dipakai sebagai angkutan batu gamping dan batubara.

Relnya pun ternyata berasal dari jalur-jalur berstatus "tidak penting dan tidak mendesak" di Jepang. Melibatkan 4.700 pekerja romusha, proyek ini ditargetkan rampung pada Desember 1944. Namun lagi-lagi, Dai Nippon keburu terjepit di Perang Pasifik dan proyek ini berakhir buntu. Hanya ada jalur sepanjang 8,6 kilometer yang diselesaikan.

Fakta yang dijabarkan oleh situs kereta api Jepang ini memang bertolak belakang dengan anggapan bahwa Jepang mencabut puluhan kilometer rel Makassar-Takalar untuk dikirim ke Burma --sekarang disebut Myanmar.

5. Kini proyek ambisius warisan kolonial di tanah Celebes coba diteruskan pemerintahan Presiden Joko Widodo

Menapaki Jejak Sejarah Kereta Api di Sulawesi SelatanANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Saat pemerintahan Presiden Joko Widodo kembali gencarkan proyek kereta api Trans-Sulawesi di tahun 2014 silam, memori seolah terlempar pada kegagalan Hindia-Belanda mempopulerkan moda transportasi ini. Selain fakta bahwa masyarakat Sulawesi sudah "terlanjur nyaman" angkutan darat, proyek ini dianggap hirau pada faktor permintaan dan kebutuhan penumpang.

Salah satu kritik datang dari Wakil Presiden Jusuf Kalla pada awal tahun ini. Ia menyebut kereta api lebih efektif di Pulau Jawa lantaran jumlah penduduknya yang mencapai 160 juta jiwa.

Namun, pihak Kementerian Perhubungan masih yakin proyek ini akan mendatangkan efisiensi, ditekannya biaya mengiriman barang dan peningkatan sektor perekonomian. Sebagai contoh, Makassar ke Parepare yang biasa ditempuh dalam waktu 4-5 jam dengan mobil atau bus, bisa dipangkas menjadi hanya 1,5 jam dengan kereta api.

Apakah kereta api akan kembali berdenyut di Sulawesi Selatan?

Baca Juga: Mengenal INKA, Industri Kereta Api Dalam Negeri yang Mendunia 

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya