Ingin Tahu Lebih Banyak Tentang Makassar? Coba Baca Empat Buku Ini!

Mulai dari sejarah hingga kondisi terkini Kota Daeng

Makassar, IDN Times - Merayakan Hari Buku Sedunia yang jatuh pada Selasa 23 April lalu, IDN Times memilih sejumlah buku yang bisa kamu pergunakan sebagai referensi untuk mengenal lebih jauh lika-liku kota ibu kota Sulawesi Selatan.

Sebagai bekas bandar termahsyur yang sarat dengan nilai historis, Makassar menarik untuk didalami sejarahnya. Namun membahas Makassar bukan berarti melulu tentang perang dan segala kegetirannya, kok. Beberapa buku menawarkan sudut pandang lain dalam melihat Makassar. 

1. Syair Perang Mengkasar

Ingin Tahu Lebih Banyak Tentang Makassar? Coba Baca Empat Buku Ini!Istimewa

Syair Perang Mengkasar sebenarnya berupa dokumentasi pribadi milik Enci’ Amin, jurutulis pribadi Sultan Hasanuddin, yang ikut serta mendampingi Sultan Gowa-Tallo berjuluk "Ayam Jantan dari Timur" dalam Perang Mengkasar (21 Oktober 1653 – 19 November 1667). Sayang, mereka terpaksa bertekuk lutut dan menandatangani Perjanjian Bongaya, simbol pelucutan supremasi Gowa di wilayah timur Nusantara.

VOC, selaku pihak pemenang, dipimpin Admiral Cornelis Speelman, menjalin kerja sama militer dengan Arung Palakka, Raja Bone. Turut serta pula orang Bugis dan Soppeng dengan tujuan mengikis dominasi Gowa waktu itu.

Cyril Skinner dari University of London, mengangkat dokumentasi tersebut ke dalam disertasinya. Penerbit yang berbasis di Den Haag, Martinus Nijhoff di S’Gravenhage, mengalihbahasakan disertasi tersebut sekaligus mempublikasikannya secara luas pada tahun 1963 dengan judul Sja’ir Perang Mengkasar (The Rhymed Chronicle of the Macassar War).

Baca Juga: 5 Fakta Perjalanan Nurdin Abdullah, Gubernur Sulsel Bergelar Profesor

2. Makassar Abad XIX

Ingin Tahu Lebih Banyak Tentang Makassar? Coba Baca Empat Buku Ini!Gramedia.com

Makassar sudah tertera dalam peta perdagangan laut dunia sejak abad ke-16. Para saudagar dari Melayu, China, India, Portugis, Inggris, dan Belanda silih berganti merapat ke Bandar Mengkasar demi melakukan transaksi ekonomi. Mereka bahkan diizinkan mendirikan perwakilan dagang sebagai bentuk itikad baik penguasa setempat menjalin kerja sama lebih jauh.

Situasi tentram kemudian berubah seabad selanjutnya, tepatnya tahun 1615 sampai 1655. VOC, salah satu serikat dagang penting, berusaha menerapkan monopoli perdagangan. Sikap tersebut terang saja mendapat penolakan. Meletuslah Perang Mengkasar yang berujung pada Perjanjian Bongaya.

Kebesaran VOC di Nusantara runtuh pada 1799 akibat korupsi parah, biaya perang selangit, hingga salah administrasi. Kekuasaan VOC kemudian dioper ke Kerajaan Belanda, lalu terbentuklah Hindia-Belanda. Alih-alih melaksanakan prinsip perdagangan bebas seperti yang diteken bersama Kerajaan Inggris dalam Konvensi London 1814 dan Traktat London 1824, pemerintah kolonial di Batavia malah berusaha meneruskan taktik monopoli warisan VOC, yang menggurita selama lebih dari 200 tahun.

Buku ini adalah kajian panjang perihal kebijakan Hindia Belanda dalam perdagangan Makassar sepanjang abad ke-19. Dalam 348 halaman, sejarawan Edward L. Polinggomang menjabarkannya secara rinci, mulai dari penyerahan koloni VOC kepada Kerajaan Belanda, kala Makassar ditetapkan sebagai pelabuhan wajib pajak hingga soal letak geografis, perkembangan awal bandar Makassar, serta perkembangan dan tantangannya.

Ada dua pertanyaan yang hendak dijawab buku ini, yaitu perihal iklim ekonomi Makassar yang sontak suram entah di bawah pengawasan VOC atau Hindia Belanda. Kedua, alasan Hindia Belanda seolah enggan melaksanakan dagang bebas.

3. Perang Makassar 1669: Prahara Benteng Somba Opu

Ingin Tahu Lebih Banyak Tentang Makassar? Coba Baca Empat Buku Ini!Gramedia.com

Jika ingin membaca Perang Makassar dengan cara berbeda, buku ini patut kamu baca. Ditulis oleh S.M. Noor, penulis sekaligus dosen Universitas Hasanuddin, Perang Makassar 1669 mengisahkan hari-hari terakhir Kerajaan Gowa sebelum jatuh ke tangan musuh.

 

Novel sejarah ini berkisah usaha I Malombassi Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape, alias Sultan Hasanuddin, bersama para prajurit dan perwira tersisa berusaha mati-matian mempertahankan martabat dan harga diri Somba Opu dan Gowa hingga tetes darah terakhir.

Sementara tak jauh dari benteng, ratusan serdadu dari pihak musuh pelan-pelan mulai mendekat dengan amunisi penuh. Benteng Somba Opu, pusat pemerintahan Gowa, dikepung oleh pasukan VOC dari segala penjuru.

4. Makassar Nol Kilometer

Ingin Tahu Lebih Banyak Tentang Makassar? Coba Baca Empat Buku Ini!Istimewa

Jika buku-buku sebelumnya sarat dengan tema sejarah, Makassar Nol Kilometer justru mengambil sudut pandang lain. Ibu Kota Sulawesi Selatan kini berubah menjadi salah satu metro penuh gemerlap dan hingar bingar.

Sejumlah mozaik warisan kolonial memang masih berdiri gagah, namun banyak yang seolah runtuh bersama zaman. Dan keadaan terkini Makassar jadi bahasan utama.

Dalam buku yang digarap secara keroyokan oleh puluhan penulis dari beragam latar belakang ini, pembaca diajak mengakrabi bermacam hal yang kini melengkapi denyut kota Makassar. Mulai dari kuliner seperti coto makassar hingga miras tradisional ballo’, kelompok suporter PSM Makassar hingga lika-liku payabo’ alias pemulung, fenomena imbuhan mi-ji-ko dalam percakapan sehari-hari hinhga asal usul Pete-pete’ (angkot), hingga riwayat Lapangan Karebosi hingga Jalan Nusantara.

Terbit 2005 silam, Makassar Nol Kilometer masih menjadi acuan populer bagi mereka yang ingin mengetahui Kota Daeng secara lebih mendalam.

Nah, dari keempat buku di atas, mana kira-kira yang ingin kamu baca?

Baca Juga: Tahukah Kamu, UIN Alauddin Makassar Dulunya Cabang IAIN Sunan Kalijaga

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya