Amuk El-Tor 1961: Pandemik Kolera yang Berasal dari Pulau Sulawesi

Menjadi gelombang ketujuh wabah kolera sepanjang sejarah

Makassar, IDN Times - Beberapa tahun pasca-merdeka, Indonesia sebagai negara baru masih berusaha membangun segala sektor dengan susah payah. Mulai dari akses  penghubung antar daerah, pendidikan, pangan dan termasuk pula kesehatan. Lalu pada dekade 1960-an, terjadi pandemik kolera El-Tor yang berasal dari Sulawesi.

El-Tor sendiri adalah turunan (strain) dari Vibrio cholerae, penyebab utama penyakit kolera. Pertama kali diidentifikasi oleh seorang dokter Jerman bernama Felix Gotschlich di tahun 1905 di kamp karantina di kota El-Tor, Mesir untuk jemaah haji yang baru saja kembali dari Makkah.

Saat pertama kali ditemukan, peneliti menganggap El-Tor tak merugikan inang (apatogen) alias manusia yang telah diinfeksinya. Anggapan tersebut berubah saat seorang penderita El-Tor (atau biasa disebut Paracholera) di Pangkajene, Sulawesi Selatan, mulai menderita gejala berat pada September 1937.

1. Pandemik kolera ketiga (1855-1860) turut mengganggu usaha Belanda menaklukkan Kerajaan Bone

Amuk El-Tor 1961: Pandemik Kolera yang Berasal dari Pulau SulawesiWikimedia Commons (G.L. Kepper: Wapenfeiten van het Nederlandsch-Indisch leger)

Menengok jauh ke belakang, penduduk Sulawesi sebelumnya sudah pernah merasakan kengerian kolera, tepatnya pada 1859 dan termasuk dalam gelombang ketiga pandemik kolera (1855-1860) yang berasal dari kawasan Tiongkok selatan. Kolera pula yang menghambat usaha Belanda menaklukkan Kerajaan Bone pada tahun yang sama.

Kolera masih mengamuk selama beberapa tahun selanjutnya. Ada 1864-1865 (gelombang keempat) dan pada 1874-1875 yang bersifat endemik. Ada sebagian pasien berhasil ditangani, namun lebih banyak korban jiwa.

Tak ada catatan resmi nan terperinci perihal wabah kolera Sulawesi di separuh akhir abad ke-19, lantaran tak adanya pencatatan terperinci dan potensi wabah tersebut juga terjadi di daerah pendalaman. Namun ditaksir jumlah korbannya diperkirakan mencapai ribuan orang.

2. Gelombang ketujuh pandemi kolera pada 1961-1975 berawal dari Sulawesi

Amuk El-Tor 1961: Pandemik Kolera yang Berasal dari Pulau SulawesiCenters for Disease Control and Prevention (CDC)

Dua dekade lebih tanpa kabar, kolera El-Tor tiba-tiba menjadi wabah di Pulau Sulawesi pada awal tahun 1961. Dalam buku Cholera (Springer, 1992), El-Tor kemudian menyebar ke sejumlah negara Asia dalam waktu singkat. Para ilmuwan sepakat bahwa inilah  gelombang ketujuh pandemi kolera sejak mencuat pada 1816.

Dhiman Barua, penulis buku Cholera, menyebut bahwa ada dua faktor yang mungkin mempengaruhi penyebaran Parakolera ini (hal. 16). Pertama, meningkatnya perpindahan manusia untuk menjauh dari situasi stabilitas keamanan yang terganggu. Pada tahun tersebut, penduduk Sulawesi menyaksikan pemberontakan PRRI-Permesta dan DI/TII.

Kedua, kian cepatnya moda transportasi penghubung antar daerah. Arus penduduk perkampungan yang melawat ke kota pun lebih tinggi ketimbang satu dekade sebelumnya.

Gabungan dua faktor ini kemudian membuat wabah tersebut dikonfirmasi oleh wilayah yang sudah tiga dekade lebih tak mendapati kasus kolera.

Baca Juga: Sistem Karantina: 40 Hari, Alkitab dan Upaya Manusia Melawan Wabah

3. Terakhir kali kolera El-Tor menjadi endemi di Indonesia yakni pada tahun 2009

Amuk El-Tor 1961: Pandemik Kolera yang Berasal dari Pulau SulawesiWikimedia Commons (Dartmouth Electron Microscope Facility)

Kolera El-Tor yang umumnya terjadi akibat sanitasi dan air konsumsi berkualitas buruk ini memiliki gejala serupa dengan kolera biasa. Mulai dari diare, perut keram, mual, muntah, dan dehidrasi.

Dalam data milik Global Infectious Disease and Epidemiology Online Network (GIDEON), tercatat ada 4.107 kasus kolera El-Tor di seluruh Indonesia, termasuk Sulawesi. Sebanyak 897 diantaranya adalah korban jiwa.

Beberapa tahun berselang, beberapa negara Asia turut mengonfirmasi kasus kolera El-Tor pertama yakni Bangladesh (1963), India (1964), Afghanistan-Pakistan-Iran (1965), dan Uni Soviet (1966). Italia mengonfirmasi kasus pertama wabah ini pada 1973. Dalam laporan tahun 1971, total penderita kolera El-Tor di seluruh dunia mencapai 155.000 orang.

Meski dinyatakan berakhir pada 1975 (dengan total kasus nyaris menembus 250 ribu orang), beberapa wilayah di Indonesia masih melaporkan kasus kolera El-Tor beberapa tahun setelahnya. Ada Jakarta (1976), Sumatera Utara (1980), Bali (1996), Aceh (1997), Papua Barat (2007) dan Kepulauan Nusa Tenggara (2008).

 

Sumber bacaan :

  • Dhiman Barua & William B. Greenough II, Cholera, Springer, 1992
  • Stephen Berger, Cholera: Global Status, Global Infectious Disease and Epidemiology Online Network (GIDEON), 2020
  • Paul H. Kratoska, South East Asia: Colonial History, Routledge, 2001
  • J. N. Hays, Epidemics and Pandemics: Their Impacts on Human History, ABC-CLIO, 2005
  • Connie Lam dkk., "Evolution of Seventh Cholera Pandemic and Origin of 1991 Epidemic, Latin America", CDC Emerging Infectious Disease Volume 16, No. 7, July 2010

Baca Juga: Menengok Rentetan Wabah pada Masa Kolonial Hindia-Belanda

Topik:

  • Irwan Idris

Berita Terkini Lainnya