TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Hal yang Membedakan Antara Flexing dengan Personal Branding

Keduanya memiliki tujuan berbeda

ilustrasi bekerja (pexels.com/Ricardo Suarez)

Intinya Sih...

  • Banyak orang sulit membedakan flexing dengan personal branding, sehingga menyembunyikan prestasi dan bakat mereka.
  • Motif dan tujuan dari flexing adalah mendapatkan perhatian, pengakuan, dan kekaguman secara berlebihan, sementara personal branding bertujuan membangun kepercayaan, kredibilitas, dan pengaruh dalam bidang atau komunitas tertentu.
  • Kesan yang ditinggalkan oleh flexing cenderung negatif dan kurang menyenangkan, sedangkan personal branding meninggalkan kesan positif seperti profesionalisme dan integritas.

Generasi milenial dan gen z tentu sudah tidak asing dengan tindakan flexing. Seseorang terlalu menunjukkan rasa bangga dan kepemilikan secara berlebihan. Mereka ingin lingkungan sekitar turut mengetahui dan merespon dengan kalimat positif.

Di sisi lain, masih banyak orang tidak mampu membedakan antara flexing dengan personal branding. Padahal keduanya memiliki perbedaan yang bisa dilihat dengan jelas. Agar mampu membedakan antara flexing dengan personal branding, saatnya kita mengamati empat hal berikut.

1. Berdasarkan perilaku yang ditunjukkan

Pada faktanya masih banyak orang yang belum mampu membedakan antara flexing dengan personal branding. Keduanya dianggap sebagai sikap yang sama. Akibatnya, tidak banyak orang yang berani menunjukkan kualitas diri. Mereka lebih memilih memendam prestasi, sekaligus bakat dan keterampilan.

Padahal keduanya memiliki perbedaan yang bisa dilihat dengan jelas. Kita bisa mengamati berdasarkan perilaku yang ditunjukkan orang-orang tersebut. Flexing adalah tindakan memamerkan kekayaan, prestasi, atau kepemilikan untuk menunjukkan superioritas dan status sosial. Sedangkan personal branding adalah proses mempromosikan diri sendiri secara konsisten dengan cara yang mencerminkan nilai, bakat, sekaligus keterampilan yang dimiliki.

2. Ditinjau dari motif dan tujuan

Sebenarnya banyak orang yang memiliki bakat dan keterampilan mumpuni dalam suatu bidang. Tapi mereka lebih memilih menyembunyikan karena takut dicap pamer. Apalagi dengan fenomena flexing yang seolah menjadi tren di media sosial. Tapi pernahkah kamu mengamati perbedaan antara sikap flexing dengan personal branding?

Perbedaan ini bisa ditinjau dari segi motif dan tujuan. Orang-orang yang gemar flexing memiliki tujuan mendapatkan perhatian, pengakuan, dan kekaguman dari orang lain. Seringkali dengan cara yang berlebihan atau berfokus pada hal-hal material.Tapi ini tidak berlaku bagi personal branding. Tujuannya adalah membangun kepercayaan, kredibilitas, dan pengaruh dalam bidang atau komunitas tertentu.

3. Caranya untuk unjuk diri di lingkungan masyarakat

Di era sekarang ini banyak sekali orang bersaing untuk menunjukkan dirinya di tengah lingkungan sosial. Entah untuk sekadar meraih kekaguman dan respon positif. Atau orang yang memang ingin menguatkan karakternya sebagai sosok profesional. Tapi yang pasti, antara flexing dengan personal branding tidak bisa disamakan.

Keduanya memiliki cara untuk diri di lingkungan masyarakat yang berbeda. Orang yang memiliki niatan flexing cenderung lebih eksplisit dan mencolok. Mereka berusaha menunjukkan gaya hidup mewah yang dimiliki. Tapi hal tersebut tidak berlaku bagi orang-orang yang melakukan personal branding. Mereka memiliki pendekatan yang lebih strategis dan terencana.

Verified Writer

Mutia Zahra

Be grateful for everything

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya