Thailand Izinkan Rumah Sakit Produksi Obat-obatan dari Ganja
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Departemen Pengobatan Tradisional dan Alternatif Thailand memberikan lampu hijau kepada rumah sakit-rumah sakit di semua provinsi, untuk memproduksi obat-obatan berbahan dasar ganja.
Dilansir The Bangkok Post, keputusan pemerintah itu sebagai tindak lanjut legalisasi ganja untuk pengobatan pada 2019 lalu. Kini, harapannya masing-masing wilayah bisa menyediakan penawar bagi penyakit-penyakit tertentu yang diderita oleh masyarakat.
Baca Juga: Tak Bisa Balik ke Indonesia, Mahasiswa Unisla KKN Daring di Thailand
1. Pemerintah mewajibkan ada pakar pengobatan khusus yang dilibatkan
Direktur Jenderal Marut Jirasetthasiri yang mengepalai departemen itu mengatakan, rumah sakit boleh membuat obat tradisional dari 16 resep yang diizinkan oleh pemerintah. Salah satunya adalah yang menggunakan ganja.
Apabila rumah sakit merasa obat tersebut bisa menyembuhkan penyakit di area mereka berada, maka pembuatan bisa segera dilakukan. Namun, dalam proses produksi, harus ada pakar pengobatan tradisional Thailand yang dilibatkan agar tidak terjadi kesalahan.
2. Sebanyak 60.000 tahap pengobatan berbasis ganja sudah dilakukan pada 2020
Editor’s picks
Data pemerintah memperlihatkan ada peningkatan minat warga terhadap obat-obatan dengan bahan ganja. Oleh karena itu, ada total 291 unit penjualan obat dengan campuran ganja di rumah sakit pemerintah di seluruh negeri.
Lalu, ada lebih dari 60.000 tahap pengobatan yang telah diberikan pada pasien hanya dalam 2020 saja. Dengan fakta ganja untuk medis semakin populer, Marut mengungkapkan, departemennya mengizinkan 152 rumah sakit untuk memperluas perkebunan ganja mereka.
3. Legalisasi ganja di dunia medis menarik pemain bisnis asing
Sementara ganja boleh dipakai sebagai obat, pemerintah tetap mengharamkannya untuk konsumsi rekreasional. Ancaman hukuman penjara masih membayangi siapa pun yang ditemukan merokok ganja.
Seperti gula, industri baru tersebut akhirnya menarik semut-semut dari tempat lain. Asia Times melaporkan, sejak legalisasi dilakukan, banyak investor asing yang berdatangan ke Thailand untuk mencari untung.
Misalnya, para pengusaha ganja dari Belanda berada di garis terdepan untuk memasok bibit tanaman itu ke Negeri Gajah Putih. Apalagi, negara itu sudah sejak lama melegalkan ganja untuk berbagai kebutuhan sehingga Pemerintah Thailand percaya pada keahlian mereka.
Pemain lain adalah warga Amerika Serikat bernama Dave Rockwood. Datang jauh-jauh dari Utah, ia menawarkan jasa perangkat lunak dan pantauan satelit kepada para petani ganja di Thailand.
Ia mengatakan, apa yang ditawarkannya bisa membuat mereka menemukan lokasi yang cocok dengan mengevaluasi lahan dan kondisi cuaca. Selain itu, Rockwood mengatakan, petani bisa mengawasi pertumbuhan tanaman dan memprediksi kapan masa panen datang.
Baca Juga: 120 Ribu Pohon Ganja di Aceh Dimusnahkan, Pemilik Lahan Masih Diburu