Studi: Pasien COVID-19 Alami Penuaan Otak hingga 10 Tahun Lebih Cepat

Kemampuan kognitif pasien menurun sementara

Sudah bukan hal yang baru bahwa COVID-19 memiliki dampak jangka panjang terhadap tubuh penderitanya. Kondisi tersebut meliputi kelelahan, sesak napas, serta kemungkinan penurunan fungsi paru-paru dan otak.

Riset terbaru dari Imperial College London, Inggris, yang belum menjalani tahap peer-review atau ulasan rekan sejawat, mengatakan bahwa penyakit tersebut membuat otak menua 10 tahun lebih cepat.

Apa maksud dari temuan tersebut dan seperti apa dampaknya terhadap otak pasien? Simak penjelasan berikut ini!

1. Pasien diminta mengerjakan tes kognitif untuk mengukur kemampuan otaknya

Studi: Pasien COVID-19 Alami Penuaan Otak hingga 10 Tahun Lebih Cepatthe-scientist.com

Studi yang diketuai oleh Adam Hampshire, dokter di Imperial College London, meneliti 840 ribu pasien. Mereka menemukan bahwa pada sebagian kasus yang parah, COVID-19 berhubungan dengan menurunnya kemampuan kognitif. Hal ini berlangsung berbulan-bulan setelah pasien sembuh. 

Kesimpulan itu didapatkan setelah peneliti meminta pasien melakukan beberapa tes kognitif. Di antaranya mengingat kata, menghubungkan titik, teka-teki, dan lain sebagainya. Tes seperti itu biasa digunakan dokter untuk mengukur ada tidaknya gangguan otak atau tanda penyakit Alzheimer.

Baca Juga: CDC Pastikan COVID-19 Bisa Menular Melalui Udara atau Airborne 

2. Pasien mengalami penuaan otak hingga 10 tahun lebih awal

Studi: Pasien COVID-19 Alami Penuaan Otak hingga 10 Tahun Lebih Cepatabcotvs.com

Melansir Reuters, setelah diminta mengerjakan beberapa tes kognitif, tim peneliti menemukan bahwa ada penurunan kemampuan otak pada pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit.

Kasus terburuk menunjukkan bahwa kemampuan kognitif mereka mengalami penurunan yang setara dengan penuaan otak 10 tahun lebih awal. 

Akan tetapi, perlu diketahui pula bahwa peneliti tidak tahu bagaimana tingkat kemampuan otak pasien sebelum terserang COVID-19. Jadi, hal ini tidak bisa digeneralisasi dan menjadi kesimpulan akhir. 

3. Gangguan kognitif otak bersifat sementara

Studi: Pasien COVID-19 Alami Penuaan Otak hingga 10 Tahun Lebih Cepatapa.org

Peneliti menambahkan bahwa penurunan fungsi otak yang dialami pasien bukanlah kondisi jangka panjang. Menurut analisis peneliti, kondisi itu kemungkinan besar hanya berlangsung sementara. 

"Sementara peneliti memahami lebih baik tentang dampak jangka panjang COVID-19, penting untuk menginvestigasi sejauh mana kemampuan kognitif terdampak setelah terjadinya infeksi, dan apakah ada kerusakan permanen pada fungsi otak di beberapa orang," kata Derek Hill, profesor dari University College London menanggapi studi tersebut. 

Sebelumnya, diketahui bahwa COVID-19 menimbulkan gejala jangka panjang yang disebut sebagai long COVID. Kondisi tersebut meliputi rasa lelah, sesak napas, nyeri otot, masalah kognitif, batuk, ruam, dan hilangnya kemampuan indra perasa dan penciuman.

Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19, menggelar kampanye 3M: gunakan Masker, Menghindari kerumunan atau jaga jarak fisik, dan rajin Mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir. Jika protokol kesehatan ini dilakukan dengan disiplin, diharapkan dapat memutus mata rantai penularan virus. Menjalankan gaya hidup 3M, akan melindungi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Ikuti informasi penting dan terkini soal COVID-19 di situs covid19.go.id dan IDN Times.

Baca Juga: Akhiri COVID-19 dengan Herd Immunity adalah Langkah Bahaya dan Keliru

Topik:

  • Izza Namira
  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya