Berendam di Air Laut saat Siang Hari Tak Menyembuhkan COVID-19

Jangan termakan hoaks yang beredar

Sudah hampir sebulan sejak Indonesia mencatatkan kasus penyakit corona virus baru (COVID-19) yang disebabkan oleh virus corona baru (SARS-CoV-2). Dalam rentang waktu tersebut, beredar beberapa isu dan misinformasi tentang hal-hal yang dapat kamu lakukan untuk mencegah hingga menyembuhkan COVID-19.

Mulai dari hoaks bawang putih hingga disemprotkan disinfektan, mayoritas berasal dari pesan terusan (forward) di WhatsApp. Salah satunya yang sedang marak adalah berendam air laut di siang hari.

Apakah benar berendam air laut di siang hari dapat menyembuhkan COVID-19?

1. Kemkominfo: Itu hoaks

Berendam di Air Laut saat Siang Hari Tak Menyembuhkan COVID-19kominfo.go.id

Kementerian Komunikasi dan Informasi Teknologi (Kemkominfo) menemukan salah satu pesan terusan pada Rabu (1/4) yang mengatakan bahwa air laut dapat "menyembuhkan" COVID19.

"Apakah ini April Mop? Let's see."

Pesan tersebut menceritakan bahwa sang penulis juga merupakan pasien positif COVID-19 yang "diasingkan" dari keluarga dan diisolasi.

Kemudian, sang penulis mencoba untuk berendam di air laut selama satu jam di siang hari, mulai dari jam 11 pagi hingga jam 1 siang. Hasilnya, kemudian ia merasa agak "enteng" dan suhunya kembali normal. Ia bersaksi saat dicek kembali, ia ternyata dikatakan negatif!

Ia kemudian menyarankan untuk berendam di air laut selama satu jam saat matahari ada di atas kepala untuk menyembuhkan COVID-19.

Berikut pesannya lengkapnya. Jangan diteruskan dan jangan dipercaya!

Berendam di Air Laut saat Siang Hari Tak Menyembuhkan COVID-19Dok. Istimewa

Baca Juga: Peliharaanmu Tak Menularkan Virus Corona, yang Penting Jaga Kebersihan

2. Air laut tidak dapat mencegah apalagi sembuhkan COVID-19

Berendam di Air Laut saat Siang Hari Tak Menyembuhkan COVID-19pexels.com/Hernan Pauccara

Jadi, apakah benar air laut di siang hari dapat sembuhkan COVID-19? Tentu saja jawabannya adalah "tidak"! Kalau iya, pantai sudah ramai, bung.

Dokter spesialis paru konsultan Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta, Dr. Erlina Burhan Sp.P (K), M.Sc, Ph.D., membantah hal tersebut. Dr. Erlina mengatakan bahwa virus SARS-CoV-2 tidak menyerang permukaan kulit, sehingga air laut pun tidak bisa apa-apa.

"Kalau diminum?"

Jangan coba-coba, deh. Air laut berbahaya untuk kesehatanmu jika diminum. Lagi pula, hingga saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa vaksin untuk COVID-19 masih dalam tahap uji klinis dan obatnya pun masih ditelusuri.

Berendam di Air Laut saat Siang Hari Tak Menyembuhkan COVID-19Ilustrasi virus corona. (IDN Times/Arief Rahmat)

Dr. Erline mengingatkan bahwa SARS-CoV-2 menyebar melalui droplet yang masuk melalui tiga "gerbang utama" yaitu mulut, hidung, dan mata.

Saat sudah memasuki tubuh manusia, SARS-CoV-2 akan pindah ke ke bagian belakang hidung dan selaput lendir di belakang tenggorokan. SARS-CoV-2 kemudian akan mengaitkan dirinya pada membran sel dengan "mahkota"nya untuk mereplikasi dirinya dan menginfeksi pernapasanmu.

Wakil Kepala Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekular (LBM) Eijkman Institute, Herawati Sudoyo, pun juga mengatakan bahwa paparan kadar garam tertentu ke permukaan kulit tidak dapat mematikan virus, apalagi SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19.

Menurut WHO, pencegahan COVID-19 terbaik adalah:

  • Pembatasan fisik minimal 1 meter,
  • Cuci tangan secara rutin dengan air & sabun atau pembersih berbasis alkohol,
  • Tidak sentuh mata, hidung, dan mulut,
  • Tutup bangkis dan batuk dengan siku atau tisu, dan
  • Isolasi mandiri di rumah jika merasa kurang fit.

3. Air laut, pedang bermata dua untuk kesehatan

Berendam di Air Laut saat Siang Hari Tak Menyembuhkan COVID-19nationalgeographic.com

Lalu, apakah air laut memiliki manfaat tersendiri untuk kesehatan? Scientifically speaking, kadar garam dalam air laut memang memiliki khasiat tersendiri untuk kesehatan kulit dan psikologis.

Salah satu penelitian gabungan pada 2000 antara peneliti Israel dan AS berjudul "Climatotherapy at the Dead Sea is a remittive therapy for psoriasis: combined effects on epidermal and immunologic activation" menyatakan bahwa berendam di air dengan kadar garam tinggi dan terpapar sinar matahari memang membantu bagi penderita psoriasis.

Kaya akan kandungan magnesium, Laut Mati di Israel terkenal karena kadar salinitas dalam airnya, sebesar 33,7 persen, paling tinggi di dunia!

Namun, para ahli pun merasa bahwa berendam air laut tidaklah cukup untuk kulit. Dermatolog asal Inggris, Dr. Sweta Rai, mengatakan bahwa paparan sinar UVB pada kulit lah yang menjauhkan kulit dari penyakit kulit, selain berendam di laut.

Berendam di Air Laut saat Siang Hari Tak Menyembuhkan COVID-19Pixabay.com/dimitrisvetsikas1969-1857980

Dari segi psikologis, berendam di laut memang dapat membuatmu merasa "dekat dengan alam".

Menurut penelitian berjudul "Mechanisms Underlying Exercise as a Treatment for Depression" pada Februari 2019, aktivitas fisik di alam, salah satunya adalah berendam di laut dapat mengurangi stres dan waswas karena melepaskan hormon endorfin.

Selain itu, penelitian berjudul "Is physical activity in natural environments better for mental health than physical activity in other environments?" pada 2012 juga memaparkan bahwa aktivitas fisik di alam juga lebih baik dibandingkan aktivitas fisik di tempat lain.

Lalu, mengapa berendam di laut dapat membuatmu tenang? Para peneliti dari Nebraska menyatakan dalam penelitiannya, "Exercise for Mental Health", bahwa saat berendam atau berenang di laut, pola pernapasan seseorang jadi berbeda.

Hal tersebut melancarkan sirkulasi darah ke otak. Selain itu, pengaruh berenang di laut pada poros hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) juga meningkatkan reaksi fisiologis seseorang terhadap stres.

Sekadar penjelasan singkat, poros HPA adalah sistem neuroendokrin (syaraf-hormon) dalam otak manusia yang merespons rangsangan stres dengan melepas hormon kortisol.

Berendam di Air Laut saat Siang Hari Tak Menyembuhkan COVID-19nghscrimsontimes.com

Akan tetapi, berendam di laut masa kini bukanlah hal yang disarankan. Mengapa? Air laut masa kini sudah tercemari oleh berbagai limbah dan polusi. Jadi, bukannya sehat, kamu malah akan sakit!

Melalui penelitiannya berjudul "Is it safe to go back into the water? A systematic review and meta-analysis of the risk of acquiring infections from recreational exposure to seawater", para peneliti gabungan dari University of Exeter bersama Centre for Ecology and Hydrology Inggris menyarankan untuk mengurangi berendam di laut dan pesisir yang kotor.

Salah satu peneliti dari University of Exeter, Dr. Anne Leonard, memperingatkan dunia bahwa berendam di air laut masa kini dapat menyebabkan diare hingga sakit telinga. Hal tersebut disebabkan karena air laut masa kini sudah tercemar oleh limbah baik dari pabrik hingga rumah tangga.

Pengawas penelitian tersebut, Dr. William Gaze, mengatakan bahwa penelitian ini tidak bermaksud untuk menjauhkan orang dari laut. Penelitian ini ingin memperingatkan dunia akan pengaruh kebersihan laut pada kesehatan mereka yang menikmatinya.

Terlepas dari manfaatnya terhadap kulit dan keadaan mental seseorang, Dr. William mengatakan bahwa dunia perlu memperhatikan kebersihan laut karena polusi dalam air laut dapat berbahaya bagi mereka yang rentan terhadap penyakit, terutama golongan tua dan golongan anak-anak.

Pada intinya, air laut tidak dapat membereskan COVID-19. Tetapi, air laut bagus untuk kesehatan mental dan fisikmu. Apakah kamu ingin pergi ke pantai setelah pandemi ini berakhir? Jangan lupa ajak-ajak, ya!

Pembaca bisa membantu kelengkapan perlindungan bagi para tenaga medis dengan donasi di program #KitaIDN: Bergandeng Tangan Melawan Corona di Kitabisa.com (http://kitabisa.com/kitaidnlawancorona)

Baca Juga: Air Alkali Tidak Dapat Membunuh Virus Corona, Ini Faktanya!

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya