Alasan Vitamin D Efektif Menurunkan Risiko COVID-19

Rendahnya kadar vitamin D bisa meningkatkan risiko penyakit

Vitamin D membantu menjaga kesehatan tubuh dengan memperkuat sistem kekebalan alias tubuh. Imun jadi pertahanan pertama tubuh terhadap infeksi dan penyakit.

Vitamin D berperan meningkatkan respons imun. Aktivasi pertahanan sistem kekebalan tubuh didukung oleh vitamin itu yang punya sifat anti-inflamasi dan imunoregulasi.

Kadar vitamin D yang rendah sering dikaitkan dengan meningkatnya kerentanan tubuh terhadap infeksi, penyakit, dan gangguan terkait imunitas. Misalnya, rendahnya kadar vitamin D bisa meningkatkan risiko penyakit atau infeksi pernapasan oleh virus dan bakteri. Selain itu jug dikaitkan dengan penurunan fungsi paru-paru, yang dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi pernapasan.

Bagaimana dengan risiko COVID-19 pada tubuh dengan kadar vitamin D rendah? Simak penjelasannya berikut ini dikutip dari Healthline.

Baca Juga: 6 Fakta seputar Vitamin U yang Jarang Diketahui, Benar-benar Ada!

1. Bagaimana vitamin D melindungi sistem pernapasan

Alasan Vitamin D Efektif Menurunkan Risiko COVID-19ilustrasi jantung dan paru-paru (physicsworld.com)

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di PLOS ONE, pasien rawat inap dengan COVID-19 yang memiliki kadar vitamin D rendah lebih berisiko terhadap kondisi kritis dan kematian. Penelitian ini menjelaskan bagaimana vitamin D mempengaruhi kesehatan kekebalan tubuh dan bagaimana nutrisi ini dapat membantu melindungi dari gangguan pernapasan.

Dalam laporan yang diterbitkan di The Lancet, tim peneliti membahas kemungkinan bahwa vitamin D dapat menawarkan perlindungan terhadap infeksi sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Meta-analisis uji coba terkontrol secara acak yang dilakukan dari 2007 hingga 2020. Studi mengungkapkan bahwa vitamin D memiliki efek perlindungan terhadap infeksi saluran pernapasan akut.

Para peneliti mengamati bahwa faktor risiko untuk COVID-19 yang parah mirip dengan kekurangan vitamin D. Ini termasuk obesitas, usia yang lebih tua, dan asal etnis Hitam atau Asia. Mereka berhipotesis bahwa suplementasi dengan vitamin D dapat menjadi pelindung, pencegahan, atau terapi terhadap COVID-19.

Pada dasarnya, vitamin D diperlukan untuk berfungsinya sistem kekebalan tubuh, yang merupakan garis pertahanan pertama tubuh terhadap infeksi dan penyakit. Vitamin ini berperan penting dalam meningkatkan respons imun. Ini karena sifat anti-inflamasi dan imunoregulasi, dan sangat penting untuk aktivasi pertahanan sistem kekebalan.

2. Efektif untuk Mengatasi COVID-19?

Alasan Vitamin D Efektif Menurunkan Risiko COVID-19Ilustrasi pandemik COVID-19. (ANTARA FOTO/M. Risyal Hidayat)

Sejumlah penelitian telah menyelidiki efek suplementasi vitamin D. Studi sebelumnya menyelidiki hubungan antara tingkat sirkulasi 25-hidroksivitamin D (25(OH)D), yang merupakan biomarker status vitamin D di tubuh, dan kejadian dan tingkat keparahan infeksi SARS-CoV-2.

Dua penelitian telah menunjukkan hubungan terbalik antara perkiraan nasional tingkat atau status vitamin D dan kejadian COVID-19, termasuk kematian di negara-negara Eropa. Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika ada konsentrasi 25(OH)D yang lebih rendah, risiko atau kerentanan terhadap COVID-19 meningkat.

Selain itu, penelitian tersebut mengungkapkan bahwa tingkat keparahan COVID-19 meningkat ketika kadar vitamin D dalam tubuh rendah. Juga, penyakit saluran napas dikaitkan dengan metabolisme vitamin D yang tidak teratur, meningkatkan kemungkinan bahwa kekurangan vitamin D dapat menjadi komplikasi peradangan saluran pernapasan.

Namun, sebuah studi baru telah menentukan bahwa hidroksivitamin D setidaknya 30 ng/mL dapat membantu mengurangi kemungkinan hasil klinis yang merugikan atau bahkan kematian pada pasien rawat inap dengan COVID-19. Selain itu, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa suplemen vitamin D dapat meningkatkan respons imun dan melindungi dari infeksi pernapasan umum.

3. Menakar seberapa besar pengaruh vitamin D

Alasan Vitamin D Efektif Menurunkan Risiko COVID-19Youngerlooks

Secara keseluruhan, penelitian yang dipublikasikan di PLOS ONE menunjukkan bahwa suplemen vitamin D mengurangi risiko terkena ISPA hingga 12 persen. Selain itu, tinjauan tersebut menemukan bahwa suplemen vitamin D paling efektif dalam melindungi terhadap ISPA bila diminum setiap hari atau setiap minggu dalam dosis kecil dan kurang efektif bila dikonsumsi dalam dosis besar dan jarak jauh.

Suplemen vitamin D juga telah terbukti mengurangi kematian pada orang dewasa yang lebih tua, yang paling berisiko terkena penyakit pernapasan seperti COVID-19 dan penyakit penyerta yang mereka miliki.

Studi lain menyoroti potensi kausalitas terbalik, yang berarti bahwa kadar vitamin D yang rendah dapat menyebabkan insiden dan keparahan COVID-19 yang lebih tinggi. Para peneliti mencatat bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan, yang melibatkan uji coba terkontrol acak yang kuat dari suplementasi vitamin D dalam mencegah dan merawat pasien COVID-19.

Terlebih lagi, kekurangan vitamin D diketahui meningkatkan proses yang dikenal sebagai "badai sitokin". Badai sitokin mengacu pada pelepasan sitokin pro-inflamasi yang tidak terkontrol yang terjadi sebagai respons terhadap infeksi atau faktor lain. Pelepasan sitokin yang berlebihan menyebabkan kerusakan jaringan yang parah dan meningkatkan tingkat keparahan penyakit.

Baca Juga: 10 Manfaat Vitamin B6, Sehatkan Otak sampai Kehamilan

Topik:

  • Aan Pranata

Berita Terkini Lainnya