5 Jurus Mengelola Keuangan Pribadi saat Pandemik Tidak Kunjung Usai
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) masih berlangsung di tengah pandemik COVID-19. Bahkan, di Jakarta penerapannya diperketat seiring penambahan kasus yang terus terjadi.
Kurva statistik kasus COVID-19 memang belum juga terlihat melandai. Aktivitas ekonomi sehari-hari yang sempat dibuka lebar lewat sistem ‘new normal’ sedikit demi sedikit dibatasi lagi.
Perekonomian kian labil dan pertumbuhan ekonomi sudah tercatat negatif dan deflasi terjadi dua kali berturut-turut. Indonesia terancam mengalami resesi bahkan depresi ekonomi.
Lalu, bagaimana kondisi finansial pribadimu? Sedikit banyak, kondisi perekonomian saat ini pasti berpengaruh pada kantongmu.
Grant Thornton Indonesia memberikan tip dalam mengelola keuangan pribadi di situasi yang berat semacam ini. Berikut tipsnya:
1. Review kondisi keuangan pribadi
Hal pertama yang perlu kamu dilakukan adalah melihat dengan cermat kondisi keuangan saat ini dari sisi pemasukan vs pengeluaran. Identifikasi semua pengeluaran mulai dari laporan kartu kredit hingga berbagai tagihan rutin seperti listrik dan air.
Coba untuk lakukan review dari tiga bulan lalu dan awasi pengeluaran tahunan yang akan segera jatuh tempo seperti pajak rumah, pajak kendaraan bermotor hingga uang sekolah anak yang dibayarkan beberapa bulan di muka, bandingkan dengan pemasukan tetap yang diterima tiap bulan untuk mendapat jawaban apakah kondisi keuangan pribadi berisiko atau tidak.
Baca Juga: Biar Cepat Kaya, 6 Tips Sukses Menabung untuk Orang yang Boros
2. Idenfikasi kebutuhan vs keinginan
Seringkali kita masih terjebak antara keinginan dan menempatkan hal tersebut sebagai kebutuhan. Langkah signifikan berikutnya adalah mulai mengidentifikasi kebutuhan reguler dan menuliskan apa saja keinginan yang menyedot penghasilan maupun tabungan serta mengendalikan hasrat berbelanja atas keinginan tersebut.
Editor’s picks
Untuk lebih mudahnya, kebutuhan adalah sesuatu yang akan memengaruhi kemampuan seseorang untuk hidup, semua yang tidak termasuk dalam kategori tersebut dapat dianggap sebagai keinginan.
3. Jangan berutang
Hindari gaya hidup konsumtif dan terutama hindari membeli barang secara kredit. Memasuki fase normal baru, seseorang akan memasuki fase kehidupan yang benar-benar baru dan perlu adaptasi tinggi, sehingga kestabilan keuangan pribadi menjadi sangat penting. Hindari menambah beban keuangan dalam waktu dekat dengan berhutang maupun mengambil cicilan terutama untuk barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
4. Pentingnya dana darurat atau emergency fund
Mengamankan persediaan dana dan mengambil langkah yang tepat perlu disusun ulang untuk memastikan pendapatan dikelola dengan sangat baik. Fokus pada tujuan untuk menambah dana darurat atau emergency fund bisa jadi salah satu strategi.
Hal ini dapat dimulai dengan memisahkan pemasukan ke dalam rekening yang terpisah sehingga kebutuhan harian dan kebutuhan mendesak tidak tercampur.
5. Bijak berinvestasi
Jika memiliki dana mengendap, investasi pada instrumen yang tergolong mudah dicairkan seperti deposito, emas, reksadana, dan mata uang asing juga bisa dijadikan pilihan untuk memaksimalkan pemasukan. Selalu lakukan diversikasi dan jangan berinvestasi di satu tempat saat ini. Jangan mudah tergoda dan lakukan perencanaan investasi dengan tepat. Ingat, kita tidak tahu persis berapa lama kondisi ‘new normal’ ini akan bertahan.
"Kondisi prihatin yang berdampak bagi sebagian besar industri saat ini mendorong kita untuk lebih tenang dan bijak dalam menghadapinya. Tentu kondisi finansial yang dimiliki setiap keluarga memiliki kondisi berbeda-beda hingga akhir pandemi nanti. Untuk itu, kesadaran untuk menerapkan protokol kesehatan, tetap produktif sebisa mungkin dan cerdas menangani keuangan pribadi adalah usaha terbaik yang dapat dilakukan saat ini," kata Managing Partner Grant Thornton Indonesia Johanna Gani.
Baca Juga: Cara Jitu Kelola Investasi Saham saat Ekonomi Dihajar Pandemik