Ramalan Bank Dunia, Ekonomi Indonesia Nol Persen dan Ancaman Resesi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 berdampak signifikan terhadap perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Menurut prediksi Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan jatuh ke nol persen pada 2020.
Ini lantaran pemerintah memberlakukan pembatasan mobilitas untuk menekan laju penyebaran virus corona sehingga memengaruhi banyak sektor.
Daya beli masyarakat juga menurun akibat adanya pemutusan hubungan kerja yang terjadi setidaknya sejak Februari lalu. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) pun perlu berjuang untuk terus bertahan hidup.
Sampai kini, total ada lebih dari 80.000 kasus COVID-19 dan hampir 3.800 kematian di Indonesia.
1. Perbaikan ekonomi akan berjalan pelan
Baca Juga: Bank Dunia Sebut COVID-19 Picu Resesi Terdalam Sejak Perang Dunia II
Salah satu sektor yang merasakan dampak pandemik COVID-19 adalah pariwisata. Ini turut merembet ke menurunnya jumlah pendapatan para pelaku sektor tersebut. Bank Dunia mengestimasi bahwa perbaikan ekonomi Indonesia akan berjalan gradual dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil mencapai 4,8 persen pada 2021.
Pada 2022, pertumbuhan baru diperkirakan kembali ke enam persen. Situasi ini terjadi di seluruh dunia.
"Ini merupakan resesi global terdalam, bahkan lebih cepat dari resesi pada 2008," kata Direktur Bank Dunia untuk kawasan Indonesia dan Timor Leste Satu Kahkonen dalam peluncuran laporan Indonesia Economic Prospects 2020 pada Kamis 16 Juli 2020.
2. Pemerintah diharapkan memberikan paket bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan
Editor’s picks
Berdasarkan survei Bank Dunia, ada sebanyak 5,5 juta masyarakat Indonesia yang bisa jatuh ke jurang kemiskinan jika pemerintah tidak segera memberikan paket bantuan sosial.
Apalagi, dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah ingin Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi.
Ekonom Bank Dunia Frederico Gil Sander menyebut sebelum pandemik COVID-19, Indonesia berada dalam jalur yang benar untuk mewujudkan ambisi tersebut. Begitu virus corona menyebar, hambatan-hambatan pun muncul di mana pemerintah seharusnya menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi dan kesehatan masyarakat.
Pemerintah sendiri mengumumkan paket fiskal yang merupakan 4,3 persen dari PDB saat ini. Paket tersebut meliputi anggaran guna meningkatkan kesiapan sektor kesehatan dan bantuan sosial. Menurut Bank Dunia, jika terdistribusikan dengan tepat, maka itu mampu mengurangi dampak pandemik terhadap kemiskinan.
3. Bank Dunia merekomendasikan tiga prioritas reformasi untuk memulihkan ekonomi
Kahkonen juga merekomendasikan kepada pemerintah Indonesia untuk segera melakukan reformasi dengan tiga prioritas utama.
"Kami mendukung pemerintah untuk mengubah krisis ini menjadi kesempatan dengan memajukan reformasi yang penting guna mendorong daya saing yang akan menjadi fondasi kuat bagi pemulihan yang lebih kuat," kata Kahkonen.
Tiga prioritas itu, menurutnya, adalah penghapusan pembatasan investasi dengan menggunakan omnibus law, penguatan investasi swasta terhadap infrastruktur nasional, dan mempercepat reformasi pajak untuk menambah pendapatan negara.
Gil Sander menambahkan, "Ke depannya, belanja negara lebih tinggi di sektor kesehatan, perlindungan sosial dan infrastruktur masih akan dibutuhkan, yang membuat reformasi pajak untuk meningkatkan pendapatan fiskal menjadi penting untuk meratakan kurva utang dan menjaga kerangka ekonomi makro Indonesia kuat."
Baca Juga: Bank Dunia Kucurkan Pinjaman Rp3,6 T untuk Indonesia Tangani COVID-19